Singapura (ANTARA) - Saham Singapura ditutup 0,1 persen lebih rendah pada Jumat, tertekan oleh kekhawatiran bahwa bank sentral AS Federal Reserve, membiarkan risiko peningkatan inflasi.
Pasar AS merosot pada Kamis (18/3), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS menyentuh level tertinggi dalam lebih dari setahun.
Saham teknologi dengan valuasi tinggi terpukul paling parah di tengah lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah. Imbal hasil obligasi pemerintah sepuluh tahun naik menjadi 1,75 persen untuk pertama kalinya sejak Januari 2020 setelah pertemuan Federal Reserve, Rabu.
Sementara itu, harga minyak mentah merosot di Asia seiring kenaikan cadangan AS dan prediksi Badan Energi Internasional (IEA) bahwa pasokan global membebani sentimen para pedagang.
DBS Group Research memperkirakan Straits Times Index dapat menemukan level support di 3.060 poin diikuti oleh 3.020 poin, sedangkan level resistance berada di 3.180 poin diikuti oleh 3.220 poin.
Indeks acuan Singapura, Straits Times, turun 3,12 poin menjadi 3.134,54 poin. Volume perdagangan adalah 2,54 miliar saham senilai 2,47 miliar dolar Singapura. Jumlah saham yang naik melebihi jumlah yang turun dengan 243 berbanding 234.
Saham Jardine Strategic meraih kenaikan terbesar dengan naik 1,71 persen menjadi 33,87 dolar AS, sementara Jardine Matheson menjadi salah satu yang turun terbesar dengan turun 0,3 persen menjadi 67,2 dolar AS.
Baca juga: Saham di Singapura berakhir naik 0,9 persen hari Kamis
Baca juga: Saham Singapura berakhir naik 0,13 persen pada Rabu
Baca juga: Saham Singapura ditutup 0,02 persen lebih rendah
Saham Singapura berakhir turun 0,1 persen
19 Maret 2021 17:37 WIB
Gedung Bursa Efek Singapura SGX ANTARA/Shutterstock/pri
Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: