Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan perekonomian Indonesia pada kuartal I tahun ini masih akan mengalami kontraksi yaitu di kisaran minus 1 persen hingga minus 0,1 persen.

“Untuk triwulan I di Kemenkeu masih dalam range antara minus 1 persen hingga minus 0,1 persen. Kita berharap sebetulnya bisa mencapai zona netral tapi kita masih mendekati minus 0,1 persen,” katanya dalam Konferensi Pers APBN KiTA secara daring di Jakarta, Selasa.

Meski demikian, Sri Mulyani menyatakan untuk keseluruhan tahun, Kementerian Keuangan tetap memprediksikan ekonomi Indonesia akan berada di level antara 4,5 persen sampai 5,3 persen.

“Tahun 2021 APBN disusun dengan asumsi makro pertumbuhan 5 persen dan kita belum merevisi, masih antara 4,5 persen sampai 5,3 persen,” ujarnya.

Baca juga: Kemenkeu: Program vaksinasi dongkrak ekonomi RI lebih baik tahun ini

Ia menjelaskan optimisme tetap terjaga lantaran lembaga internasional seperti OECD melakukan peningkatan proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 yaitu dari 4 persen menjadi 4,9 persen.

Kemudian optimisme juga terus dipertahankan karena IMF menilai fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat dan kebijakan makro ekonomi yang prudent mampu memberikan kontribusi terhadap ketahanan ekonomi nasional.

Ia melanjutkan IMF turut mengapresiasi upaya reformasi struktural yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui UU Cipta Kerja untuk bisa menutup pembiayaan. “Terutama kebutuhan pembangunan infrastruktur yang diharapkan tidak meningkatkan leverage tapi meningkatkan ekuitas,” ujarnya.

Baca juga: Kemenko: Pertumbuhan ekonomi akan mulai terasa pada triwulan III-2021

Tak hanya itu, Sri Mulyani menuturkan mobilitas masyarakat juga mulai mengalami pemulihan seiring dengan jumlah kasus COVID-19 yang terus menurun pada level 5.000.

Terlebih lagi, ia percaya bahwa jika vaksinasi terus berjalan dengan sukses maka Indonesia akan mampu mengalami tren yang meningkat dan terakselerasi pada Maret dan triwulan II.

“Ini adalah tanda positif dan menunjukkan nyata. Seluruh kegiatan ekonomi dan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan menjaga peningkatan jumlah COVID-19 di Indonesia,” tegasnya.