Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), Kamis, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada 6,50 persen, tidak berubah sejak Agustus 2009.

Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Dyah N.K. Makhijani mengatakan, keputusan itu diambil setelah evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan terkini dan prospek perekonomian yang secara umum terus membaik.

Menurut Dyah, Dewan Gubernur memandang BI Rate pada level tersebut masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi pada 2010 dan 2011 sebesar 5 persen plus minus satu persen, serta masih kondusif bagi upaya memperkuat proses pemulihan perekonomian.

Selain itu, keputusan tersebut juga konsisten dengan upaya menjaga stabilitas keuangan di dalam negeri di tengah meningkatnya risiko ketidakpastian akibat krisis utang Yunani dan sejumlah negara di Eropa.

Dewan Gubernur mencatat bahwa proses pemulihan ekonomi global terus berlanjut di tengah krisis yang terjadi di Eropa.

Proses pemulihan ekonomi di negara maju terutama Amerika Serikat dan Jepang serta negara emerging market Asia, terutama China dan India, tetap membaik.

Sejauh ini, belum ada indikasi dampak krisis utang Eropa terhadap prospek permulihan ekonomi global yang masih tetap kuat.

Demikian pula dampaknya terhadap perekonomian domestik masih sangat terbatas, karena kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang cukup kuat.

Perkembangan dan prospek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia, yang dalam empat bulan pertama 2010 tumbuh cukup tinggi, sehingga nilai ekspor sudah mendekati periode sebelum krisis 2008.

Berbagai indikator mengindikasikan perekonomian domestik terus mengalami perbaikan.

Disamping konsumsi swasta yang masih tumbuh tinggi, kinerja ekspor semakin membaik didukung oleh perkembangan ekspor komoditas manufaktur sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi global, terutama di negara maju.

Meningkatnya permintaan baik domestik maupun eksternal mendorong peningkatan investasi yang tercermin pada tingginya pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal.

Dengan demikian, siklus pemulihan ekonomi domestik yang didukung oleh investasi, disamping oleh konsumsi dan ekspor, menjadi semakin berkembang.

Tekanan inflasi sampai dengan Mei 2010 masih terjaga.

Indeks harga konsumen (IHK) Mei mencatat inflasi sebesar 0,29 persen (mtm) atau 4,16 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,15 persen (mtm) atau 3,91 persen (yoy).

Kenaikan harga pada Mei tersebut terutama didorong oleh inflasi volatile food (khususnya beras dan aneka bumbu-bumbuan) akibat gangguan pasokan dan distribusi.

Sementara itu, tekanan inflasi pada kelompok administered prices masih rendah.

Demikian juga dengan tekanan inflasi inti (core inflation) yang tercatat masih cukup rendah dan dalam tren menurun sejak awal 2009.

Dengan perkembangan tersebut, Dewan Gubernur berpendapat untuk keseluruhan tahun 2010 dan 2011 inflasi akan tetap berada pada kisaran sasarannya sebesar lima persen plus minus satu persen.

(T.J008/A023/S026)