Artikel
Doa dan ikhtiar lansia menuju kekebalan kelompok
Oleh Andi Firdaus
22 Maret 2021 17:14 WIB
Peserta vaksinasi lansia, Entin Swartini (65), berdoa saat menerima suntikan dosis pertama vaksin COVID-19 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (21/3/2021). ANTARA/Andi Firdaus/am.
Jakarta (ANTARA) - Tio Rachmi Junia (26) terkejut ketika sang ibu menolak divaksinasi di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Padahal sudah dua pekan lamanya perempuan bontot dari enam bersaudara itu berusaha meyakini sang ibu, Entin Suwartini (65) tentang keamanan vaksin COVID-19 bagi lansia berdasarkan informasi yang didapat dari pemberitaan media massa.
"Sudah, enggak usah. Biar Mama dilindungi sama Allah SWT. Mama selalu berdoa buat kesehatan kita semua," kata Tio menceritakan awal mula penolakan itu.
Tio menduga, latar belakang penolakan itu karena keterbatasan wawasan sang ibu seputar fakta vaksin COVID-19 di Indonesia atau rasa trauma masa lalu Entin terhadap jarum suntik sehingga memicu berbagai alasan untuk menolak.
Perempuan berhijab yang kini bekerja di salah satu produsen peralatan rumah tangga di Jakarta Pusat itu pun berupaya lebih agar Entin ikut vaksinasi. Harapannya, sang ibu tidak ikut terpapar COVID-19 seperti yang pernah dialami sang ayah pada Januari 2021.
Entin memang dikenal di keluarganya sebagai sosok yang tegar pada pendirian, namun memiliki pergaulan terbatas di lingkungan tempat tinggal mereka di kawasan Wisma Asri, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Tio menceritakan ada beberapa rekan Entin di komunitas ibu-ibu yang menyampaikan informasi bahwa vaksin COVID-19 berbahaya bagi lansia dengan penyakit bawaan, salah satunya penyakit maag yang dialami sang ibu. Sementara informasi itu tidak disampaikan secara menyeluruh.
Laporan penularan COVID-19 terhadap penerima vaksin dosis kedua di Indonesia serta pertimbangan kehalalan juga turut melemahkan keyakinan Entin atas efektivitas vaksin.
Ketaatan Entin menjalankan norma agama, seperti menjadi peluang Tio untuk membujuk dengan cara lain. "Setahu saya, yang namanya doa harus diiringi sama ikhtiar (berusaha). Termasuk pemuka agama yang sudah menyatakan bahwa vaksin ini sedang sangat dibutuhkan," katanya.
Dia meyakinkan sang ibu bahwa vaksinasi yang dijalani tidak hanya mengurangi risiko tertular SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, tapi juga ikhtiar menuju kekebalan kelompok atau herd immunity.
Trauma terhadap jarum suntik yang membekas di kehidupan Entin pun berhasil diatasi melalui pendekatan psikologis.
"Ibu saya sejak 1960-an sudah pernah juga disuntik dan pengalaman itu sudah ada. Suntikan vaksin ini di otot, lain dengan di bawah kulit untuk tes TBC, itu memang sakit karena jarum dipaksa masuk ke dalam kulit. Harus bengkak supaya bisa dipantau reaksinya," katanya.
Singkat cerita, Entin pun luluh dan mau mendaftar melalui loket.com serta mendatangi tempat penyuntikan vaksin di lingkungan GBK pada Ahad (21/3/2021) siang.
Baca juga: Sekda DKI : Lansia antusias ikut vaksinasi di Jakarta Utara
Baca juga: Peserta vaksin kelompok lansia diimbau sertakan nomor HP yang benar
Pelayanan
Meski telah mempersiapkan tangkapan layar tiket hasil mendaftar vaksinasi via tiket.com, nyatanya petugas keamanan di pintu masuk hanya meminta peserta untuk memperlihatkan KTP.
Satu peserta vaksinasi hanya diperbolehkan masuk ke area pelayanan dengan ditemani maksimal satu orang pendamping dari perwakilan keluarga atau kolega. Itu pun pada jam yang telah ditentukan melalui pendaftaran aplikasi.
Saat dipastikan usianya masuk kategori lansia, peserta diberikan formulir isian sekitar empat hingga lima lembar dan dipersilakan masuk. Formulir tersebut dibawa ke meja registrasi dan petugas setempat yang membantu pengisian biodata.
Setelah itu, peserta diarahkan menuju ruangan lain untuk menjalani tahapan asesmen dengan tenaga kesehatan.
