Kudus tiadakan tradisi dandangan sambut Ramadhan
17 Maret 2021 21:50 WIB
Jalan Sunan Kudus yang selama ini dijadikan tempat pasar malam untuk menyambut Tradisi Dandangan untuk menandai masuknya bulan Ramadhan. ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif.
Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memastikan meniadakan pelaksanaan Tradisi Dandangan yang biasanya dimeriahkan pasar malam untuk menyambut Ramadhan, mengingat masih masa pandemi dan daerah setempat juga masih berstatus zona oranye penularan COVID-19.
"Hasil rapat evaluasi, Pemkab Kudus tidak berani menyelenggarakan Tradisi Dandangan tersebut dengan berbagai pertimbangan," kata Pelaksana tugas Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Rabu.
Untuk menata pedagang, dia optimistis, bisa mengaturnya, sedangkan pengunjung yang berasal dari luar daerah dipastikan sulit dibendung.
"Kerumunan dipastikan sulit dibendung karena pengunjungnya berasal dari luar Kudus dan pintu masuknya juga banyak," katanya.
Baca juga: Warga Kudus sambut Ramadhan dengan kirab Dandangan
Meskipun demikian, Pemkab Kudus akan meminta hasil evaluasi soal penanganan COVID-19, termasuk peluang menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk Tradisi Dandangan meskipun hasil evaluasinya tidak mungkin digelar.
Kepala Dinas Perdagangan Sudiharti sendiri mengakui masih menunggu petunjuk pimpinan sehingga hingga kini belum ada persiapan soal Tradisi Dandangan, meskipun pelaksanaannya tidak lama lagi.
Berdasarkan catatan Dinas Perdagangan Kudus, pedagang yang hadir di acara dandangan itu sekitar 90 persennya merupakan warga luar kota, termasuk pengunjungnya juga didominasi warga luar kota.
Pengalaman sebelumnya, tradisi dandangan mampu menampung 500-an pedagang, meliputi pedagang yang berjualan menempati gerai serta lesehan. Namun pada tahun sebelumnya ditiadakan karena pandemi.
Baca juga: Geliat ekonomi saat tradisi dandangan
Tradisi Dandangan di Kudus biasanya diramaikan dengan kirab Dandangan dengan menampilkan potensi budaya beberapa desa di Kudus dengan rute kirab di jalan-jalan protokol.
Setibanya di Alun-alun, peserta kirab melakukan adegan untuk menceritakan perkembangan Islam secara sederhana.
Seremonial tersebut biasanya ditutup dengan pemukulan bedug yang dilakukan oleh pejabat instansi terkait, sekaligus dimulainya awal bulan puasa Ramadan.
Baca juga: Nelayan di Batang sederhanakan acara sedekah laut di masa pandemi
Baca juga: Cegah COVID-19, warga Babel diminta tak gelar tradisi "nganggung"
"Hasil rapat evaluasi, Pemkab Kudus tidak berani menyelenggarakan Tradisi Dandangan tersebut dengan berbagai pertimbangan," kata Pelaksana tugas Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Rabu.
Untuk menata pedagang, dia optimistis, bisa mengaturnya, sedangkan pengunjung yang berasal dari luar daerah dipastikan sulit dibendung.
"Kerumunan dipastikan sulit dibendung karena pengunjungnya berasal dari luar Kudus dan pintu masuknya juga banyak," katanya.
Baca juga: Warga Kudus sambut Ramadhan dengan kirab Dandangan
Meskipun demikian, Pemkab Kudus akan meminta hasil evaluasi soal penanganan COVID-19, termasuk peluang menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk Tradisi Dandangan meskipun hasil evaluasinya tidak mungkin digelar.
Kepala Dinas Perdagangan Sudiharti sendiri mengakui masih menunggu petunjuk pimpinan sehingga hingga kini belum ada persiapan soal Tradisi Dandangan, meskipun pelaksanaannya tidak lama lagi.
Berdasarkan catatan Dinas Perdagangan Kudus, pedagang yang hadir di acara dandangan itu sekitar 90 persennya merupakan warga luar kota, termasuk pengunjungnya juga didominasi warga luar kota.
Pengalaman sebelumnya, tradisi dandangan mampu menampung 500-an pedagang, meliputi pedagang yang berjualan menempati gerai serta lesehan. Namun pada tahun sebelumnya ditiadakan karena pandemi.
Baca juga: Geliat ekonomi saat tradisi dandangan
Tradisi Dandangan di Kudus biasanya diramaikan dengan kirab Dandangan dengan menampilkan potensi budaya beberapa desa di Kudus dengan rute kirab di jalan-jalan protokol.
Setibanya di Alun-alun, peserta kirab melakukan adegan untuk menceritakan perkembangan Islam secara sederhana.
Seremonial tersebut biasanya ditutup dengan pemukulan bedug yang dilakukan oleh pejabat instansi terkait, sekaligus dimulainya awal bulan puasa Ramadan.
Baca juga: Nelayan di Batang sederhanakan acara sedekah laut di masa pandemi
Baca juga: Cegah COVID-19, warga Babel diminta tak gelar tradisi "nganggung"
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: