Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memastikan pengelolaan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan di 2021 akan dilakukan secara prudent dan berhati-hati.

"Pengelolaan SBN akan dilakukan se-prudent mungkin. Kita betul-betul memperhatikan pasar dan mencari titik-titik masuk ke pasar yang baik," kata Suahasil dalam jumpa pers virtual APBN di Jakarta, Selasa.

Ia memastikan penerbitan SBN ini akan mempertimbangkan kebutuhan pendanaan APBN dan investor yang memadai agar tidak terdampak terlalu dalam dengan ketidakpastian pasar keuangan global.

Sebelumnya, penerbitan SBN selama Februari-Maret 2021 terpengaruh oleh pemulihan ekonomi AS dan perbaikan kondisi pandemi yang mendorong kenaikan inflasi dan imbal hasil US Treasury.

Baca juga: Pemerintah tetapkan hasil penjualan SR014 capai Rp16,7 triliun

Situasi itu menyebabkan kenaikan yield untuk Surat Utang Negara (SUN) rupiah dan rendahnya penawaran masuk dalam lelang SUN rutin setiap bulan karena kurangnya minat dari investor asing.

"Kita punya kebutuhan defisit anggaran 5,7 persen terhadap PDB (di APBN 2021). Kalau kita ingin memenuhi pembiayaan itu, mesti smart masuk ke pasar," kata Suahasil.

Meski demikian, ia memastikan pemerintah tidak hanya fokus untuk memenuhi pembiayaan dari utang karena sumber pendanaan utama untuk APBN berasal dari pajak.

Sebelumnya, realisasi pembiayaan APBN pada 2021 hingga akhir Februari telah tercatat mencapai Rp273,1 triliun atau 27,1 persen dari target defisit anggaran Rp1.006,4 triliun.

Baca juga: BI telah beli SBN di pasar perdana 2021 hingga Rp65,03 triliun

Dari pembiayaan tersebut, sebagian besar telah dipenuhi melalui penerbitan SBN (neto) Rp271,4 triliun atau 22,5 persen dari target Rp1.207,3 triliun. Pencapaian ini tumbuh signifikan 138,4 persen dibandingkan periode sama 2020.

Kementerian Keuangan mencatat pembiayaan utang tersebut sudah relatif tinggi karena mencapai 91,5 persen dari target penerbitan pada triwulan I-2021.

Untuk mengantisipasi perkembangan pasar keuangan dan kenaikan yield ini, terdapat penyesuaian strategi pembiayaan, salah satunya mengurangi target lelang SBN domestik dan menggeser penerbitan utang valas di semester I-2021.

Selain itu, strategi lainnya adalah mendorong optimalisasi Saldo Anggaran Lebih (SAL) pada 2020 untuk mengurangi gross penerbitan SBN dan dukungan peran Bank Indonesia sebagai standby buyer SBN.

Hingga saat ini, kontribusi pembelian SBN oleh bank sentral berdasarkan Surat Keputusan Bersama mencapai Rp73,88 triliun yang terdiri dari SUN Rp45,18 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Rp28,7 triliun.