"Ibu saya ditanya beberapa pertanyaan seputar riwayat kesehatannya dan Alhamdulillah dinyatakan lolos skrining karena biasanya dia suka mengalami maag," kata Tio.
Peserta juga sempat diperiksa suhu tubuh untuk dinyatakan dalam kondisi normal. Namun, untuk tensi darah, meski masih batas normal, tergolong agak tinggi. "Mungkin karena capek habis jalan dari tempat parkir sampai sini," kata petugas asesmen.
Selesai proses asesmen, peserta pun menuju bilik penyuntikan. Saat itu ada beberapa orang yang tengah mengantre menunggu giliran.
Dikarenakan hanya ada dua meja pelayanan penyuntikan, peserta harus menunggu sekira 15 menit sebelum dipanggil. Proses penyuntikan tidak berjalan lama, hanya beberapa menit saja dan sudah selesai.
"Saya berdoa saat disuntik. Ternyata memang tidak sakit," kata Entin.
Setelah penyuntikan, peserta diarahkan menunggu di area observasi bersama puluhan peserta lain yang juga sama-sama selesai disuntik untuk memastikan tidak ada reaksi negatif dari vaksin yang mereka terima.
Sejumlah peserta tampak kegerahan sebab area observasi tidak dilengkapi pendingin ruangan (AC). Panitia hanya memasang kipas angin di beberapa sudut ruangan dengan situasi cuaca yang siang itu cukup terik.
"Semestinya masa observasi ini ditunggu 30 menit setelah penyuntikan. Tapi menurut salah satu petugas, jika memang tidak ada gejala yang dirasakan setelah disuntik maka boleh pulang lebih cepat. Jadi kami hanya menjalani masa observasi sekira 20 menit saja," kata Tio.
Baca juga: Sekda DKI minta perangkat daerah pastikan lansia dapat vaksin
Baca juga: Aceh targetkan vaksinasi COVID-19 untuk 435 ribu lansia
Gaptek
Gagap teknologi (gaptek) merupakan salah satu tantangan tersendiri bagi petugas pelayanan dalam memberikan edukasi terhadap peserta lansia. Salah satunya pada proses input data nomor telepon yang sebenarnya mudah untuk dilakukan namun fatal bila terjadi kesalahan.
Seorang peserta asal Depok, Jawa Barat, terpaksa kembali mendatangi meja registrasi panitia di GBK karena mengaku belum menerima sertifikat vaksin serta pemberitahuan jadwal vaksinasi dosis kedua sejak penyuntikan pertama pada Sabtu (20/3/2021).
Panitia Vaksinasi Lansia di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Luthfi Salehudin, mengatakan persoalan itu muncul akibat kesalahan saat proses input nomor telepon.
"Biasanya peserta lansia ini didaftarkan melalui nomor telepon anaknya atau keluarga. Sertifikat dikirim sesuai nomor yang tercantum," katanya.
Pada area asesmen, kata Luthfi, panitia selalu mengingatkan peserta untuk mengecek ulang nomor telepon yang didaftarkan kepada panitia.
Luthfi menambahkan peserta vaksin yang merasa belum menerima notifikasi sertifikat vaksin tidak perlu kembali datang ke GBK. Peserta diarahkan untuk menanyakan hal itu melalui pusat informasi di nomor 0813-1581-5112 atau 0813-1581-5081.
"Sertifikat dan jadwal vaksin kedua akan diinformasikan melalui SMS atau WA serta bisa dicetak melalui aplikasi Peduli Lindungi. Biasanya 28 hari setelah penyuntikan pertama lansia," katanya.
Kendala lainnya adalah laporan kehilangan barang, yang sebenarnya itu terjadi akibat faktor peserta lansia yang lupa menyimpan barang bawaan.
Tidak jarang petugas mengamankan barang bawaan peserta yang tertinggal untuk dikembalikan saat yang bersangkutan merasa kehilangan.
Ada pula peserta yang bingung dengan alur pelayanan di lokasi vaksinasi, padahal panitia telah memasang petunjuk alur menggunakan media papan besar yang terpampang di setiap zona layanan.
Selain itu sejumlah petugas informasi juga aktif memberikan keterangan lewat pengeras suara maupun yang disebar untuk berkeliling.
Baca juga: UGM gelar vaksinasi massal untuk para dosen lansia
Baca juga: Sejumlah pemulung lansia ber-KTP DKI ikuti vaksinasi COVID-19
Antrean
Dilansir dari laman Instagram @sentravaksinasibersamabumn, panitia melaporkan total lansia dan pelayan publik yang divaksin di GBK sejak 5 hingga 20 Maret 2021 mencapai total 73.328 orang dari target tahapan kedua nasional sebanyak 21,5 juta kelompok usia di atas 59 tahun.
Tingkat kunjungan tertinggi peserta di GBK terjadi pada 17 Maret 2021 sebanyak 3.806 orang. Luthfi melaporkan rata-rata pelayanan terhadap peserta dari kelompok lansia mencapai kisaran 2.000 hingga 3.000 peserta per hari dari wilayah Jabodetabek.
Secara keseluruhan, pelaksanaan vaksinasi lansia di Istora Senayan, Ahad (21/3/2021), boleh dibilang kondusif, tanpa antrean maupun penumpukan peserta di satu titik.
Suasana itu tidak lepas dari strategi panitia yang memetik pelajaran dari peristiwa antrean panjang yang sempat mewarnai pelaksanaan perdana, Rabu (10/3/2021).
Sejak Sabtu (20/3/2021), panitia membagi area pelayanan menjadi dua bagian untuk mengantisipasi antrean. Masing-masing di area Tenis Indoor dan Istora Senayan yang jaraknya berdekatan.
Panitia juga memfungsikan gedung parkir kendaraan sebagai ruang tunggu peserta dan keluarga pengantar manakala tenda tunggu peserta telah penuh.
Selain penambahan gedung layanan, panitia juga mengintensifkan pendaftaran peserta dengan KTP di luar wilayah DKI melalui aplikasi https://loket.com/event/vaksinasicovid19.
Pelayanan vaksinasi di Sentra Vaksinasi Bersama dibuka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB serta berlangsung hingga Mei 2021 di Istora Senayan, Jakarta Pusat.
Mengutip pernyataan Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pelaksanaan vaksinasi tahap kedua yang harus diutamakan adalah lansia karena di antara 100 orang lansia yang terkena COVID-19, lebih dari 50 orang yang fatal risikonya. Dia sangat terharu karena banyak lansia yang antusias datang ke sini untuk mengikuti vaksinasi.
Kehati-hatian berperilaku harus terus kita jalankan, yang pasti vaksin mengurangi risiko kita tertular. Yang paling penting harus ada perubahan perilaku untuk mengurangi penularan, pada saat pandemi ini dengan menerapkan protokol kesehatan 3M.*
Baca juga: Keluarga berperan penting bantu vaksinasi lansia
Baca juga: Lansia non DKI apresiasi kemudahan layanan vaksin umum Istora Senayan
Padahal sudah dua pekan lamanya perempuan bontot dari enam bersaudara itu berusaha meyakini sang ibu, Entin Suwartini (65) tentang keamanan vaksin COVID-19 bagi lansia berdasarkan informasi yang didapat dari pemberitaan media massa.
"Sudah, enggak usah. Biar Mama dilindungi sama Allah SWT. Mama selalu berdoa buat kesehatan kita semua," kata Tio menceritakan awal mula penolakan itu.
Tio menduga, latar belakang penolakan itu karena keterbatasan wawasan sang ibu seputar fakta vaksin COVID-19 di Indonesia atau rasa trauma masa lalu Entin terhadap jarum suntik sehingga memicu berbagai alasan untuk menolak.
Perempuan berhijab yang kini bekerja di salah satu produsen peralatan rumah tangga di Jakarta Pusat itu pun berupaya lebih agar Entin ikut vaksinasi. Harapannya, sang ibu tidak ikut terpapar COVID-19 seperti yang pernah dialami sang ayah pada Januari 2021.
Entin memang dikenal di keluarganya sebagai sosok yang tegar pada pendirian, namun memiliki pergaulan terbatas di lingkungan tempat tinggal mereka di kawasan Wisma Asri, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Tio menceritakan ada beberapa rekan Entin di komunitas ibu-ibu yang menyampaikan informasi bahwa vaksin COVID-19 berbahaya bagi lansia dengan penyakit bawaan, salah satunya penyakit maag yang dialami sang ibu. Sementara informasi itu tidak disampaikan secara menyeluruh.
Laporan penularan COVID-19 terhadap penerima vaksin dosis kedua di Indonesia serta pertimbangan kehalalan juga turut melemahkan keyakinan Entin atas efektivitas vaksin.
Ketaatan Entin menjalankan norma agama, seperti menjadi peluang Tio untuk membujuk dengan cara lain. "Setahu saya, yang namanya doa harus diiringi sama ikhtiar (berusaha). Termasuk pemuka agama yang sudah menyatakan bahwa vaksin ini sedang sangat dibutuhkan," katanya.
Dia meyakinkan sang ibu bahwa vaksinasi yang dijalani tidak hanya mengurangi risiko tertular SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, tapi juga ikhtiar menuju kekebalan kelompok atau herd immunity.
Trauma terhadap jarum suntik yang membekas di kehidupan Entin pun berhasil diatasi melalui pendekatan psikologis.
"Ibu saya sejak 1960-an sudah pernah juga disuntik dan pengalaman itu sudah ada. Suntikan vaksin ini di otot, lain dengan di bawah kulit untuk tes TBC, itu memang sakit karena jarum dipaksa masuk ke dalam kulit. Harus bengkak supaya bisa dipantau reaksinya," katanya.
Singkat cerita, Entin pun luluh dan mau mendaftar melalui loket.com serta mendatangi tempat penyuntikan vaksin di lingkungan GBK pada Ahad (21/3/2021) siang.
Baca juga: Sekda DKI : Lansia antusias ikut vaksinasi di Jakarta Utara
Baca juga: Peserta vaksin kelompok lansia diimbau sertakan nomor HP yang benar
Pelayanan
Meski telah mempersiapkan tangkapan layar tiket hasil mendaftar vaksinasi via tiket.com, nyatanya petugas keamanan di pintu masuk hanya meminta peserta untuk memperlihatkan KTP.
Satu peserta vaksinasi hanya diperbolehkan masuk ke area pelayanan dengan ditemani maksimal satu orang pendamping dari perwakilan keluarga atau kolega. Itu pun pada jam yang telah ditentukan melalui pendaftaran aplikasi.
Saat dipastikan usianya masuk kategori lansia, peserta diberikan formulir isian sekitar empat hingga lima lembar dan dipersilakan masuk. Formulir tersebut dibawa ke meja registrasi dan petugas setempat yang membantu pengisian biodata.
Setelah itu, peserta diarahkan menuju ruangan lain untuk menjalani tahapan asesmen dengan tenaga kesehatan.
"Ibu saya ditanya beberapa pertanyaan seputar riwayat kesehatannya dan Alhamdulillah dinyatakan lolos skrining karena biasanya dia suka mengalami maag," kata Tio.
Peserta juga sempat diperiksa suhu tubuh untuk dinyatakan dalam kondisi normal. Namun, untuk tensi darah, meski masih batas normal, tergolong agak tinggi. "Mungkin karena capek habis jalan dari tempat parkir sampai sini," kata petugas asesmen.
Selesai proses asesmen, peserta pun menuju bilik penyuntikan. Saat itu ada beberapa orang yang tengah mengantre menunggu giliran.
Dikarenakan hanya ada dua meja pelayanan penyuntikan, peserta harus menunggu sekira 15 menit sebelum dipanggil. Proses penyuntikan tidak berjalan lama, hanya beberapa menit saja dan sudah selesai.
"Saya berdoa saat disuntik. Ternyata memang tidak sakit," kata Entin.
Setelah penyuntikan, peserta diarahkan menunggu di area observasi bersama puluhan peserta lain yang juga sama-sama selesai disuntik untuk memastikan tidak ada reaksi negatif dari vaksin yang mereka terima.
Sejumlah peserta tampak kegerahan sebab area observasi tidak dilengkapi pendingin ruangan (AC). Panitia hanya memasang kipas angin di beberapa sudut ruangan dengan situasi cuaca yang siang itu cukup terik.
"Semestinya masa observasi ini ditunggu 30 menit setelah penyuntikan. Tapi menurut salah satu petugas, jika memang tidak ada gejala yang dirasakan setelah disuntik maka boleh pulang lebih cepat. Jadi kami hanya menjalani masa observasi sekira 20 menit saja," kata Tio.
Baca juga: Sekda DKI minta perangkat daerah pastikan lansia dapat vaksin
Baca juga: Aceh targetkan vaksinasi COVID-19 untuk 435 ribu lansia
Gaptek
Gagap teknologi (gaptek) merupakan salah satu tantangan tersendiri bagi petugas pelayanan dalam memberikan edukasi terhadap peserta lansia. Salah satunya pada proses input data nomor telepon yang sebenarnya mudah untuk dilakukan namun fatal bila terjadi kesalahan.
Seorang peserta asal Depok, Jawa Barat, terpaksa kembali mendatangi meja registrasi panitia di GBK karena mengaku belum menerima sertifikat vaksin serta pemberitahuan jadwal vaksinasi dosis kedua sejak penyuntikan pertama pada Sabtu (20/3/2021).
Panitia Vaksinasi Lansia di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Luthfi Salehudin, mengatakan persoalan itu muncul akibat kesalahan saat proses input nomor telepon.
"Biasanya peserta lansia ini didaftarkan melalui nomor telepon anaknya atau keluarga. Sertifikat dikirim sesuai nomor yang tercantum," katanya.
Pada area asesmen, kata Luthfi, panitia selalu mengingatkan peserta untuk mengecek ulang nomor telepon yang didaftarkan kepada panitia.
Luthfi menambahkan peserta vaksin yang merasa belum menerima notifikasi sertifikat vaksin tidak perlu kembali datang ke GBK. Peserta diarahkan untuk menanyakan hal itu melalui pusat informasi di nomor 0813-1581-5112 atau 0813-1581-5081.
"Sertifikat dan jadwal vaksin kedua akan diinformasikan melalui SMS atau WA serta bisa dicetak melalui aplikasi Peduli Lindungi. Biasanya 28 hari setelah penyuntikan pertama lansia," katanya.
Kendala lainnya adalah laporan kehilangan barang, yang sebenarnya itu terjadi akibat faktor peserta lansia yang lupa menyimpan barang bawaan.
Tidak jarang petugas mengamankan barang bawaan peserta yang tertinggal untuk dikembalikan saat yang bersangkutan merasa kehilangan.
Ada pula peserta yang bingung dengan alur pelayanan di lokasi vaksinasi, padahal panitia telah memasang petunjuk alur menggunakan media papan besar yang terpampang di setiap zona layanan.
Selain itu sejumlah petugas informasi juga aktif memberikan keterangan lewat pengeras suara maupun yang disebar untuk berkeliling.
Baca juga: UGM gelar vaksinasi massal untuk para dosen lansia
Baca juga: Sejumlah pemulung lansia ber-KTP DKI ikuti vaksinasi COVID-19
Antrean
Dilansir dari laman Instagram @sentravaksinasibersamabumn, panitia melaporkan total lansia dan pelayan publik yang divaksin di GBK sejak 5 hingga 20 Maret 2021 mencapai total 73.328 orang dari target tahapan kedua nasional sebanyak 21,5 juta kelompok usia di atas 59 tahun.
Tingkat kunjungan tertinggi peserta di GBK terjadi pada 17 Maret 2021 sebanyak 3.806 orang. Luthfi melaporkan rata-rata pelayanan terhadap peserta dari kelompok lansia mencapai kisaran 2.000 hingga 3.000 peserta per hari dari wilayah Jabodetabek.
Secara keseluruhan, pelaksanaan vaksinasi lansia di Istora Senayan, Ahad (21/3/2021), boleh dibilang kondusif, tanpa antrean maupun penumpukan peserta di satu titik.
Suasana itu tidak lepas dari strategi panitia yang memetik pelajaran dari peristiwa antrean panjang yang sempat mewarnai pelaksanaan perdana, Rabu (10/3/2021).
Sejak Sabtu (20/3/2021), panitia membagi area pelayanan menjadi dua bagian untuk mengantisipasi antrean. Masing-masing di area Tenis Indoor dan Istora Senayan yang jaraknya berdekatan.
Panitia juga memfungsikan gedung parkir kendaraan sebagai ruang tunggu peserta dan keluarga pengantar manakala tenda tunggu peserta telah penuh.
Selain penambahan gedung layanan, panitia juga mengintensifkan pendaftaran peserta dengan KTP di luar wilayah DKI melalui aplikasi https://loket.com/event/vaksinasicovid19.
Pelayanan vaksinasi di Sentra Vaksinasi Bersama dibuka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB serta berlangsung hingga Mei 2021 di Istora Senayan, Jakarta Pusat.
Mengutip pernyataan Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pelaksanaan vaksinasi tahap kedua yang harus diutamakan adalah lansia karena di antara 100 orang lansia yang terkena COVID-19, lebih dari 50 orang yang fatal risikonya. Dia sangat terharu karena banyak lansia yang antusias datang ke sini untuk mengikuti vaksinasi.
Kehati-hatian berperilaku harus terus kita jalankan, yang pasti vaksin mengurangi risiko kita tertular. Yang paling penting harus ada perubahan perilaku untuk mengurangi penularan, pada saat pandemi ini dengan menerapkan protokol kesehatan 3M.*
Baca juga: Keluarga berperan penting bantu vaksinasi lansia
Baca juga: Lansia non DKI apresiasi kemudahan layanan vaksin umum Istora Senayan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: