Gubernur Kaltara berharap punya penggilingan padi di wilayahnya
21 Maret 2021 00:40 WIB
Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang saat mengunjungi penggilingan padi Cahaya 9 di Lawowi Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Sabtu (20/3). Dokumen Diskominfo Kaltara.
Tarakan (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Zainal Arifin Paliwang berharap di Kaltara memiliki penggilingan padi sendiri, jadi tidak tergantung dengan wilayah lain.
"Saya berharap di Kaltara bisa melakukan penggilingan padi sendiri untuk memenuhi ketersediaan pangan lokal. Jadi tidak lagi tergantung dengan beras dari luar Kaltara,” kata Zainal saat mengunjungi penggilingan padi Cahaya 9, di Lawowi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Apabila wacana itu bisa terealisasi, dia opitimistis harga-harga kebutuhan pokok di Kaltara dapat stabil dan terjangkau, sehingga petani pun sejahtera.
Dia menegaskan bahwa pemerintah provinsi (pemprov) setempat berkomitmen meningkatkan ketahanan pangan serta memastikan kesejahteraan petani.
Dalam kunjungannya tersebut, Gubernur Kaltara melihat langsung proses penggilingan padi mulai dari gabah hingga menjadi butiran beras.
Zainal menjelaskan, alasan memilih Sidrap karena menjadi salah satu daerah lumbung pangan, penghasil beras terbesar di Indonesia.
“Hasil dari penggilingan padi CV Cahaya 9 dan CV Sinar Sulawesi ini diimpor hampir oleh seluruh daerah di Indonesia. Bahkan mempunyai cabang di Kalimantan,” kata Zainal.
Pemilik penggilingan padi Cahaya 9, Jambul mengatakan keinginan Gubernur Kaltara sebenarnya dapat diakomodir dengan baik, asalkan dari pihak pemprov dapat melaksanakannya dengan serius.
"Jika memang diminta, kami siap memfasilitasi Pemprov Kaltara agar memiliki penggilingan padi sendiri," katanya pula.
Jambul menjelaskan, penggilingan padi miliknya mampu menghasilkan beras sebanyak lima ton setiap jamnya. Dengan banyaknya produksi padi di Kaltara, sudah seharusnya Kaltara memiliki penggilingan tersendiri.
"Sebenarnya Cahaya 9 ini sudah menjadi mitra dari Bulog yang ada di Kaltim dan Kaltara, kalau Kaltara punya bisa mengakomodir di daerah lainnya," ujarnya lagi.
Untuk mekanisme kerjanya nanti, pengelola dapat melakukan sistem "jemput bola", sehingga setiap daerah di Kaltara yang melakukan panen padi bisa langsung diambil atau diterima untuk melakukan penggilingan padi menjadi beras.
"Apalagi setahu saya Kaltara itu punya produk beras unggulan beras Krayan, kalau itu bisa dikembangkan tentu dapat meningkatkan petani di Kaltara," kata Jambul.
Diakui Jambul, untuk hasil produksi beras di CV Cahaya 9 dan CV Sinar Sulwesi ini sudah diekspor ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kaltim dan Kaltara.
Baca juga: Gubernur Kaltara tawarkan Delta Kayan kepada Bulog
"Saya berharap di Kaltara bisa melakukan penggilingan padi sendiri untuk memenuhi ketersediaan pangan lokal. Jadi tidak lagi tergantung dengan beras dari luar Kaltara,” kata Zainal saat mengunjungi penggilingan padi Cahaya 9, di Lawowi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Apabila wacana itu bisa terealisasi, dia opitimistis harga-harga kebutuhan pokok di Kaltara dapat stabil dan terjangkau, sehingga petani pun sejahtera.
Dia menegaskan bahwa pemerintah provinsi (pemprov) setempat berkomitmen meningkatkan ketahanan pangan serta memastikan kesejahteraan petani.
Dalam kunjungannya tersebut, Gubernur Kaltara melihat langsung proses penggilingan padi mulai dari gabah hingga menjadi butiran beras.
Zainal menjelaskan, alasan memilih Sidrap karena menjadi salah satu daerah lumbung pangan, penghasil beras terbesar di Indonesia.
“Hasil dari penggilingan padi CV Cahaya 9 dan CV Sinar Sulawesi ini diimpor hampir oleh seluruh daerah di Indonesia. Bahkan mempunyai cabang di Kalimantan,” kata Zainal.
Pemilik penggilingan padi Cahaya 9, Jambul mengatakan keinginan Gubernur Kaltara sebenarnya dapat diakomodir dengan baik, asalkan dari pihak pemprov dapat melaksanakannya dengan serius.
"Jika memang diminta, kami siap memfasilitasi Pemprov Kaltara agar memiliki penggilingan padi sendiri," katanya pula.
Jambul menjelaskan, penggilingan padi miliknya mampu menghasilkan beras sebanyak lima ton setiap jamnya. Dengan banyaknya produksi padi di Kaltara, sudah seharusnya Kaltara memiliki penggilingan tersendiri.
"Sebenarnya Cahaya 9 ini sudah menjadi mitra dari Bulog yang ada di Kaltim dan Kaltara, kalau Kaltara punya bisa mengakomodir di daerah lainnya," ujarnya lagi.
Untuk mekanisme kerjanya nanti, pengelola dapat melakukan sistem "jemput bola", sehingga setiap daerah di Kaltara yang melakukan panen padi bisa langsung diambil atau diterima untuk melakukan penggilingan padi menjadi beras.
"Apalagi setahu saya Kaltara itu punya produk beras unggulan beras Krayan, kalau itu bisa dikembangkan tentu dapat meningkatkan petani di Kaltara," kata Jambul.
Diakui Jambul, untuk hasil produksi beras di CV Cahaya 9 dan CV Sinar Sulwesi ini sudah diekspor ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kaltim dan Kaltara.
Baca juga: Gubernur Kaltara tawarkan Delta Kayan kepada Bulog
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021
Tags: