Pertamina memproyeksikan impor elpiji untuk tahun ini sebanyak 7,2 juta metrik ton, angka tersebut meningkat 16 persen bila dibandingkan impor tahun 2020 yang hanya berjumlah 6,2 juta metrik ton.
Lebih lanjut, Eddy mengungkapkan bahwa usulan impor elpiji tahun ini untuk memenuhi kebutuhan nasional karena terjadi peningkatan permintaan dari masyarakat, terkhusus elpiji ukuran tiga kilogram.
Baca juga: Pertamina kembangkan energi alternatif melalui gasifikasi batu bara
Dengan penerapan teknologi ini, maka Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar impor yang secara tidak langsung mengurangi beban subsidi terhadap keuangan negara, meningkatkan nilai tambah batu bara, dan membuka lapangan kerja baru.
Adapun terkait dampak polusi yang dihasilkan dari proyek gasifikasi tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memastikan emisi udara masih di bawah ambang batas yang ditetapkan bagi lingkungan.
Baca juga: Pembangunan pabrik gasifikasi batubara di Tanjung Enim ditargetkan rampung 2022
aca juga: Pertamina-Bukit Asam kembangkan gasifikasi batubara dengan perusahaan AS
Sejumlah negara maju, seperti Jepang dan China telah memanfatkan Dimetil eter untuk solvent, aerosol propellant, refrigerant, bahan bakar kendaraan diesel hingga pembangkit listrik.
Baca juga: Hilirisasi DME batubara diyakini tekan ketergantungan impor elpiji
Baca juga: Pemanfaatan DME bisa menghemat 20 persen konsumsi elpiji
Baca juga: Menperin usul DMO batubara dicabut demi substitusi impor elpiji