Jakarta (ANTARA News) - Anak-anak penyandang asma tetap bisa menjalankan aktifitas normal seperti anak yang sehat kalau penyakitnya dikendalikan secara baik, kata dr Bambang Supriyatno.

"Anak asma bisa menjalankan aktifitas apapun dan bisa berprestasi, tidak boleh dikucilkan. Bahkan banyak penderita asma yang menjadi atlet olah raga berprestasi dunia. Hanya butuh pengaturan saja," ujar Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta itu.

Dalam seminar tentang asma bagi guru di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Kamis. tersebut mengemukakan bahwa anak penyandang asma boleh melakukan berbagai jenis olah raga seperti renang, bersepeda, atletik dan senam asal mendahuluinya dengan pemanasan yang cukup, paling tidak selama enam sampai sepuluh menit.

"Semua olahraga boleh dilakukan asal tidak sedang serangan," katanya serta tersenyum dan menambahkan anak penyandang asma harus melakukan pemanasan cukup sebelum berolahraga dan menghindari olahraga yang dilakukan mendadak.

Ia menjelaskan, supaya asma anak terkendali pihak terkait yang dalam hal ini adalah dokter, pasien, orang tua dan guru harus bekerja sama mengendalikan asma pada anak.

Meski tidak bisa disembuhkan, ia mengatakan, penyakit kronis menahun pada saluran nafas bawah itu bisa dikendalikan sehingga tidak sampai mengganggu aktifitas keseharian anak dalam bermain dan belajar.

Pengendalian asma pada anak, kata dia, utamanya dilakukan dengan menghindarkan mereka dari faktor pencetus asma serta membantu memberikan obat dan pertolongan yang dibutuhkan saat anak mengalami serangan asma.

"Supaya bisa membantu mengendalikan asma anak, orang tua dan guru harus mengenali faktor pencetus, gejala, obat-obatan yang diperlukan dan kapan harus mencari pertolongan," katanya.

Ia menjelaskan pencetus asma terdiri atas bahan-bahan alergen seperti debu, bulu binatang, kapuk, dan makanan; asap; infeksi saluran nafas bawah dan atas; perubahan cuaca ekstrim, kegiatan jasmani yang melelahkan; serta gangguan psikologis.

Faktor-faktor pencetus itu, katanya, akan menyebabkan gangguan asma pada anak-anak yang memiliki bakat alergi.

Gangguan asma, menurut dia, umumnya ditandai dengan gejala batuk berdahak secara berulang dalam jangka panjang, mengi (nafas berbunyi `ngik-ngik`), nafas cepat dan sesak, sakit dada, susah berkata-kata dan kebiruan di sekitar mulut.

"Guru sekolah sebaiknya memantau kondisi anak-anak, yang terkena asma biasanya sering absen, sering batuk berdahak, sering berdehem-dehem, sesak nafas saat olah raga dan sering mengantuk saat belajar karena batuk membuat mereka tidak bisa tidur pada malam hari," katanya.

Para guru, ia menjelaskan, sebaiknya memberikan perhatian khusus pada anak-anak dengan ciri-ciri tersebut dan memberikan bantuan yang dibutuhkan anak seperti mengingatkan untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang menimbulkan alergi dan melakukan latihan pemanasan cukup sebelum olahraga.

"Kalau anak mengalami serangan sebaiknya diberikan oksigen secara intens sampai serangan berakhir sebagai pertolongan pertama," katanya.

Anak yang mengalami serangan asma, menurut dia, bisa diberi obat pelega nafas (bronkodilator) inhalasi atau obat-obatan yang biasa digunakan.

"Kalau gangguannya sedang sampai berat, segera minta pertolongan tenaga kesehatan," demikian Bambang Supriyatno.
(T.M035/P003)