Kemlu: Belum ada laporan korban WNI terkait gempa di Jepang
21 Maret 2021 12:45 WIB
Ilustrasi: Petugas membersihkan dinding yang runtuh akibat gempa bumi yang kuat di Kunimi, Prefektur Fukushima, Jepang, Minggu (14/2/2021), dalam foto ini diambil oleh Kyodo. Gempa bumi tektonik dengan kekuatan magnitudo 7,3 yang berpusat di kedalaman 60 km di Perairan Fukushima itu terjadi pada Sabtu (13/2/2021) malam.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri RI menyatakan hingga saat ini belum terdapat laporan adanya warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak gempa yang melanda Jepang pada Sabtu (20/3) sore waktu setempat.
Dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Minggu, dikatakan bahwa Kedutaan Besar RI di Tokyo telah berkoordinasi dengan sejumlah perwakilan WNI di wilayah Prefektur Miyagi, di mana gempa terjadi di lepas laut daerah tersebut, guna memonitor kondisi WNI.
“Sampai saat ini belum ada laporan adanya WNI terdampak gempa,” demikian Kemlu.
Baca juga: JK soroti sistem siaga bencana saat peringati 10 tahun gempa Jepang
Baca juga: 10 tahun berlalu, Jepang berduka atas korban gempa, bencana Fukushima
KBRI Tokyo pun terus memonitor kondisi pascagempa melalui media setempat, serta laporan dari otoritas yang berwenang maupun informasi dari masyarakat.
Hotline KBRI Tokyo dapat diakses melalui nomor +81 90-3506-8612 atau +81 80-4940-7419.
Sebelumnya, pada Sabtu (20/3) terjadi gempa di lepas laut Prefektur Miyagi sekitar pukul 18:00 waktu setempat, dengan kedalaman 60 km.
Menurut laporan Reuters, mengutip lembaga penyiaran NHK, gempa berkekuatan 7,2 magnitudo itu menyebabkan tsunami setinggi 1 meter.
Sekitar satu jam usai gempa tersebut, semua peringatan tsunami telah dicabut, usai peringatan bagi warga untuk tidak mendekati garis pantai.
Meski tak ada laporan korban jiwa atau luka-luka, gempa tersebut cukup kuat untuk menggoyang gedung-gedung di Tokyo yang terletak sekitar 400 kilometer dari lokasi gempa.
Seorang pejabat badan meteorologi mengatakan kepada wartawan bahwa itu adalah gempa susulan dari gempa mematikan 2011. Bencana 2011, salah satu gempa bumi terkuat yang pernah tercatat, masih menimbulkan gempa susulan satu dekade kemudian, kata para ahli.
Baca juga: BMKG pastikan gempa Jepang tidak berdampak di Indonesia
Baca juga: Gempa 7,2 magnitudo guncang Jepang, sebabkan tsunami 1 meter
Dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Minggu, dikatakan bahwa Kedutaan Besar RI di Tokyo telah berkoordinasi dengan sejumlah perwakilan WNI di wilayah Prefektur Miyagi, di mana gempa terjadi di lepas laut daerah tersebut, guna memonitor kondisi WNI.
“Sampai saat ini belum ada laporan adanya WNI terdampak gempa,” demikian Kemlu.
Baca juga: JK soroti sistem siaga bencana saat peringati 10 tahun gempa Jepang
Baca juga: 10 tahun berlalu, Jepang berduka atas korban gempa, bencana Fukushima
KBRI Tokyo pun terus memonitor kondisi pascagempa melalui media setempat, serta laporan dari otoritas yang berwenang maupun informasi dari masyarakat.
Hotline KBRI Tokyo dapat diakses melalui nomor +81 90-3506-8612 atau +81 80-4940-7419.
Sebelumnya, pada Sabtu (20/3) terjadi gempa di lepas laut Prefektur Miyagi sekitar pukul 18:00 waktu setempat, dengan kedalaman 60 km.
Menurut laporan Reuters, mengutip lembaga penyiaran NHK, gempa berkekuatan 7,2 magnitudo itu menyebabkan tsunami setinggi 1 meter.
Sekitar satu jam usai gempa tersebut, semua peringatan tsunami telah dicabut, usai peringatan bagi warga untuk tidak mendekati garis pantai.
Meski tak ada laporan korban jiwa atau luka-luka, gempa tersebut cukup kuat untuk menggoyang gedung-gedung di Tokyo yang terletak sekitar 400 kilometer dari lokasi gempa.
Seorang pejabat badan meteorologi mengatakan kepada wartawan bahwa itu adalah gempa susulan dari gempa mematikan 2011. Bencana 2011, salah satu gempa bumi terkuat yang pernah tercatat, masih menimbulkan gempa susulan satu dekade kemudian, kata para ahli.
Baca juga: BMKG pastikan gempa Jepang tidak berdampak di Indonesia
Baca juga: Gempa 7,2 magnitudo guncang Jepang, sebabkan tsunami 1 meter
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: