Lawan COVID-19, Meksiko akan perketat perbatasan dengan Guatemala
19 Maret 2021 09:36 WIB
Seorang warga menerima suntikan vaksin penyakit virus corona (COVID-19) Sinovac saat vaksinasi masal di Ecatepec, negara bagian Meksiko, Meksiko, Senin (22/2/2021). ANTARA/REUTERS/Carlos Jasso/WSJ/cfo.
Mexico City (ANTARA) - Pemerintah Meksiko pada Kamis (18/3) mengatakan akan membatasi pergerakan di perbatasan selatannya dengan Guatemala untuk membantu menahan penyebaran COVID-19 ketika pemerintahan Biden menetapkan rencana untuk meminjamkan vaksin ke Meksiko untuk memerangi pandemi.
Pengumuman Meksiko bahwa mereka akan membatasi perjalanan di perbatasan Guatemala sejalan dengan persiapannya untuk meningkatkan upaya penegakan hukum di daerah tersebut terhadap lonjakan imigrasi ilegal, menurut laporan Reuters.
Langkah-langkah yang saling menguntungkan mengikuti diplomasi berminggu-minggu untuk mengatasi meningkatnya kekhawatiran terhadap para migran yang mencoba memasuki Amerika Serikat.
Banyak dari migran tersebut adalah anak di bawah umur tanpa pendamping.
Baca juga: Biden minta tim meninjau keadaan di perbatasan dengan Meksiko
Baca juga: Ketua tanggapan pandemi Meksiko dirawat karena terjangkit COVID-19
Presiden AS Joe Biden dari Partai Demokrat telah menuai kecaman keras dari Partai Republik atas meningkatnya tantangan yang ditimbulkan oleh perbatasan.
Sementara itu, Meksiko telah mendesak Amerika Serikat untuk mendapatkan vaksin agar mengimbangi kekurangan saat pemilihan paruh waktu semakin dekat.
Andres Rozental, mantan wakil menteri luar negeri Meksiko untuk Amerika Utara, mengatakan tampaknya ada pertukaran yang terjadi, bahkan jika tidak mungkin ada tokoh senior di kedua pemerintahan yang akan mengakuinya secara terbuka.
"Ini memberi dan menerima, sama-sama menang untuk keduanya," katanya.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan keamanan perbatasan dan permintaan vaksin Meksiko adalah bagian dari dialog antara pemerintah.
Roberto Velasco, seorang pejabat senior kementerian luar negeri Meksiko, mengatakan kepada radio lokal bahwa dua pengumuman itu tidak terkait, dan termasuk dalam diskusi paralel antara pemerintah.
Mengonfirmasi rincian yang dilaporkan oleh Reuters, Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard mengatakan Meksiko dan Amerika Serikat sedang membuat kesepakatan untuk 2,5 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Ebrard a akan mengungkapkan lebih banyak terkait hal itu pada hari Jumat.
"Ini akan menjadi awal terbaik untuk kerja sama luas tentang vaksin," tulis Ebrard di Twitter.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa berdasarkan kesepakatan pinjaman, Meksiko akan menerima dosis vaksin AstraZeneca yang tidak digunakan Amerika Serikat.
Kanada juga akan menerima 1,5 juta dosis di bawah perjanjian tersebut.
Dengan pengiriman yang dijanjikan lambat terwujud, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador telah berkeliling ke seluruh dunia untuk mendapatkan vaksin.
Presiden Andres Manuel Lopez Obrador ingin menyuntik sebanyak mungkin orang Meksiko sebelum pemilihan legislatif pada 6 Juni.
Sumber : Reuters
Baca juga: Meksiko beralih ke China setelah Biden kesampingkan pembagian vaksin
Baca juga: AS tahan hampir 100.000 migran di perbatasan Meksiko pada Februari
Pengumuman Meksiko bahwa mereka akan membatasi perjalanan di perbatasan Guatemala sejalan dengan persiapannya untuk meningkatkan upaya penegakan hukum di daerah tersebut terhadap lonjakan imigrasi ilegal, menurut laporan Reuters.
Langkah-langkah yang saling menguntungkan mengikuti diplomasi berminggu-minggu untuk mengatasi meningkatnya kekhawatiran terhadap para migran yang mencoba memasuki Amerika Serikat.
Banyak dari migran tersebut adalah anak di bawah umur tanpa pendamping.
Baca juga: Biden minta tim meninjau keadaan di perbatasan dengan Meksiko
Baca juga: Ketua tanggapan pandemi Meksiko dirawat karena terjangkit COVID-19
Presiden AS Joe Biden dari Partai Demokrat telah menuai kecaman keras dari Partai Republik atas meningkatnya tantangan yang ditimbulkan oleh perbatasan.
Sementara itu, Meksiko telah mendesak Amerika Serikat untuk mendapatkan vaksin agar mengimbangi kekurangan saat pemilihan paruh waktu semakin dekat.
Andres Rozental, mantan wakil menteri luar negeri Meksiko untuk Amerika Utara, mengatakan tampaknya ada pertukaran yang terjadi, bahkan jika tidak mungkin ada tokoh senior di kedua pemerintahan yang akan mengakuinya secara terbuka.
"Ini memberi dan menerima, sama-sama menang untuk keduanya," katanya.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan keamanan perbatasan dan permintaan vaksin Meksiko adalah bagian dari dialog antara pemerintah.
Roberto Velasco, seorang pejabat senior kementerian luar negeri Meksiko, mengatakan kepada radio lokal bahwa dua pengumuman itu tidak terkait, dan termasuk dalam diskusi paralel antara pemerintah.
Mengonfirmasi rincian yang dilaporkan oleh Reuters, Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard mengatakan Meksiko dan Amerika Serikat sedang membuat kesepakatan untuk 2,5 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Ebrard a akan mengungkapkan lebih banyak terkait hal itu pada hari Jumat.
"Ini akan menjadi awal terbaik untuk kerja sama luas tentang vaksin," tulis Ebrard di Twitter.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa berdasarkan kesepakatan pinjaman, Meksiko akan menerima dosis vaksin AstraZeneca yang tidak digunakan Amerika Serikat.
Kanada juga akan menerima 1,5 juta dosis di bawah perjanjian tersebut.
Dengan pengiriman yang dijanjikan lambat terwujud, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador telah berkeliling ke seluruh dunia untuk mendapatkan vaksin.
Presiden Andres Manuel Lopez Obrador ingin menyuntik sebanyak mungkin orang Meksiko sebelum pemilihan legislatif pada 6 Juni.
Sumber : Reuters
Baca juga: Meksiko beralih ke China setelah Biden kesampingkan pembagian vaksin
Baca juga: AS tahan hampir 100.000 migran di perbatasan Meksiko pada Februari
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: