Saat pandemi, 18 kasus DBD terjadi di Kota Baubau-Sultra
18 Maret 2021 12:59 WIB
Ilustrasi - Petugas dari Dinas Kesehatan Kota Kendari, Sultra saat melakukan penyemprotan atau fogging di salah satu kawasan permukiman warga. (FOTO ANTARA/HO-Dinkes Sultra)
Kendari (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyatakan pada masa pandemi COVID-19 hingga Maret tahun 2021 terdapat 18 kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan rincian di bulan Januari tiga kasus, Februari 11 kasus dan empat kasus hingga pertengahan Maret.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Baubau, Marfiah Tahara melalui pesan singkat yang diterima di Kendari, Kamis menyebutkan bahwa rata-rata kasus DBD ini didominasi anak usia di bawah 10 tahun. Meski begitu tidak ada laporan meninggal dunia.
"Jumlah tersebut terbilang menurun jika dibandingkan kasus DBD tahun 2020 pada periode yang sama berjumlah 25 kasus dengan rincian Januari 12 kasus dan Februari 13 kasus," katanya.
Dikatakannya bahwa dalam menurunkan angka kasus DBD pihaknya selama ini bekerja sama dengan semua puskesmas terus meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Karena, menurutnya, gerakan PSN lebih efektif memberantas nyamuk penyebab DBD dibanding melakukan pengasapan atau "fogging".
"Karena kalau 'fogging' itu hanya nyamuk dewasa yang mati sedangkan telur-telur nyamuk itu tidak. Jadi yang paling efektif itu pemberantasan sarang nyamuk," kata Marfiah.
Ia menyebutkan beberapa tempat di rumah yang bisa menjadi sarang nyamuk antara lain bak mandi dan toilet, tempat penampungan air serta barang bekas di sekitar rumah seperti ban, kaleng, botol, gelas air mineral, dan semua tempat yang bisa menampung air.
"Untuk itu kami harap kesadaran masyarakat ditingkatkan lagi dengan selalu membersihkan tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk untuk menghindari potensi DBD ini," demikian Marfiah Tahara.
Baca juga: Dinkes Baubau-Sultra sebut ditemukan 35 kasus kusta selama 2020
Baca juga: Percepat uji sampel pasien, Kota Baubau datangkan "mobile PCR"
Baca juga: Cegah penularan, veteran di Baubau-Sultra diseru patuhi protokol
Baca juga: Ada penumpang positif COVID, KKP Baubau sarankan Wings Air dikarantina
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Baubau, Marfiah Tahara melalui pesan singkat yang diterima di Kendari, Kamis menyebutkan bahwa rata-rata kasus DBD ini didominasi anak usia di bawah 10 tahun. Meski begitu tidak ada laporan meninggal dunia.
"Jumlah tersebut terbilang menurun jika dibandingkan kasus DBD tahun 2020 pada periode yang sama berjumlah 25 kasus dengan rincian Januari 12 kasus dan Februari 13 kasus," katanya.
Dikatakannya bahwa dalam menurunkan angka kasus DBD pihaknya selama ini bekerja sama dengan semua puskesmas terus meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Karena, menurutnya, gerakan PSN lebih efektif memberantas nyamuk penyebab DBD dibanding melakukan pengasapan atau "fogging".
"Karena kalau 'fogging' itu hanya nyamuk dewasa yang mati sedangkan telur-telur nyamuk itu tidak. Jadi yang paling efektif itu pemberantasan sarang nyamuk," kata Marfiah.
Ia menyebutkan beberapa tempat di rumah yang bisa menjadi sarang nyamuk antara lain bak mandi dan toilet, tempat penampungan air serta barang bekas di sekitar rumah seperti ban, kaleng, botol, gelas air mineral, dan semua tempat yang bisa menampung air.
"Untuk itu kami harap kesadaran masyarakat ditingkatkan lagi dengan selalu membersihkan tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk untuk menghindari potensi DBD ini," demikian Marfiah Tahara.
Baca juga: Dinkes Baubau-Sultra sebut ditemukan 35 kasus kusta selama 2020
Baca juga: Percepat uji sampel pasien, Kota Baubau datangkan "mobile PCR"
Baca juga: Cegah penularan, veteran di Baubau-Sultra diseru patuhi protokol
Baca juga: Ada penumpang positif COVID, KKP Baubau sarankan Wings Air dikarantina
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: