Jakarta (ANTARA) - Direktur Umum Pusat Kesenjataan dan Artileri Medan TNI AD Brigjen TNI Dedi Sastrawan membagikan cara khusus mendisiplinkan prajurit-nya ketika dia menjadi Komandan Batalyon Armed 10 Brajamusti.

Brigjen TNI Dedi Sastrawan dalam Buletin TNI AD, di Jakarta, Selasa, mengatakan ia pada saat itu memakai lagu-lagu Rhoma Irama untuk mengingatkan agar prajurit-nya tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan dan norma.

"Jam-jam komandan itu memang sering dihadapkan situasi dan kondisi zaman itu, bagaimana saat itu komandan (bisa membuat) anggota itu terngiang, masuk dengan bahasa-bahasa yang mungkin mudah dicerna oleh anggota, selalu kita hadapkan dengan lagu-lagu bang Rhoma," kata dia.

Ketika ada prajurit-nya yang didapati berjudi, Brigjen TNI Dedi mengingatkan dengan lagu Rhoma yang berjudul "Judi". Dia memperingatkan prajurit-nya dengan menyanyikan lagu tersebut saat menegur sang prajurit dan satuannya.

Brigjen TNI Dedi kala itu juga menggunakan lagu Rhoma yang bercerita soal minuman keras dan begadang, maupun soal darah muda.

"Saat itu prajurit itu kan banyak merebak dimana-mana yang mabuk, kurang tidur, banyak juga yang miras. Biar tercerna dibenak-nya, maka kita kaitkan lah dengan lagu-lagu Rhoma Irama, saat yel-yel, misalnya, saya terikkan (lagu) judi, sehingga kalau ada, merasa malu dia," ucap Dedi.

Meskipun Brigjen TNI Dedi menggunakan lagu-lagu dalam mengingatkan dan mendisiplinkan prajurit-nya, namun hal itu tidak menghilangkan ketegasan seorang komandan terhadap anggotanya. Karena ada saat-saat tertentu sikap-sikap tegas diambil untuk menertibkan para prajurit

Sementara mendisiplinkan dan mengingatkan prajurit dengan cara menyanyikan lagu Rhoma Irama lanjut dia bertujuan untuk membangun komunikasi yang baik antara komandan dan anggotanya.

"Ya dulu sebetulnya nyanyi itu kan bagian dari komunikasi dengan prajurit, sehingga kalau kita dengan menghibur, itu bagian refreshing. Saya dengan prajurit itu bagaimana bisa menyatu, dekat dengan prajurit, kalau dekat kita mendapatkan informasi," tutur-nya.

Kemudian, upaya lebih dekat dengan prajurit itu lanjut dia juga karena ia menganggap prajurit-nya sebagai anak sendiri yang mesti dijaga, diayomi dan diarahkan agar tetap pada jalur yang benar.