WHO desak dunia untuk tak hentikan vaksinasi setelah kasus AstraZeneca
15 Maret 2021 22:32 WIB
Botol dengan stiker bertuliskan, "COVID-19 / vaksin Coronavirus / Injeksi" dan jarum suntik medis terlihat di depan logo AstraZeneca yang ditampilkan dalam ilustrasi (31/10/2020). ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa.
Jenewa/Kopenhagen (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau negara-negara untuk tidak menghentikan kampanye vaksinasi setelah sejumlah negara menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca karena kekhawatiran keamanan.
WHO mengatakan panel penasihatnya sedang meninjau laporan terkait dengan vaksin AstraZeneca dan akan merilis temuannya sesegera mungkin.
"Sampai hari ini, tidak ada bukti bahwa insiden tersebut disebabkan oleh vaksin dan penting agar kampanye vaksinasi terus berlanjut sehingga kami dapat menyelamatkan nyawa dan membendung penyakit parah dari virus tersebut," kata Juru Bicara WHO Christian Lindmeier, Senin.
Denmark dan Norwegia telah melaporkan kasus perdarahan, pembekuan darah, dan jumlah trombosit yang rendah setelah pemberian vaksin AstraZeneca. Islandia dan Bulgaria sebelumnya menangguhkan penggunaan vaksin tersebut sementara Austria dan Italia berhenti menggunakan vaksin asal perusahaan Inggris itu.
Suntikan AstraZeneca termasuk yang pertama dan termurah untuk dikembangkan dan diluncurkan dalam jumlah besar sejak virus corona pertama kali diidentifikasi di China pada akhir 2019. Vaksin tersebut diperkirakan menjadi andalan program vaksinasi di banyak negara berkembang untuk melawan virus yang telah menewaskan lebih dari 2,7 juta orang di seluruh dunia.
Thailand menjadi negara pertama di luar Eropa yang menunda peluncuran vaksin pada Jumat (12/3), ketika para pemimpin politiknya dijadwalkan untuk mendapatkan suntikan pertama, tetapi pemerintah mengatakan pada Senin bahwa mereka akan menerima vaksin AstraZeneca pada Selasa (16/3).
Namun, Indonesia mengatakan akan menunda pemberian suntikan AstraZeneca karena laporan pembekuan darah di antara beberapa penerima di Eropa dan akan menunggu tinjauan lebih lanjut dari WHO.
WHO telah mengatakan tidak ada indikasi kejadian tersebut disebabkan oleh vaksinasi, pandangan yang juga diungkapkan oleh European Medicines Agency (EMA), yang mengatakan jumlah pembekuan darah yang dilaporkan tidak lebih tinggi daripada yang terlihat pada populasi umum.
Beberapa efek samping yang dilaporkan di Eropa telah mengganggu program vaksinasi yang sudah berada di bawah tekanan karena peluncuran yang lambat dan skeptisisme vaksin di beberapa negara.
Belanda mengatakan pada Senin bahwa mereka telah melihat 10 kasus kemungkinan efek samping yang merugikan dari vaksin AstraZeneca, beberapa jam setelah pemerintah menunda program vaksinasi menyusul laporan potensi efek samping di negara lain.
Denmark melaporkan gejala "sangat tidak biasa" pada warga negara berusia 60 tahun yang meninggal karena pembekuan darah setelah menerima vaksin. Laporan yang sama juga disampaikan Norwegia pada Sabtu (13/3) tentang tiga orang di bawah usia 50 tahun yang kini sedang dirawat di rumah sakit.
AstraZeneca Plc mengatakan sebelumnya telah melakukan peninjauan terhadap lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris, yang tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko penggumpalan darah.
Baca juga: Thailand mulai gunakan vaksin COVID AstraZeneca pada Selasa
Baca juga: Belanda hentikan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca
Sumber: Reuters
WHO mengatakan panel penasihatnya sedang meninjau laporan terkait dengan vaksin AstraZeneca dan akan merilis temuannya sesegera mungkin.
"Sampai hari ini, tidak ada bukti bahwa insiden tersebut disebabkan oleh vaksin dan penting agar kampanye vaksinasi terus berlanjut sehingga kami dapat menyelamatkan nyawa dan membendung penyakit parah dari virus tersebut," kata Juru Bicara WHO Christian Lindmeier, Senin.
Denmark dan Norwegia telah melaporkan kasus perdarahan, pembekuan darah, dan jumlah trombosit yang rendah setelah pemberian vaksin AstraZeneca. Islandia dan Bulgaria sebelumnya menangguhkan penggunaan vaksin tersebut sementara Austria dan Italia berhenti menggunakan vaksin asal perusahaan Inggris itu.
Suntikan AstraZeneca termasuk yang pertama dan termurah untuk dikembangkan dan diluncurkan dalam jumlah besar sejak virus corona pertama kali diidentifikasi di China pada akhir 2019. Vaksin tersebut diperkirakan menjadi andalan program vaksinasi di banyak negara berkembang untuk melawan virus yang telah menewaskan lebih dari 2,7 juta orang di seluruh dunia.
Thailand menjadi negara pertama di luar Eropa yang menunda peluncuran vaksin pada Jumat (12/3), ketika para pemimpin politiknya dijadwalkan untuk mendapatkan suntikan pertama, tetapi pemerintah mengatakan pada Senin bahwa mereka akan menerima vaksin AstraZeneca pada Selasa (16/3).
Namun, Indonesia mengatakan akan menunda pemberian suntikan AstraZeneca karena laporan pembekuan darah di antara beberapa penerima di Eropa dan akan menunggu tinjauan lebih lanjut dari WHO.
WHO telah mengatakan tidak ada indikasi kejadian tersebut disebabkan oleh vaksinasi, pandangan yang juga diungkapkan oleh European Medicines Agency (EMA), yang mengatakan jumlah pembekuan darah yang dilaporkan tidak lebih tinggi daripada yang terlihat pada populasi umum.
Beberapa efek samping yang dilaporkan di Eropa telah mengganggu program vaksinasi yang sudah berada di bawah tekanan karena peluncuran yang lambat dan skeptisisme vaksin di beberapa negara.
Belanda mengatakan pada Senin bahwa mereka telah melihat 10 kasus kemungkinan efek samping yang merugikan dari vaksin AstraZeneca, beberapa jam setelah pemerintah menunda program vaksinasi menyusul laporan potensi efek samping di negara lain.
Denmark melaporkan gejala "sangat tidak biasa" pada warga negara berusia 60 tahun yang meninggal karena pembekuan darah setelah menerima vaksin. Laporan yang sama juga disampaikan Norwegia pada Sabtu (13/3) tentang tiga orang di bawah usia 50 tahun yang kini sedang dirawat di rumah sakit.
AstraZeneca Plc mengatakan sebelumnya telah melakukan peninjauan terhadap lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris, yang tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko penggumpalan darah.
Baca juga: Thailand mulai gunakan vaksin COVID AstraZeneca pada Selasa
Baca juga: Belanda hentikan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca
Sumber: Reuters
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: