Stafsus Presiden: Situs Liyangan laboratorium peradaban masa lalu
11 Maret 2021 16:34 WIB
Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana dan Staf Khusus Presiden RI Sukardi Rinakit mengunjungi Situs Liyangan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah dalam rangka Perjalanan Budaya, Rabu (11/3/2021). ANTARA/HO.
Jakarta (ANTARA) - Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana dan Staf Khusus Presiden RI Sukardi Rinakit mengunjungi Situs Liyangan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah dalam rangka Perjalanan Budaya, Rabu (11/3).
Dari kunjungan ke situs di Kabupaten Temanggung yang baru ditemukan pada 2008 itu, diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki teknologi pertanian, permukiman dan mitigasi bencana alam yang baik.
Dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, Ari Dwipayana menekankan bahwa situs Liyangan dapat terus dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, membangun nilai-nilai kebanggaan bangsa dan juga sebagai pilihan destinasi wisata heritage.
Baca juga: Pelajar Temanggung diajak mengenal ekskavasi Situs Liyangan
Terlebih, Situs Liyangan merupakan situs yang lengkap sebagai sebuah penemuan peradaban masa lalu.
“Ini seperti yang dijelaskan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng bahwa peradaban Liyangan berakhir saat Gunung Sindoro meletus sekitar abad 11 Masehi, namun tidak ada korban jiwa. Ini luar biasa mitigasi bencana leluhur kita perlu dipelajari,” ujar Ari.
Baca juga: Situs Liyangan Temanggung jadi prioritas penanganan Ditjen Kebudayaan
Ari Dwipayana mengatakan dari temuan kompleks hunian, ritual, hingga pertanian, maka situs Liyangan merupakan penemuan peradaban luar biasa yang bisa menjadi laboratorium untuk mempelajari berbagai aspek kehidupan pada masa lalu.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah Sukron Edi menjelaskan situs Liyangan merupakan situs yang berupa peradaban sebuah kota kecil di zaman Mataram Kuno yang aktif sekitar abad ke 2-11 masehi. Peradaban Liyangan berakhir saat Gunung Sindoro meletus.
“Yang hebat kami sama sekali tidak menemukan korban baik penduduk maupun hewan ternak. Artinya mitigasi kebencanaan leluhur kita sangat baik saat itu,” tutur Edi.
Baca juga: BPCB bangun drainase sekitar Situs Liyangan
Saat ditemukan, situs Liyangan tertimbun tanah sekitar 5 meter. Luas situs Liyangan dibagi dalam dua zona, yaitu zona inti yang mencapai 8,12 hektare dan zona penunjang yang luasnya sekitar 18 hektare.
Terdapat tiga tingkatan yang ditemukan dalam peradaban Liyangan, yaitu hunian, ritual, dan pertanian.
Baca juga: BPCB lanjutkan pemugaran situs Liyangan
Adapun, penemuan barang di Liyangan mulai dari arca, perabot, hingga alat pertanian.
“Selain keramik pada masa Dinasti Tang dan juga perkakas, kita temukan juga ijuk, kayu, dan padi dalam bentuk arang karena terbakar abu panas gunung sundoro yang saat itu meletus,” kata Edi.
Dari kunjungan ke situs di Kabupaten Temanggung yang baru ditemukan pada 2008 itu, diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki teknologi pertanian, permukiman dan mitigasi bencana alam yang baik.
Dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, Ari Dwipayana menekankan bahwa situs Liyangan dapat terus dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, membangun nilai-nilai kebanggaan bangsa dan juga sebagai pilihan destinasi wisata heritage.
Baca juga: Pelajar Temanggung diajak mengenal ekskavasi Situs Liyangan
Terlebih, Situs Liyangan merupakan situs yang lengkap sebagai sebuah penemuan peradaban masa lalu.
“Ini seperti yang dijelaskan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng bahwa peradaban Liyangan berakhir saat Gunung Sindoro meletus sekitar abad 11 Masehi, namun tidak ada korban jiwa. Ini luar biasa mitigasi bencana leluhur kita perlu dipelajari,” ujar Ari.
Baca juga: Situs Liyangan Temanggung jadi prioritas penanganan Ditjen Kebudayaan
Ari Dwipayana mengatakan dari temuan kompleks hunian, ritual, hingga pertanian, maka situs Liyangan merupakan penemuan peradaban luar biasa yang bisa menjadi laboratorium untuk mempelajari berbagai aspek kehidupan pada masa lalu.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah Sukron Edi menjelaskan situs Liyangan merupakan situs yang berupa peradaban sebuah kota kecil di zaman Mataram Kuno yang aktif sekitar abad ke 2-11 masehi. Peradaban Liyangan berakhir saat Gunung Sindoro meletus.
“Yang hebat kami sama sekali tidak menemukan korban baik penduduk maupun hewan ternak. Artinya mitigasi kebencanaan leluhur kita sangat baik saat itu,” tutur Edi.
Baca juga: BPCB bangun drainase sekitar Situs Liyangan
Saat ditemukan, situs Liyangan tertimbun tanah sekitar 5 meter. Luas situs Liyangan dibagi dalam dua zona, yaitu zona inti yang mencapai 8,12 hektare dan zona penunjang yang luasnya sekitar 18 hektare.
Terdapat tiga tingkatan yang ditemukan dalam peradaban Liyangan, yaitu hunian, ritual, dan pertanian.
Baca juga: BPCB lanjutkan pemugaran situs Liyangan
Adapun, penemuan barang di Liyangan mulai dari arca, perabot, hingga alat pertanian.
“Selain keramik pada masa Dinasti Tang dan juga perkakas, kita temukan juga ijuk, kayu, dan padi dalam bentuk arang karena terbakar abu panas gunung sundoro yang saat itu meletus,” kata Edi.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: