Ketua DPD dorong Sumba Timur optimalkan pengembangan rumput laut
24 Maret 2021 12:37 WIB
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti saat berbicara dalam pertemuan dengan Bupati Sumba Timur beserta jajaran, Selasa (23/3/2021) malam, dalam rangkaian kunjungan kerja ke NTT. ANTARA/HO-DPD RI/am.
Kupang (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendorong pemerintah daerah bersama petani di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, mengoptimalkan pengembangan usaha budi daya rumpul laut yang potensial di daerah itu.
"Saya memahami potensi pertanian dan peternakan di Sumba Timur cukup bagus. Rumput laut harus menjadi masa depan dan andalan Sumba Timur," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Rabu.
LaNyalla, yang didampingi senator asal NTT Asyera RA Wundalero, senator asal Aceh Fachrul Razi, dan senator asal Lampung Bustami Zainudin, mengatakan hal itu saat berdiskusi dengan Bupati dan Wakil Bupati Sumba Timur beserta forkopimda dalam rangkaian kunjungan kerja ke NTT.
Baca juga: Potensi rumput laut di NTT capai 15 juta ton
Senator asal Jawa Timur itu mengajak pemerintah daerah serta warga Sumba Timur menangkap peluang pasar rumput laut yang terbuka terutama untuk ekspor.
Apalagi, sejak Mei 2018 lalu, Amerika Serikat telah membuka kembali pintu masuk rumput laut asal Indonesia, setelah sebelumnya sempat dilarang.
Kondisi ini akan memperluas potensi pasar rumput laut Indonesia di luar negeri, selain Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, dan lainnya.
"Peluang ini harus ditangkap oleh masyarakat Sumba Timur. Pemerintah daerah harus mendorong dan memfasilitasi peningkatan produksi rumput laut di Sumba Timur," katanya.
Pemda, lanjut dia, harus aktif berkoordinasi dengan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) untuk memastikan peningkatan produksi dapat dicapai, terutama dengan terus menerus melakukan pelatihan dan pembinaan.
Ia juga mengingatkan tentang adanya Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2019 tentang Peta Panduan atau Road Map Pengembangan Industri Rumput Laut Nasional Tahun 2018-2021.
Salah satu implementasinya adalah beroperasinya SKPT yang menyebar di berbagai provinsi yang menjadi batas NKRI termasuk di Sumba Timur, katanya.
LaNyalla menambahkan usaha budi daya rumput laut memiliki prospek yang menjanjikan keuntungan bagus bagi para petani pembudi daya.
Dalam survei pada 2019 lalu, lanjut dia, keuntungan bersih pembudi daya rumput laut di Sumba Timur bisa mencapai Rp100 juta sekali panen, dengan masa panen rata-rata sekitar 45 hari.
"Angka yang cukup bagus dan masih bisa ditingkatkan lagi. Apalagi, dengan dukungan serius dari pemerintah daerah," ujarnya.
Baca juga: LaNyalla: Perlu kebijakan tepat turunkan biaya produksi petani
Baca juga: NTT salurkan bantuan peralatan budi daya rumput laut untuk 4.050 orang
"Saya memahami potensi pertanian dan peternakan di Sumba Timur cukup bagus. Rumput laut harus menjadi masa depan dan andalan Sumba Timur," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Rabu.
LaNyalla, yang didampingi senator asal NTT Asyera RA Wundalero, senator asal Aceh Fachrul Razi, dan senator asal Lampung Bustami Zainudin, mengatakan hal itu saat berdiskusi dengan Bupati dan Wakil Bupati Sumba Timur beserta forkopimda dalam rangkaian kunjungan kerja ke NTT.
Baca juga: Potensi rumput laut di NTT capai 15 juta ton
Senator asal Jawa Timur itu mengajak pemerintah daerah serta warga Sumba Timur menangkap peluang pasar rumput laut yang terbuka terutama untuk ekspor.
Apalagi, sejak Mei 2018 lalu, Amerika Serikat telah membuka kembali pintu masuk rumput laut asal Indonesia, setelah sebelumnya sempat dilarang.
Kondisi ini akan memperluas potensi pasar rumput laut Indonesia di luar negeri, selain Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, dan lainnya.
"Peluang ini harus ditangkap oleh masyarakat Sumba Timur. Pemerintah daerah harus mendorong dan memfasilitasi peningkatan produksi rumput laut di Sumba Timur," katanya.
Pemda, lanjut dia, harus aktif berkoordinasi dengan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) untuk memastikan peningkatan produksi dapat dicapai, terutama dengan terus menerus melakukan pelatihan dan pembinaan.
Ia juga mengingatkan tentang adanya Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2019 tentang Peta Panduan atau Road Map Pengembangan Industri Rumput Laut Nasional Tahun 2018-2021.
Salah satu implementasinya adalah beroperasinya SKPT yang menyebar di berbagai provinsi yang menjadi batas NKRI termasuk di Sumba Timur, katanya.
LaNyalla menambahkan usaha budi daya rumput laut memiliki prospek yang menjanjikan keuntungan bagus bagi para petani pembudi daya.
Dalam survei pada 2019 lalu, lanjut dia, keuntungan bersih pembudi daya rumput laut di Sumba Timur bisa mencapai Rp100 juta sekali panen, dengan masa panen rata-rata sekitar 45 hari.
"Angka yang cukup bagus dan masih bisa ditingkatkan lagi. Apalagi, dengan dukungan serius dari pemerintah daerah," ujarnya.
Baca juga: LaNyalla: Perlu kebijakan tepat turunkan biaya produksi petani
Baca juga: NTT salurkan bantuan peralatan budi daya rumput laut untuk 4.050 orang
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: