Penyusunan rencana strategis itu mengedepankan aspek kebutuhan energi dalam negeri dan peningkatan nilai tambah komoditas batu bara melalui proyek gasifikasi.
Pada 2050 meskipun bauran energi hijau diproyeksikan bisa menekan porsi pemanfaatan batu bara hingga 25 persen, namun volume kesetaraan justru meningkat jika dibandingkan tahun 2025.
Baca juga: Kementerian ESDM ungkap landasan pengembangan hilirisasi batu bara
"Artinya, dari sisi pertambangan batu bara masih dapat terus diharapkan terjadi peningkatan produksi," kata Ridwan.
Melalui skenario hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter, Methanol, dan berbagai produk kimia lainnya, pemerintah berupaya memperpanjang masa pemanfaatan batu bara sebagai energi primer kala dunia sudah terikat komitmen memperbaiki iklim yang tertuang dalam perjanjian Paris Agreement.
Perusahaan-perusahaan pertambangan batu bara yang melakukan hilirisasi mendapatkan karpet merah berupa insentif istimewa.
Baca juga: Pemerintah buka skema perdagangan emisi karbon PLTU batu bara
"Dalam Grand Strategi Energi Nasional, kami mengharapkan impor elpiji bisa menurun dan semaksimal mungkin bisa melakukan substitusi melalui pemanfaatan Dimetil Eter dari pengolahan batu bara," kata Ridwan.
Merujuk data Badan Geologi tahun 2019 sebanyak 90 persen cadangan batu bara di Indonesia memiliki kalori sedang dan rendah dengan sumber daya mencapai 149,01 miliar ton dan cadangan sebesar 37,46 miliar ton.
Jenis batu bara berkalori sedang dan rendah ini biasa dimanfaatkan untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pabrik semen, kertas, metal, dan tekstil.
Baca juga: Komisi VII DPR minta Pertamina percepat proyek gasifikasi batu bara