BI: Uang beredar Februari 2021 capai Rp6.810,5 triliun
25 Maret 2021 18:39 WIB
Nasabah bertransaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (19/5/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp/am.
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2021 tetap tumbuh cukup tinggi yakni 11,3 persen (yoy) mencapai Rp6.810,5 triliun.
Direktur Eksekutif yang juga Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyatakan pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,8 persen (yoy).
"Februari 2021 tetap tumbuh tinggi didukung oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1)," katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Tumbuh positif, uang beredar pada Januari 2021 jadi Rp6.761 triliun
Erwin mengatakan pertumbuhan M1 pada Februari 2021 yang sebesar 18,6 persen (yoy) relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 18,7 persen (yoy).
Sementara, untuk pertumbuhan uang kuasi melambat dari sebesar 9,7 persen pada bulan sebelumnya menjadi 9,2 persen (yoy) pada Februari 2021.
Ia menjelaskan pertumbuhan M2 pada Februari 2021 terutama dipengaruhi oleh tetap tingginya tagihan bersih kepada pemerintah pusat, perlambatan aktiva luar negeri bersih, dan penurunan kredit.
Erwin juga menyebutkan pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat tetap tinggi yaitu sebesar 50,8 persen (yoy) meskipun lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya sebesar 54,8 persen (yoy).
Kemudian, untuk pertumbuhan aktiva luar negeri bersih sebesar 11,5 persen (yoy) atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan Januari 2021 sebesar 14,9 persen (yoy).
Selain itu, pertumbuhan kredit terkontraksi 2,3 persen (yoy) atau sedikit lebih dalam dari kontraksi 2,1 persen (yoy) pada Januari 2021.
Baca juga: Uang beredar meningkat pada Desember 2020, capai Rp6.900 triliun
Baca juga: BI: Uang beredar di Bali pada Desember 2020 capai Rp2,1 triliun
Direktur Eksekutif yang juga Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyatakan pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,8 persen (yoy).
"Februari 2021 tetap tumbuh tinggi didukung oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1)," katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Tumbuh positif, uang beredar pada Januari 2021 jadi Rp6.761 triliun
Erwin mengatakan pertumbuhan M1 pada Februari 2021 yang sebesar 18,6 persen (yoy) relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 18,7 persen (yoy).
Sementara, untuk pertumbuhan uang kuasi melambat dari sebesar 9,7 persen pada bulan sebelumnya menjadi 9,2 persen (yoy) pada Februari 2021.
Ia menjelaskan pertumbuhan M2 pada Februari 2021 terutama dipengaruhi oleh tetap tingginya tagihan bersih kepada pemerintah pusat, perlambatan aktiva luar negeri bersih, dan penurunan kredit.
Erwin juga menyebutkan pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat tetap tinggi yaitu sebesar 50,8 persen (yoy) meskipun lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya sebesar 54,8 persen (yoy).
Kemudian, untuk pertumbuhan aktiva luar negeri bersih sebesar 11,5 persen (yoy) atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan Januari 2021 sebesar 14,9 persen (yoy).
Selain itu, pertumbuhan kredit terkontraksi 2,3 persen (yoy) atau sedikit lebih dalam dari kontraksi 2,1 persen (yoy) pada Januari 2021.
Baca juga: Uang beredar meningkat pada Desember 2020, capai Rp6.900 triliun
Baca juga: BI: Uang beredar di Bali pada Desember 2020 capai Rp2,1 triliun
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: