Tabanan (ANTARA) - Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya menggandeng Koperasi Teknoprener dan PT Wotan, memperkenalkan tanaman sorgum sebagai alternatif tanamam pangan varian baru kepada petani di Kabupaten Tabanan, karena dipandang sangat menguntungkan.

"Itu juga upaya memberdayakan ekonomi masyarakat dan mendukung program pemerintah menuju ketahanan pangan," kata Bupati Sanjaya di halaman belakang Rumah Jabatan Bupati, Kamis.

Penanaman biji sorgum bersama Tim Ahli PT Wotan Nuryanto dan Dandim 1619 Tabanan Toni Sri Hartanto itu juga hadiri Sekda I Gede Susila, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kabupaten Tabanan serta OPD terkait di lingkungan Pemkab Tabanan.

Bupati Sanjaya berharap kebun yang ia tanam menjadi kebun edukasi, sehingga menjadi salah satu inspirasi dalam bercocok tanam bagi masyarakat, khususnya Petani di Tabanan.

"Saya rasa sorgum ini sangat cocok ditanam di Kabupaten Tabanan sebagai tanaman alternatif pengganti beras. Saya berniat dan berkomitmen untuk membudidayakan sorgum ini di Tabanan," kata Sanjaya.

Mengingat cukup banyak terdapat lahan-lahan yang non-produktif di Tabanan dan sorgum ini merupakan salah satu tanaman yang kegunaannya menyerupai padi. "Sorgum inilah jawaban untuk lahan non-produktif di Tabanan," katanya.

Nantinya, pihaknya akan turun langsung di tengah-tengah petani bersama Dinas terkait, sehingga ke depannya ketahanan pangan di Tabanan bisa tetap terjaga.

Sementara itu, Tim ahli PT Wotan Nuryanto menambahkan, tanaman sorgum ini merupakan tanaman biji-bijian yang mempunyai banyak kegunaan untuk pengganti pangan.

"Sorgum ini kalau program pemerintah itu adalah ketahanan pangan. Pohonnya seperti jagung, ia ditanam sekali bisa panen empat kali, kemudian umurnya pendek hanya 99 hari sampai 105 hari. Jadi sorgum ini sangat potensi untuk pengganti pangan," ujarnya.

Menurut dia, hasil dari tanaman sorgum ini mempunyai banyak kegunaan dan manfaat. Pada kesempatan itu memperlihatkan contoh biji sorgum, beras sorgum, yang dijelaskannya sangat efektif untuk menurunkan gula darah.

"Turunan sorgum ini bisa menjadi beras, tepung dan makanan lainnya. Ini contohnya, ini adalah bibit, kemudian ini berasnya, ini untuk menurunkan gula darah," ungkapnya sambil memperlihatkaan contoh biji dan beras sorgum.

Sorgum ini, hasilnya 1 hektare bisa 4-10 ton dalam waktu 105 hari. Hal ini sangat menguntungkan bagi petani, kemudian petani bisa jual buahnya, bisa jual pohonnya.

"Karena dengan dipotong pohonnya, dia akan tumbuh lagi dalam waktu 3,5 bulan. 105 hari lagi panen lagi, gak usah tanam lagi, seperti pisang," imbuhnya.

Sorgum dalam perawatannya gampang sekali, karena tidak memerlukan banyak air dan bisa tumbuh di lahan-lahan non produktif.

"Sorgum ini tidak memerlukan air banyak seperti sawah, sehingga lahan-lahan non produktif yang kering dia mau tumbuh. Dia hanya perlu air 14 hari pertama saja sampai dia tumbuh sampai keluar akar, kemudian setahun, kemudian tidak dapat air tidak apa-apa," kata Nuryanto.

Baca juga: Pemkab Buleleng panen perdana sorgum

Baca juga: Bupati Situbondo: Sorgum jadi solusi sulitnya pakan ternak

Baca juga: Banyak keunggulan, Balitbangtan dorong warga manfaatkan sorgum bioguma

Baca juga: Kehati: keragaman pangan lokal bentuk mitigasi perubahan iklim