Edhy Prabowo jelaskan awal pertemuan dengan terdakwa penyuap
17 Maret 2021 16:54 WIB
Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK menghadirkan 7 orang saksi secara langsung dan 1 orang melalui "video conference" untuk terdakwa Suharjito yang didakwa menyuap mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (17/3). ANTARA/Desca Lidya Natalia.
Jakarta (ANTARA) - Eks Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menjelaskan awal perkenalannya dengan Direktur PT. Dua Putera Perkasa Pratama (DPPP) Suharjito.
"Saya kenal saat jadi anggota DPR RI, dia datang ke rumah dinas (Kalibata), saya tidak tahu siapa yang bawa tapi dia minta tolong izin kapalnya yang buatan dalam negeri dan sudah sesuai aturan agar difasilitasi oleh saya sebagai Ketua Komisi IV," kata Edhy Prabowo melalui sambungan "video conference" di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu.
Baca juga: Edhy Prabowo akui tak kuasai detail alur ekspor benur
Edhy menyampaikan hal tersebut saat menjadi saksi untuk terdakwa Direktur PT. Dua Putera Perkasa Pratama (DPPP) Suharjitoyang didakwa memberikan suap senilai total Rp2,146 miliar yang terdiri dari 103 ribu dolar AS (sekitar Rp1,44 miliar) dan Rp706.055.440 kepada Edhy Prabowo. Ia sendiri masih ditahan di rutan Gedung Merah Putih KPK.
"Akhirnya saya pertemukan dengan Plt Dirjen Perikanan Tangkap saat konsinyering di Bogor, ya sudah saya fasilitasi boleh kapal di bawah 100 GT dan buatan dalam negeri lalu tapi setelah itu tidak pernah ketemu lagi sampai saya jadi menteri," tambah Edhy.
Edhy pun mengaku tidak tahu kalau Suharjito memiliki bisnis lobster.
"Dia lalu datang ke rumah saya di Widya Candra pada pertengahan 2020 sekitar bulan puasa, tapi saat itu tidak bicara mengenai benih lobster tapi hanya bicara izin kapal," ungkap Edhy.
Baca juga: Edhy Prabowo jelaskan alasan buka keran ekspor benur
Edhy mengaku ia dan Suharjito bicara soal kapal induk penangkapan ikan yang berada di Aceh, Suharjito menurut Edhy berminat untuk mengelola kapal tersebut.
"Beliau berminta mengelola kalau uang negara harus investasi baru, dan Pak Suharjito pengusahayang berminat untuk mengelola itu karena ikan banyak tapi cold storage terbatas, tapi saya tidak serta merta setuju dan saya minta agar dia memperkenalkan diri ke Dirjen Penguatan Daya Saing, lalu saya kenalkan ke Safri agar memfasilitasi untuk ketemu," jelas Edhy.
Edhy pun menyebut setelah pertemuan tersebut tidak ada pertemuan lagi dengan Suharjito.
"Tidak ada Suharjito membawa surat permohonan ekspor benih lobster," tambah Edhy.
Baca juga: Irjen KKP penuhi panggilan KPK
Baca juga: Edhy dicecar soal perintah dibuatnya bank garansi bagi eksportir benur
"Saya kenal saat jadi anggota DPR RI, dia datang ke rumah dinas (Kalibata), saya tidak tahu siapa yang bawa tapi dia minta tolong izin kapalnya yang buatan dalam negeri dan sudah sesuai aturan agar difasilitasi oleh saya sebagai Ketua Komisi IV," kata Edhy Prabowo melalui sambungan "video conference" di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu.
Baca juga: Edhy Prabowo akui tak kuasai detail alur ekspor benur
Edhy menyampaikan hal tersebut saat menjadi saksi untuk terdakwa Direktur PT. Dua Putera Perkasa Pratama (DPPP) Suharjitoyang didakwa memberikan suap senilai total Rp2,146 miliar yang terdiri dari 103 ribu dolar AS (sekitar Rp1,44 miliar) dan Rp706.055.440 kepada Edhy Prabowo. Ia sendiri masih ditahan di rutan Gedung Merah Putih KPK.
"Akhirnya saya pertemukan dengan Plt Dirjen Perikanan Tangkap saat konsinyering di Bogor, ya sudah saya fasilitasi boleh kapal di bawah 100 GT dan buatan dalam negeri lalu tapi setelah itu tidak pernah ketemu lagi sampai saya jadi menteri," tambah Edhy.
Edhy pun mengaku tidak tahu kalau Suharjito memiliki bisnis lobster.
"Dia lalu datang ke rumah saya di Widya Candra pada pertengahan 2020 sekitar bulan puasa, tapi saat itu tidak bicara mengenai benih lobster tapi hanya bicara izin kapal," ungkap Edhy.
Baca juga: Edhy Prabowo jelaskan alasan buka keran ekspor benur
Edhy mengaku ia dan Suharjito bicara soal kapal induk penangkapan ikan yang berada di Aceh, Suharjito menurut Edhy berminat untuk mengelola kapal tersebut.
"Beliau berminta mengelola kalau uang negara harus investasi baru, dan Pak Suharjito pengusahayang berminat untuk mengelola itu karena ikan banyak tapi cold storage terbatas, tapi saya tidak serta merta setuju dan saya minta agar dia memperkenalkan diri ke Dirjen Penguatan Daya Saing, lalu saya kenalkan ke Safri agar memfasilitasi untuk ketemu," jelas Edhy.
Edhy pun menyebut setelah pertemuan tersebut tidak ada pertemuan lagi dengan Suharjito.
"Tidak ada Suharjito membawa surat permohonan ekspor benih lobster," tambah Edhy.
Baca juga: Irjen KKP penuhi panggilan KPK
Baca juga: Edhy dicecar soal perintah dibuatnya bank garansi bagi eksportir benur
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021
Tags: