Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan perlu meningkatkan pemantauan atau monitor terhadap mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dengan whole genom sequencing (WGS) untuk melakukan intervensi kesehatan yang tepat dan cepat dalam penanggulangan pandemi COVID-19.

"WGS (whole genom sequencing) tetap harus intensif dilakukan," kata Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI Dr.rer.nat Wien Kusharyoto saat dihubungi ANTARA, di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan pemantauan mutasi virus dapat dilakukan dengan melakukan pengurutan genom menyeluruh (WGS) .

Diharapkan WGS dapat dilakukan di seluruh Indonesia sehingga bisa mendapatkan gambaran dan sebaransebaran virus yang melanda di tiap provinsi termasuk menemukan kemungkinan varian baru akibat mutasi.

Disebutkannya apabila semakin banyak orang yang terinfeksi oleh virus SARS-CoV-2, termasuk oleh varian-varian yang kemudian muncul, maka semakin tinggi kemungkinan virus bereplikasi di dalam sel tubuh manusia yang berpotensi meningkatkan kemungkinan munculnya varian-varian baru.

Menurut dia munculnya varian-varian dengan mutasi pada Receptor Binding Motifs (RBM) utamanya perlu selalu dimonitor, karena berpotensi mengakibatkan berkurangnya efektivitas vaksin dan munculnya "escape mutants" yang bisa lolos dari netralisasi oleh antibodi, seperti misalnya varian dengan mutasi E484K.

Sejauh ini, mutasi N439K maupun N501Y -- pada varian B.1.1.7 dari Inggris -- hanya berdampak ringan terhadap efektivitas vaksin.

Mutasi E484K (di samping N501Y dan K417N/T) terdapat pada varian dari Afrika Selatan dan Brazil.

Dengan munculnya varian-varian baru, maka perlu mengantisipasinya, yang mana salah satu caranya adalah dengan melakukan modifikasi pada vaksin yang dikembangkan yang perlu disesuaikan dengan mutasi-mutasi yang muncul.

Modifikasi vaksin bisa dimulai dengan melakukan mutasi pada gen penyandi protein spike. Apabila mengacu pada varian Afrika Selatan, cukup dilakukan mutasi pada level DNA yang menyebabkan perubahan asam amino N501Y, E484K dan K417N, demikian Wien Kusharyoto.

Baca juga: Menristek: Indonesia terus lacak varian baru melalui peningkatan WGS

Baca juga: 14 WGS virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Indonesia dideteksi BPPT

Baca juga: Menristek dorong Lembaga Eijkman tingkatkan hasil WGS virus corona