Umar Arsal dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu, juga menampik tidak demokratisnya Kongres Partai Demokrat 2020 kemarin dengan terpilihnya AHY sebagai ketua umum.
"Siapa bilang politik dinasti, toh semua diserahkan secara demokratis siapa saja yang mau mencalonkan terbuka. Sampai akhir pendaftaran hanya AHY yang ikut dalam kontestan Ketum," kata dia.
Dia mengatakan terlalu berlebihan dan mengada-ngada menyebut kongres 2020 yang mengukuhkan AHY sebagai ketua umum sebagai cara yang tidak demokratis.
Baca juga: Kemenkumham tunggu kelengkapan dokumen KLB Demokrat dalam satu minggu
Baca juga: Dukung KLB, enam kader Partai Demokrat di Riau dipecat
Baca juga: DPD-DPC Demokrat se-Riau laporkan KLB Sibolangit ke Kemenkumham
Dia menjelaskan terpilihnya AHY karena keinginan kader diberbagai daerah. Menurutnya setelah SBY sebagai tokoh yang layak dijual karena popularitas, Partai Demokrat butuh sosok kembali yaitu AHY.
Karena itu, bagi Umar hal yang wajar bilamana di Partai Demokrat butuh sosok yang layak di jual.
"Beli sesuatu saja butuh 'marketing' yang handal agar penjualan laris, jadi partai demokrat melakukan yang sama. Bayangkan di partai itu tidak hanya program partai yang jual dan juga ketokohan atau figur, dan AHY layak untuk para kader," ucapnya.
Kemudian, menurut dia bila melihat ketokohan DNA kematangan, kader tentunya pasti memilih AHY dibandingkan dengan dengan Marzuki Alie, Jonny Allen, Max Sopacua dan Moeldoko.
"Maaf Marzuki Alie saja waktu pemilihan gagal, Max sudah tidak jelas pindah-pindah partai, begitu juga Moeldoko tahu-tahu di Partai Demokrat, yang saya tahu dia juga di Hanura," katanya.
Umar juga menyinggung soal AHY disebut bau kencur oleh Ruhut Sitompul. Politisi asal Kendari Sulawesi Tenggara itu mengatakan bahwa AHY sosok yang lebih bermoral dan bermartabat ketimbang rekannya itu.