Tujuh warga Jakarta Utara terserang DBD
14 Maret 2021 19:51 WIB
Petugas Fogging Kecamatan Palmerah melakukan pengasapan di SDN Kota Bambu 07 Pagi, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (25/1/2019). Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyatakan bulan Januari ini di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur menjadi daerah waspada demam berdarah dengue, sementara bulan Februari dan Maret mendatang seluruh wilayah Ibu Kota diprediksi masuk dalam kategori waspada (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj)
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak tujuh warga dari enam kecamatan di Jakarta Utara, terserang demam berdarah dengue (DBD) pada periode 1 Januari sampai 28 Februari 2021.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dr Yudi Dimyati di Jakarta, Minggu, mengatakan ada tiga kasus DBD pada Februari dan empat kasus DBD pada Januari 2021 di Jakarta Utara.
"Tiga kasus di Februari ada di Kecamatan Koja, Penjaringan, dan Tanjung Priok. Masing-masing satu kasus," kata Yudi.
Ia menambahkan, kasus DBD di Kecamatan Koja pada Februari 2021 bertambah satu dari kasus bulan sebelumnya sebanyak dua kasus.
Demikian pula di Cilincing, kasus DBD yang sebelumnya sebanyak satu kasus pada Januari menjadi nihil pada Februari.
Baca juga: Kadinkes sarankan warga DKI Jakarta pelihara ikan untuk antisipasi DBD
Namun, ada temuan kasus DBD baru di Kecamatan Penjaringan sebanyak satu kasus.
Yudi mengingatkan bahwa lingkungan yang lembab menjadi tempat yang baik berkembang biak nyamuk demam berdarah itu.
Karena itu, pola hidup bersih dan sehat perlu terus diterapkan oleh warga dan jika menemukan gejala-gejala DBD agar segera memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan terdekat.
"Karena orang yang terserang DBD harus mendapatkan penanganan yang cepat," kata Yudi.
Jika pasien terjangkit DBD lambat tertangani, kata dia lagi, maka berbahaya karena bisa meninggal dunia, apalagi pasien yang terjangkit virus DBD, siklusnya turun naik.
Baca juga: Ahli kesehatan sebut daya tahan tubuh penting cegah DBD
Pihaknya juga terus menggencarkan edukasi kepada masyarakat, melalui Puskesmas di setiap kecamatan untuk memerangi kasus DBD.
Penyemprotan untuk pengasapan (fogging) juga dilakukan terhadap wilayah rawan tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti itu.
Yudi menjelaskan DBD merupakan demam atau infeksi yang disebabkan virus flavivirodae. DBD diperantarai oleh nyamuk aedes aegypti. Karenanya lakukan kegiatan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) dan jangan lupa membuang air pada tampungan dispenser air.
Selain itu setiap hari ganti air di dalam vas dan buang air yang tergenang pada alas vas.
Untuk gejala DBD ada yang sedang dan berat. Untuk gejala DBD sedang, yakni nyeri kepala, nyeri belakang mata, mual dan muntah, demam tinggi, ruam, flu, dan nyeri sendi.
Baca juga: Jakarta Selatan waspadai penyakit musim hujan
Pasien demam berdarah keluhannya adalah badan sakit, serta nyeri kepala berat. Selain itu dapat timbul bintil bintil merah pada kulit (ruam). Bagi yang terkena DBD, ruam tersebut jika ditekan akan tetap merah karena ada pendarahan di bawah kulit.
Untuk gejala DBD berat yakni syok, nyeri perut hebat, tekanan darah menurun, pendarahan, muntah hebat, gangguan organ, dan memar atau pendarahan di bawah kulit.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dr Yudi Dimyati di Jakarta, Minggu, mengatakan ada tiga kasus DBD pada Februari dan empat kasus DBD pada Januari 2021 di Jakarta Utara.
"Tiga kasus di Februari ada di Kecamatan Koja, Penjaringan, dan Tanjung Priok. Masing-masing satu kasus," kata Yudi.
Ia menambahkan, kasus DBD di Kecamatan Koja pada Februari 2021 bertambah satu dari kasus bulan sebelumnya sebanyak dua kasus.
Demikian pula di Cilincing, kasus DBD yang sebelumnya sebanyak satu kasus pada Januari menjadi nihil pada Februari.
Baca juga: Kadinkes sarankan warga DKI Jakarta pelihara ikan untuk antisipasi DBD
Namun, ada temuan kasus DBD baru di Kecamatan Penjaringan sebanyak satu kasus.
Yudi mengingatkan bahwa lingkungan yang lembab menjadi tempat yang baik berkembang biak nyamuk demam berdarah itu.
Karena itu, pola hidup bersih dan sehat perlu terus diterapkan oleh warga dan jika menemukan gejala-gejala DBD agar segera memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan terdekat.
"Karena orang yang terserang DBD harus mendapatkan penanganan yang cepat," kata Yudi.
Jika pasien terjangkit DBD lambat tertangani, kata dia lagi, maka berbahaya karena bisa meninggal dunia, apalagi pasien yang terjangkit virus DBD, siklusnya turun naik.
Baca juga: Ahli kesehatan sebut daya tahan tubuh penting cegah DBD
Pihaknya juga terus menggencarkan edukasi kepada masyarakat, melalui Puskesmas di setiap kecamatan untuk memerangi kasus DBD.
Penyemprotan untuk pengasapan (fogging) juga dilakukan terhadap wilayah rawan tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti itu.
Yudi menjelaskan DBD merupakan demam atau infeksi yang disebabkan virus flavivirodae. DBD diperantarai oleh nyamuk aedes aegypti. Karenanya lakukan kegiatan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) dan jangan lupa membuang air pada tampungan dispenser air.
Selain itu setiap hari ganti air di dalam vas dan buang air yang tergenang pada alas vas.
Untuk gejala DBD ada yang sedang dan berat. Untuk gejala DBD sedang, yakni nyeri kepala, nyeri belakang mata, mual dan muntah, demam tinggi, ruam, flu, dan nyeri sendi.
Baca juga: Jakarta Selatan waspadai penyakit musim hujan
Pasien demam berdarah keluhannya adalah badan sakit, serta nyeri kepala berat. Selain itu dapat timbul bintil bintil merah pada kulit (ruam). Bagi yang terkena DBD, ruam tersebut jika ditekan akan tetap merah karena ada pendarahan di bawah kulit.
Untuk gejala DBD berat yakni syok, nyeri perut hebat, tekanan darah menurun, pendarahan, muntah hebat, gangguan organ, dan memar atau pendarahan di bawah kulit.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: