Singapura (ANTARA) - Saham Singapura ditutup 0,05 persen lebih tinggi pada Rabu, didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Pasar AS jatuh pada Selasa karena investor menekan optimisme atas pertumbuhan ekonomi dengan kekhawatiran bahwa meningkatnya kasus virus corona dan penerapan karantina di Jerman mengisyaratkan pembukaan kembali global akan ditunda.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengecilkan risiko bahwa pertumbuhan ekonomi akan memacu inflasi yang tidak diinginkan.

Sementara itu, harga minyak mentah turun di Asia di tengah kekhawatiran pasar kelebihan pasokan.

Munculnya kembali kasus virus corona di Eropa telah memicu kekhawatiran bahwa beberapa negara harus membuka kembali ekonomi mereka lebih lambat dari yang diantisipasi.

Riset Ritel MayBank-Kim Eng mengatakan, "secara teknis, Indeks Straits Times tampaknya berkonsolidasi dengan level resistance berikutnya di 3.180 poin, sementara level support jangka pendek berada di sekitar area 2.900 poin."

Dikutip dari Xinhua, indeks acuan Singapura Straits Times naik tipis 1,57 poin menjadi 3.133,31 poin. Volume perdagangan 1,89 miliar saham senilai 1,88 miliar dolar Singapura. Jumlah saham yang turun melebihi jumlah yang naik dengan 255 berbanding 227.

Di antara yang naik, DBS Group Holdings naik 0,36 persen menjadi 28,3 dolar Singapura, sementara Jardine Strategic menjadi salah satu top looser (rugi terbesar) dengan turun 1,2 persen menjadi 33,84 dolar AS. (1 dolar AS sama dengan 1,35 dolar Singapura)

Baca juga: Saham Hong Kong ditutup anjlok, Indeks Hang seng jatuh 2,03 persen
Baca juga: IHSG ditutup jatuh 96,57 poin, mengikuti pelemahan bursa saham Asia
Baca juga: Saham Tokyo rugi 4 hari beruntun, tertekan naiknya kasus COVID Eropa