Tarakan, Kaltara (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang mendukung pembentukan tim penelusuran sejarah terbentuknya provinsi itu yang diabadikan dalam buku.

"Terciptanya buku ini akan menjadi pegangan untuk melahirkan tekad dan semangat sebagai provinsi baru yang penuh cerita," kata Zainal di Tanjung Selor, Jumat.

Baca juga: PT Japfa Comfeed Indonesia tertarik investasi di Kaltara

Dia khawatir terhadap orang-orang dahulu yang menjadi saksi dari perjalanan provinsi ke-34 ini dan tidak ingin ke depannya para sesepuh yang telah berjuang justru terlupakan dan tidak lagi dikenang dalam sejarah.

"Kita akan menghimpun dan mencatat kembali para pelaku sejarah terbentuknya provinsi ini. Tujuannya agar cerita sejarah yang akan dibukukan ini lebih lurus dan meninggalkan hal-hal baik,” kata Zainal.

Baca juga: Banjir kiriman Malaysia di Sembakung-Kaltara disampaikan ke pemerintah

Dipastikan tim penelusuran sejarah terbentuknya Kaltara akan mengakomodir semua orang yang terlibat.

Ismid Mado, salah satu tokoh pemuda yang turut memperjuangkan pembentukan Kaltara menegaskan rencana pembuatan buku untuk menguatkan bahwa tanggal 25 Oktober adalah hari lahirnya Kaltara.

Baca juga: Pemerintah teken komitmen pembangunan Bandara Binuang Kaltara

“Acuannya dari hearing (rapat dengar pendapat) tentang perubahan hari jadi Kaltara di DPRD Kaltara kemarin, di mana seluruh peserta hearing menyetujuinya untuk diubah ke tanggal 25 Oktober,” kata Ismid Mado.

Dia menambahkan, terciptanya buku ini menjadi pegangan untuk melahirkan tekad dan semangat sebagai provinsi baru yang penuh cerita.

Sementara itu, Wakil Gubernur Kaltara, Yansen TP mengatakan bahwa pembuatan buku sejarah terbentuknya Kaltara bukan untuk menampakkan kelemahan, tapi bangga dengan sejarah.

"Saya mau tim pembuatan buku itu terdiri dari orang tua (tokoh adat, red) kita. Orang tua yang akan menjadi sumber, anak-anak kita akan menulis," kata Yansen.

Dia meminta dalam buku tersebut nantinya harus menjelaskan mengenai sungai di Kaltara. Baginya, sungai-sungai tersebut merupakan bagian dari masyarakat yang mendukung terbentuknya Kaltara.

“Adanya sungai di wilayah kita ini jadi filosofi masyarakat Kaltara. Ada sungai Kayan, sungai Bahau, sungai Sembakung dan sungai yang lain, itu semua harus disebut. Kalau tidak kita sebut, artinya kita tidak mengakui masyarakat yang ada disana juga,” kata Yansen.

Dia menambahkan, perjuangan yang dihadapi untuk melahirkan Kaltara telah melibatkan banyak orang. Setiap desa dan kabupaten memiliki peran penting dalam mendukung terciptanya provinsi baru. Pihaknya tidak ingin ketika Kaltara telah tercipta sebagai provinsi, elemen-elemen penting ini tidak lagi diperhatikan.

“Seluruh desa di Kaltara telah membuat pernyataan persetujuan lahirnya Kaltara kita. Sekarang setelah jadi provinsi, jangan pula desa-desa tidak lagi diperhatikan. Saya telah merasakan yang seperti itu, pokoknya jangan sampai terjadi lagi,” katanya.

Yansen juga meminta kepada para tokoh adat beserta tim yang terbentuk untuk segera menyelesaikan kerangka buku sejarah di Kaltara.

Ia berharap tepat pada 25 Oktober nanti buku yang ditunggu-tunggu sudah selesai dan siap untuk disosialisasikan kepada khalayak umum.