New York (ANTARA) - Harga minyak anjlok sekitar empat persen per barel pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah melonjak sekitar enam persen sehari sebelumnya, memperpanjang serangkaian pelemahan pasar akibat penguncian baru di Eropa dan Asia untuk mencegah meningkatnya tingkat infeksi virus corona.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot 2,46 dolar AS atau 3,8 persen, menjadi ditutup di 61,95 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 2,62 dolar AS atau 4,3 persen, menjadi menetap di 58,56 dolar AS per barel.
Harga kehilangan banyak keuntungan dari sesi sebelumnya yang mengikuti berita kapal kontainer terbesar kandas di Terusan Suez. Kapal tersebut masih belum dibebaskan, tetapi untuk saat ini pasar mengabaikan rintangan itu, karena hanya sebagian kecil dari minyak mentah dunia yang dikirim melalui Terusan Suez.
Pada Rabu (24/3/2021), minyak mentah berjangka AS dan Brent masing-masing melonjak 3,42 dolar atau 5,9 persen dan 3,62 dolar AS atau 6,0 persen, setelah sebuah kapal terjebak di Terusan Suez mengancam aliran minyak melalui jalur perairan penting tersebut.
Negara-negara di Eropa memperbarui pembatasan untuk mengekang kasus COVID-19, yang akan mengurangi permintaan dari wilayah tersebut. Jerman, ekonomi terbesar Eropa, mengalami peningkatan kasus virus corona terbesar sejak Januari.
"Jerman, Italia dan wilayah lain di zona euro sedang mundur dan perusakan permintaan pada dasarnya luar biasa," kata Bob Yawger, pedagang di Mizuho di New York, dikutip dari Reuters.
Di beberapa bagian India barat, pihak berwenang memerintahkan orang-orang di dalam ruangan ketika infeksi virus corona baru mencapai level tertinggi dalam lima bulan.
Distribusi vaksin di Amerika Serikat lebih cepat daripada beberapa negara, tetapi para ahli kesehatan khawatir bahwa perjalanan liburan musim semi akan memacu peningkatan kasus COVID-19 di negara itu.
Dolar yang kuat juga membebani harga minyak. Dolar mencapai level tertinggi baru empat bulan terhadap euro karena respons pandemi AS terus melampaui Eropa. Kenaikan dolar AS membuat minyak dalam denominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, diperkirakan akan membatalkan pembatasan pasokan mereka saat ini hingga Mei pada pertemuan yang dijadwalkan 1 April, empat sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters. Kelompok tersebut baru-baru ini menolak untuk meningkatkan pasokan karena kekhawatiran bahwa infeksi COVID-19 akan meningkat lagi.
Persediaan minyak mentah AS naik pada Rabu (24/3/2021) ke level tertinggi sejak Desember, menambah pasokan global.
Pasar juga tertekan karena produsen-produsen kesulitan menjual ke Asia, terutama China. Pembeli Asia malah mengambil minyak yang lebih murah dari penyimpanan, sementara pemeliharaan kilang telah mengurangi permintaan, kata sumber industri.
Baca juga: Emas jatuh 8,1 dolar tertekan kenaikan imbal hasil dan "greenback"
Baca juga: Wall Street dibuka turun, tertekan berlanjutnya volatilitas pasar
Baca juga: Harga minyak melonjak 6 persen, setelah kapal kandas di Terusan Suez
Penguncian baru rusak harapan pemulihan, harga minyak anjlok 4 persen
26 Maret 2021 06:57 WIB
Kilang minyak Aramco di dekat Khurais, Riyadh, Saudi Arabia. ANTARA/REUTERS/Ali Jarekji
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: