PPNI soroti kekerasan menimpa perawat saat pandemi COVID-19
17 Maret 2021 19:38 WIB
Ilustrasi - Sejumlah perawat beristirahat dengan mengenakan alat pelindung diri di Instalasi Gawat Darurat khusus penanganan COVID-19 di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (5/6/2020). ANTARA/FB Anggoro/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyoroti sejumlah tindakan kekerasan yang menimpa para perawat saat bertugas di masa pandemi COVID-19.
"Misalnya perawat dipukul pasien di Samarinda, Cianjur, Ambon, Semarang, karena ini tindak pidana sehingga dilaporkan ke polisi," ujar Ketua Umum PPNI Harif Fadhillah dalam gelar wicara “Hari Perawat Nasional: Perawat Tangguh, Indonesia Bebas Covid-19” di Jakarta, Rabu.
Harif memaklumi jika ada beberapa kejadian tersebut dikarenakan pasien dan keluarganya memaknai keadaan gawat darurat secara medik. Pada kondisi tertentu, mereka bisa panik saat melihat kondisi fasilitas kesehatan yang dirasa belum cukup.
"Ini menjadi mispersepsi, atau miskomunikasi antara petugas dan pasien," kata dia.
Dia mengatakan para perawat telah berupaya sebaik mungkin memberikan informasi ke pasien, sebagaimana prinsip asuhan keperawatan.
Baca juga: Perawat RSUD Cianjur korban pemukulan tempuh jalur hukum
Baca juga: Polisi tindaklanjuti kasus perawat dianiaya keluarga pasien COVID-19
Selain itu, Harif mengimbau agar pasien maupun keluarganya yang membutuhkan layanan untuk tidak melakukan kekerasan fisik.
"Perawat berupaya sebaik mungkin memberikan informasi ke pasien, cuma barangkali kondisinya dari sisi perawat dan pasien belum pas, penerimaan jadi tidak baik. Tapi walau begitu janganlah lakukan kekerasan fisik," ujar dia.
Harif mengungkap tidak mudah bagi perawat untuk bertugas di kala pandemi COVID-19. Namun dirinya harus optimis, meningat perawat sama dengan tenaga kesehatan lainnya yang mementingkan kepentingan orang lain, melakukan sumpah pengabdian, dan menghadapi apapun kesulitannya.
"Saya percaya perawat masih tetap semangat, tangguh fisik, kompetensi, mental dan spritual dan sense of humoris dan self-efikasi tinggi," ujar dia.
Harapannya di hari ulang tahun PPNI ke-47 perawat Indonesia menjadi tangguh dengan mempersiapkan diri kapan pun dibutuhkan, sehingga masyarakat bisa kembali sehat.
Baca juga: Persatuan perawat soroti beban kerja hingga penyaluran insentif
Baca juga: Menkes sampaikan duka cita atas wafatnya 275 perawat selama pandemi
"Misalnya perawat dipukul pasien di Samarinda, Cianjur, Ambon, Semarang, karena ini tindak pidana sehingga dilaporkan ke polisi," ujar Ketua Umum PPNI Harif Fadhillah dalam gelar wicara “Hari Perawat Nasional: Perawat Tangguh, Indonesia Bebas Covid-19” di Jakarta, Rabu.
Harif memaklumi jika ada beberapa kejadian tersebut dikarenakan pasien dan keluarganya memaknai keadaan gawat darurat secara medik. Pada kondisi tertentu, mereka bisa panik saat melihat kondisi fasilitas kesehatan yang dirasa belum cukup.
"Ini menjadi mispersepsi, atau miskomunikasi antara petugas dan pasien," kata dia.
Dia mengatakan para perawat telah berupaya sebaik mungkin memberikan informasi ke pasien, sebagaimana prinsip asuhan keperawatan.
Baca juga: Perawat RSUD Cianjur korban pemukulan tempuh jalur hukum
Baca juga: Polisi tindaklanjuti kasus perawat dianiaya keluarga pasien COVID-19
Selain itu, Harif mengimbau agar pasien maupun keluarganya yang membutuhkan layanan untuk tidak melakukan kekerasan fisik.
"Perawat berupaya sebaik mungkin memberikan informasi ke pasien, cuma barangkali kondisinya dari sisi perawat dan pasien belum pas, penerimaan jadi tidak baik. Tapi walau begitu janganlah lakukan kekerasan fisik," ujar dia.
Harif mengungkap tidak mudah bagi perawat untuk bertugas di kala pandemi COVID-19. Namun dirinya harus optimis, meningat perawat sama dengan tenaga kesehatan lainnya yang mementingkan kepentingan orang lain, melakukan sumpah pengabdian, dan menghadapi apapun kesulitannya.
"Saya percaya perawat masih tetap semangat, tangguh fisik, kompetensi, mental dan spritual dan sense of humoris dan self-efikasi tinggi," ujar dia.
Harapannya di hari ulang tahun PPNI ke-47 perawat Indonesia menjadi tangguh dengan mempersiapkan diri kapan pun dibutuhkan, sehingga masyarakat bisa kembali sehat.
Baca juga: Persatuan perawat soroti beban kerja hingga penyaluran insentif
Baca juga: Menkes sampaikan duka cita atas wafatnya 275 perawat selama pandemi
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: