New York (ANTARA) - Dolar AS melonjak terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), melampaui level tertinggi dua minggu, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS merosot karena Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan kepada Kongres bahwa inflasi tidak akan lepas kendali.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya terakhir menguat 0,65 persen pada 91,8, berbalik arah dari pergerakan Senin (22/3/2021) ketika turun tetapi melayang di bawah tertinggi empat bulan, karena investor mencari tempat berlindung yang aman (safe haven) pada dolar AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun juga turun lagi, menjadi 1,624 persen. Pada Selasa pagi (23/3/2021), surat utang negara menarik permintaan yang kuat untuk yang bertenor dua tahun, dengan investor menunggu lelang obligasi pemerintah untuk yang bertenor lebih lama pada pekan ini.
“Ini lebih tentang fundamental,” kata Juan Perez, pedagang mata uang dan ahli strategi di Tempus Inc, dikutip dari Reuters. “(Kami) memiliki banyak data untuk dicerna mulai besok.”
Baca juga: Dolar tergelincir terseret kemunduran imbal hasil obligasi AS
Perez mengatakan kenaikan dolar pada Selasa (23/3/2021) menunjukkan "pada akhirnya kami tidak keluar dari hal ini," mengacu pada pandemi COVID-19.
Indeks dolar telah naik sekitar 2,4 persen sejauh tahun ini karena investor melihat peluncuran vaksin COVID-19 yang relatif cepat dan pengeluaran stimulus di Amerika Serikat sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Tetapi ada nada waspada di pasar global, dengan sebagian besar saham AS jatuh pada Selasa (23/3/2021).
Berkontribusi pada kehati-hatian pasar adalah gelombang ketiga pandemi COVID-19 di Eropa. Jerman memperpanjang pengunciannya dan mendesak warganya untuk tinggal di rumah selama liburan Paskah.
Euro merosot 0,71 persen terhadap dolar menjadi 1,1847 dolar AS.
Dolar Selandia Baru jatuh karena langkah-langkah baru untuk mendinginkan pasar perumahan, turun ke level terendah tiga bulan terhadap dolar AS. Mata uang Kiwi anjlok sekitar 2,27 persen hari itu di 0,70 dolar AS.
Penurunan tersebut dipicu oleh pemerintah Selandia Baru yang memperkenalkan langkah-langkah untuk mengekang spekulasi di pasar perumahan yang sedang panas, di mana harga rumah telah melambung 23 persen dalam 12 bulan. Dolar Australia - yang dianggap sebagai proksi likuid untuk risiko - juga terpukul dan jatuh 1,54 persen pada 0,763 terhadap dolar AS.
Lira Turki agak stabil, setelah jatuh 7,5 persen pada Senin (22/3/2021) setelah Presiden Tayyip Erdogan memecat kepala bank sentral yang hawkish. Lira naik sekitar 1,79 persen terhadap dolar AS.
Baca juga: Minyak anjlok terseret kekhawatiran permintaan, Brent jatuh 3,83 dolar
Baca juga: Emas jatuh 13 dolar tertekan penguatan dolar meski imbal hasil turun
Dolar tembus tertinggi dua minggu dipicu permintaan "safe haven"
24 Maret 2021 07:29 WIB
Mata uang dolar Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Sertac Kayar/am.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: