Jakarta (ANTARA) - Seluruh insan perpustakaan di Tanah Air diminta untuk menguatkan perannya dalam mentransfer pengetahuan kepada masyarakat.

“Konsolidasi dan koordinasi antarpemangku kepentingan di bidang perpustakaan secara intens dilakukan dalam Rakornas, sehingga perpustakaan sebagai sektor terdepan dalam peningkatan literasi, inovasi, dan kreativitas bisa mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter,” ujar Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dalam Rakornasi Bidang Perpustakaan 2021 yang dipantau di Jakarta, Senin.

Rakornas tersebut bertujuan menguatkan peran perpustakaan dalam transfer pengetahuan untuk meningkatkan budaya literasi sekaligus berperan dalam pemulihan ekonomi nasional.

Acara dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Bidang Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri, Suhajar Diantoro, mewakili Mendagri Tito Karnavian.

Baca juga: Pemerintah dorong pemanfaatan Dana Desa kembangkan perpustakaan desa

Baca juga: Perpusnas perkuat budaya literasi wujudkan masyarakat berkarakter


Rakornas digelar secara daring mengusung tema "Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural" serta perumusan rencana pembangunan di bidang perpustakaan tahun 2021. Tema itu diangkat sebagai jawab berbagai persoalan dan tantangan peran perpustakaan dan pemangku kepentingan.

Literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan yang menjadi kunci utama untuk berdaya saing.

Tugas saat ini adalah memastikan sisi hulu berperan optimal dan berfungsi baik sekaligus memastikan kebutuhan bahan bacaan bagi 270 juta penduduk terpenuhi.

Menurut dia, ada empat tingkatan literasi yakni kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan, kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan baru, teori baru, dan kreativitas serta inovasi baru hingga memiliki kemampuan menganalisis informasi dan menulis buku, terakhir kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global.

Perspektif literasi Indonesia, kata dia, masih dikategorikan sedang karena kemampuan akses informasi terkait TIK yang rendah, kurangnya ketersediaan dan akses terhadap informasi yang berkualitas, serta ketidakmampuan untuk mendapatkan informasi yang relevan.

“Maka dari itu solusinya adalah peningkatan akses informasi, penguatan infrastruktur informasi dan penguatan konteks informasi bagi individu. Dengan begitu dapat menghasilkan keadilan informasi dan peningkatan literasi sehingga berdampak pada kesejahteraan,” ujar dia lagi.

Hasil kajian tentang tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia 2020 mencapai 55,74 persen dan pada 2019 mencapai 53,84. Hal itu masuk kategori sedang. Frekuensi membaca 4 kali per pekan, durasi membaca 1 jam 36 menit per hari, jumlah 2 buku per triwulan.

Perpusnas menargetkan pada 2022 nilai kegemaran membaca masyarakat ditargetkan mencapai 63,3 dengan indeks pembangunan literasi masyarakat 13.

“Maka dari itu kebijakan dan sinkronisasi pengembangan perpustakaan pusat dan daerah diperlukan guna mewujudkan pembangunan literasi dan kegemaran membaca masyarakat,” ucap dia.

Indikatornya, dengan meningkatnya nilai kegemaran membaca masyarakat dengan target 2024 adalah 71,3 persen dan nilai indeks pembangunan literasi masyarakat pada 2024 mencapai 15. Untuk itulah diperlukannya sinergi antar kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya.*

Baca juga: Perpusnas raih penghargaan pelayanan publik Sangat Baik 2020

Baca juga: Literasi pegang peranan penting tingkatkan kesejahteraan masyarakat