Peserta vaksin beriwayat pengentalan darah perlu konsultasi dokter
27 Maret 2021 16:57 WIB
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Iris Rengganis saat memberikan keterangan dalam webinar bertajuk "Mengenal Risiko COVID-19 dan Rehabilitasi Medik Bagi Penyintas", Sabtu (27/3/2021). ANTARA/Andi Firdaus
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Iris Rengganis mengemukakan calon peserta vaksinasi dengan riwayat risiko pengentalan darah perlu lebih dulu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengikuti vaksinasi.
"Memang kasus pengentalan darah pada peserta vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca di Inggris sudah dipastikan tidak dipicu oleh vaksin. Namun akan lebih baik jika hal-hal yang dapat mencetuskan terjadinya pengentalan darah bisa dihindari. Karenanya, berkonsultasi pada dokter dulu akan lebih baik," katanya saat menjadi pembicara pada webinar bertajuk "Mengenal Risiko COVID-19 dan Rehabilitasi Medik Bagi Penyintas", Sabtu.
Iris mengatakan hal yang sama juga perlu dilakukan calon peserta vaksinasi yang memiliki komorbid untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum hari penyuntikan.
"Komorbid harus dipastikan terkontrol saat akan disuntik karena pada dasarnya vaksinasi itu diberikan kepada orang yang sedang dalam kondisi sehat," kata Iris saat
Baca juga: AstraZeneca: Tak ada bukti peningkatan risiko pengentalan darah
Baca juga: 3.000 imam hingga marbot masjid di Kepri disuntik vaksin AstraZeneca
Ia menjelaskan, pada masa-masa awal vaksinasi, memang banyak item komorbid yang tidak dianjurkan untuk mendapatkan vaksinasi.
"Namun rekomendasinya terus diperbarui, seperti untuk komorbid diabetes yang sampai mengalami empat kali perubahan. Kini calon peserta dengan komorbid diabetes, sudah diperbolehkan mendapatkan vaksinasi. Dengan catatan gula darahnya terkontrol dalam sebulan terakhir sebelum vaksinasi," kata Iris.
Demikian pula bagi calon peserta dengan komorbid hipertensi, tensinya harus terkontrol saat akan mendapatkan vaksinasi.
"Untuk memastikan kondisi tubuh memang siap untuk divaksinasi, maka dianjurkan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Sebab tidak semua komorbid bisa disamakan kasusnya. Beda pasien tentu beda penanganan dan beda kondisinya, sehingga dokter bersangkutan yang akan lebih paham," katanya.
Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter, kata Iris, dapat mempercepat jalannya proses vaksinasi.
"Sedangkan yang terjadi sejauh ini, banyak yang tertahan di meja resgistrasi kedua dan akhirnya tidak mendapat persetujuan untuk lanjut divaksinasi karena kondisi kesehatan yang dinyatakan tidak aman. Jika ini bisa diketahui lebih awal dengan berkonsultasi pada dokter, tentu risiko terpapar karena harus mengantre vaksinasi bersama calon peserta lain bisa diantisipasi," katanya.
Calon peserta vaksin juga perlu mempersiapkan diri dengan cukup istirahat, cukup makan, cukup vitamin, dan asupan obat tetap diterapkan sesuai anjuran dokter.
Baca juga: Wapres minta masyarakat lebih banyak dilibatkan pelaksanaan vaksinasi
Baca juga: Pengasuh dan santri di Lirboyo Kediri divaksinasi dengan AtraZeneca
"Memang kasus pengentalan darah pada peserta vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca di Inggris sudah dipastikan tidak dipicu oleh vaksin. Namun akan lebih baik jika hal-hal yang dapat mencetuskan terjadinya pengentalan darah bisa dihindari. Karenanya, berkonsultasi pada dokter dulu akan lebih baik," katanya saat menjadi pembicara pada webinar bertajuk "Mengenal Risiko COVID-19 dan Rehabilitasi Medik Bagi Penyintas", Sabtu.
Iris mengatakan hal yang sama juga perlu dilakukan calon peserta vaksinasi yang memiliki komorbid untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum hari penyuntikan.
"Komorbid harus dipastikan terkontrol saat akan disuntik karena pada dasarnya vaksinasi itu diberikan kepada orang yang sedang dalam kondisi sehat," kata Iris saat
Baca juga: AstraZeneca: Tak ada bukti peningkatan risiko pengentalan darah
Baca juga: 3.000 imam hingga marbot masjid di Kepri disuntik vaksin AstraZeneca
Ia menjelaskan, pada masa-masa awal vaksinasi, memang banyak item komorbid yang tidak dianjurkan untuk mendapatkan vaksinasi.
"Namun rekomendasinya terus diperbarui, seperti untuk komorbid diabetes yang sampai mengalami empat kali perubahan. Kini calon peserta dengan komorbid diabetes, sudah diperbolehkan mendapatkan vaksinasi. Dengan catatan gula darahnya terkontrol dalam sebulan terakhir sebelum vaksinasi," kata Iris.
Demikian pula bagi calon peserta dengan komorbid hipertensi, tensinya harus terkontrol saat akan mendapatkan vaksinasi.
"Untuk memastikan kondisi tubuh memang siap untuk divaksinasi, maka dianjurkan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Sebab tidak semua komorbid bisa disamakan kasusnya. Beda pasien tentu beda penanganan dan beda kondisinya, sehingga dokter bersangkutan yang akan lebih paham," katanya.
Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter, kata Iris, dapat mempercepat jalannya proses vaksinasi.
"Sedangkan yang terjadi sejauh ini, banyak yang tertahan di meja resgistrasi kedua dan akhirnya tidak mendapat persetujuan untuk lanjut divaksinasi karena kondisi kesehatan yang dinyatakan tidak aman. Jika ini bisa diketahui lebih awal dengan berkonsultasi pada dokter, tentu risiko terpapar karena harus mengantre vaksinasi bersama calon peserta lain bisa diantisipasi," katanya.
Calon peserta vaksin juga perlu mempersiapkan diri dengan cukup istirahat, cukup makan, cukup vitamin, dan asupan obat tetap diterapkan sesuai anjuran dokter.
Baca juga: Wapres minta masyarakat lebih banyak dilibatkan pelaksanaan vaksinasi
Baca juga: Pengasuh dan santri di Lirboyo Kediri divaksinasi dengan AtraZeneca
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: