Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta hingga saat ini masih melakukan kajian untuk menentukan waktu yang paling tepat membuka sekolah tatap muka, termasuk jenjang pendidikan yang akan diizinkan untuk menggelar pembelajaran tatap muka terlebih dulu.

“Untuk memutuskan waktu dan jenjang pendidikan yang akan diizinkan untuk pembelajaran tatap muka, tentu tidak bisa kami putuskan sendiri. Harus melibatkan banyak pihak. Bagaimanapun keselamatan siswa, guru, dan tenaga kependidikan lain tetap harus diutamakan,” kata Pelaksana Harian Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta Dedi Budiono di Yogyakarta, Kamis.

Meskipun demikian, ia memastikan bahwa 99 persen sekolah di Kota Yogyakarta sudah siap untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka jika dilihat dari kesiapan sarana dan prasarana dan standar protokol kesehatan yang harus diterapkan selama pembelajaran tatap muka.

“Hanya ada satu persen sekolah yang belum siap. Biasanya sekolah swasta. Misalnya karena jumlah wastafel belum sesuai standar. Tetapi mereka memiliki komitmen untuk melengkapi sarana dan prasarana tersebut apabila sekolah tatap muka sudah diizinkan,” katanya.

Sedangkan untuk sekolah negeri, kata dia, sudah seluruhnya melengkapi sarana dan prasarana penunjang protokol kesehatan dan standar pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi COVID-19.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta juga sudah membagikan buku saku berisi pedoman penyelenggaraan pembelajaran tatap muka di masa pandemi COVID-19 ke seluruh sekolah.

“Jika diperlukan, kami akan melakukan pemeringkatan kesiapan sekolah untuk penyelenggaraan pembelajaran tatap muka. Seperti di DIY, sekolah yang memiliki persiapan 'excellent' bisa membuka pembelajaran tatap muka lebih cepat. Perlu juga semacam simulasi pembelajaran tatap muka,” katanya.

Sejumlah potensi kerawanan penularan COVID-19 juga sudah dipetakan, salah satunya adalah saat siswa pulang dari sekolah dan menunggu jemputan dari orang tua. “Kerawanan paling tinggi justru terjadi saat pulang sekolah karena berpotensi terjadi kerumunan. Ini yang perlu diantisipasi,” katanya.

Sedangkan saat siswa diantar hingga masuk ke kelas dan mengikuti pembelajaran selama dua jam pelajaran, 90 menit, justru memiliki kerawanan penularan yang lebih rendah karena seluruh siswa mengikuti protokol kesehatan ketat yang diterapkan.

“Jam pelajaran dibatasi, siswa wajib memakai masker, jumlah siswa di kelas juga terbatas. Ada protokol kesehatan yang dipenuhi sehingga risiko penularan rendah,” katanya.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan jika pembelajaran tatap muka sudah diizinkan, maka akan dilakukan secara bertahap khususnya untuk jumlah siswa yang bisa mengikuti pembelajaran dalam satu sesi.

Sedangkan untuk jenjang sekolah yang akan diizinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka juga masih akan dikaji. “Yang pasti, untuk TK dan PAUD belum akan dibuka,” katanya.


Baca juga: DPRD Yogyakarta usulkan KBM tatap muka ditunda jika COVID-19 meningkat

Baca juga: Disdikpora DIY tunjuk 10 sekolah percontohan pembelajaran tatap muka

Baca juga: Yogyakarta lengkapi sarpas pencegahan COVID-19 di sekolah