Kembangkan "homestay", SMF siapkan dana Rp20 miliar pada 2021
23 Maret 2021 13:35 WIB
Dokumentasi - Direktur SMF Trisnadi Yulrisman menandatangani perjanjian kerja sama pembiayaan homestay di Desa Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (1/10/2020). ANTARA/HO-SMF.
Jakarta (ANTARA) - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF menyiapkan dana sebesar Rp20 miliar untuk pembiayaan pengembangan pondok wisata atau homestay pada 2021.
"Paling tidak tahun ini kami sediakan sekitar Rp20 miliar (untuk pengembangan homestay)," kata Direktur Keuangan dan Operasional PT SMF (Persero) Trisnadi Yulrisman dalam seminar bertajuk "Mendorong Potensi Wisata Melalui Pembiayaan Homestay" yang digelar secara hybrid dari Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Trisnadi menjelaskan meski telah menyiapkan dana besar untuk mendukung percepatan pemulihan sektor pariwisata, total pembiayaan untuk pengembangan homestay yang telah terealisasi sejak 2019 baru mencapai Rp5 miliar.
"Plafon yang sudah kami tandatangani dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama (PKS) itu sudah Rp8 miliar, tapi karena kondisi pandemi, baru terealisasi sekitar Rp5 miliar. Artinya masih ada Rp3 miliar yang masih bisa ditarik oleh para penerima homestay," katanya.
Baca juga: Menparekraf: Berkembangnya desa wisata, peluang besar bagi "homestay"
Trisnadi berharap sisa dana yang ada bisa segera ditarik dan dimanfaatkan untuk pembiayaan homestay. Terlebih, meski menyalurkan pendanaan, perusahaan akan tetap menerima pengembalian dana sehingga pembiayaan bisa disebar ke tempat lain.
"Masih tersedia dana yang cukup dari SMF yang kita sisihkan untuk betul-betul untuk pembiayaan homestay," katanya.
Program pembiayaan homestay yang dilakukan SMF telah dimulai sejak 2019 dan telah disalurkan ke empat destinasi wisata, utamanya di sejumlah desa wisata. Ke empat destinasi itu yaitu di kawasan Borobudur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Program tersebut memberikan pembiayaan pengembangan homestay dengan plafon maksimal Rp150 juta, tenor kredit maksimal 10 tahun, dan suku bunga 3 persen per tahun. Sementara itu, pencairan dana akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan progres pembangunan homestay.
"Jadi bisa 50 persen di awal. Kalau progres sudah 70 persen, kita kasih sisanya. Tahapannya tidak njelimet," katanya.
Baca juga: PII-SMF dorong proyek skema KPBU untuk infrastruktur perumahan
Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional di sektor pariwisata, pemerintah menjalankan program berbasis komunitas, salah satunya program pembiayaan homestay.
"Pemerintah berkolaborasi dengan pihak swasta dalam skema public private people partnership (PPPP), salah satunya dengan Sarana Multigriya Finansial (SMF) membuka akses pembiayaan khusus homestay dengan kriteria dan persyaratan yang cukup ringan," katanya.
Menurut Sandiaga, dengan beralihnya konsep pariwisata yang terjadi, di mana wisatawan kini lebih fokus pada pengalaman yang didapat, pengembangan homestay punya peluang terus dilakukan.
"Homestay ini berpeluang besar karena konsep pariwisata yang shifting ini, karena ternyata wisatawan lebih banyak memiliki pengalaman khas tentang daerah. Homestay berpeluang besar terutama dengan pertimbangan investasi kecil dan relatif singkat," katanya.
"Paling tidak tahun ini kami sediakan sekitar Rp20 miliar (untuk pengembangan homestay)," kata Direktur Keuangan dan Operasional PT SMF (Persero) Trisnadi Yulrisman dalam seminar bertajuk "Mendorong Potensi Wisata Melalui Pembiayaan Homestay" yang digelar secara hybrid dari Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Trisnadi menjelaskan meski telah menyiapkan dana besar untuk mendukung percepatan pemulihan sektor pariwisata, total pembiayaan untuk pengembangan homestay yang telah terealisasi sejak 2019 baru mencapai Rp5 miliar.
"Plafon yang sudah kami tandatangani dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama (PKS) itu sudah Rp8 miliar, tapi karena kondisi pandemi, baru terealisasi sekitar Rp5 miliar. Artinya masih ada Rp3 miliar yang masih bisa ditarik oleh para penerima homestay," katanya.
Baca juga: Menparekraf: Berkembangnya desa wisata, peluang besar bagi "homestay"
Trisnadi berharap sisa dana yang ada bisa segera ditarik dan dimanfaatkan untuk pembiayaan homestay. Terlebih, meski menyalurkan pendanaan, perusahaan akan tetap menerima pengembalian dana sehingga pembiayaan bisa disebar ke tempat lain.
"Masih tersedia dana yang cukup dari SMF yang kita sisihkan untuk betul-betul untuk pembiayaan homestay," katanya.
Program pembiayaan homestay yang dilakukan SMF telah dimulai sejak 2019 dan telah disalurkan ke empat destinasi wisata, utamanya di sejumlah desa wisata. Ke empat destinasi itu yaitu di kawasan Borobudur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Program tersebut memberikan pembiayaan pengembangan homestay dengan plafon maksimal Rp150 juta, tenor kredit maksimal 10 tahun, dan suku bunga 3 persen per tahun. Sementara itu, pencairan dana akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan progres pembangunan homestay.
"Jadi bisa 50 persen di awal. Kalau progres sudah 70 persen, kita kasih sisanya. Tahapannya tidak njelimet," katanya.
Baca juga: PII-SMF dorong proyek skema KPBU untuk infrastruktur perumahan
Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional di sektor pariwisata, pemerintah menjalankan program berbasis komunitas, salah satunya program pembiayaan homestay.
"Pemerintah berkolaborasi dengan pihak swasta dalam skema public private people partnership (PPPP), salah satunya dengan Sarana Multigriya Finansial (SMF) membuka akses pembiayaan khusus homestay dengan kriteria dan persyaratan yang cukup ringan," katanya.
Menurut Sandiaga, dengan beralihnya konsep pariwisata yang terjadi, di mana wisatawan kini lebih fokus pada pengalaman yang didapat, pengembangan homestay punya peluang terus dilakukan.
"Homestay ini berpeluang besar karena konsep pariwisata yang shifting ini, karena ternyata wisatawan lebih banyak memiliki pengalaman khas tentang daerah. Homestay berpeluang besar terutama dengan pertimbangan investasi kecil dan relatif singkat," katanya.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: