Jakarta (ANTARA) - Sejumlah orang di beberapa negara termasuk Prancis beberapa waktu lalu khawatir mengenai efek samping vaksin, dan menunjukkan sikap skeptis bahwa vaksin efektif melawan varian baru COVID-19 yakni B117.
Presiden AstraZeneca Prancis, Olivier Nataf dalam Journal du Dimanche mengatakan vaksinnya efektif melawan infeksi COVID-19 yang parah dan 80 persen efektif mencegah rawat inap penyakit akibat virus SARS-CoV-2 itu.
"Kebingungan dan kekecewaan bisa muncul. Banyak yang sudah diselesaikan. Mungkin ada lagi yang lain," kata dia seperti dikutip dari Reuters, Kamis.
Baca juga: Kekhawatiran efek samping hilang, kepercayaan akan vaksin tumbuh
Baca juga: Vaksin COVID-19 butuh evaluasi agar minimalisir efek samping
Regulator Eropa menyimpulkan efek samping vaksin AstraZenaca bukanlah alasan untuk meragukan keamanannya. Sebuah penelitian di Skotlandia yang mencakup 5,4 juta orang menjadi buktinya.
Laporan menunjukkan, efek samping yang mungkin dialami seseorang usai disuntik vaksin AstraZeneca antara lain suhu tinggi atau sakit kepala dan ini merupakan tanda normal tubuh menghasilkan respons imun. Kondisi ini biasanya pulih dalam satu atau dua hari.
"Antara 10 dan 15 persen dari mereka yang divaksinasi mungkin mengalami efek samping tetapi hanya sebatas demam, mual dan dalam waktu 12 jam hilang," kata manager komunikasi Saint-Lo hospital di Normandy, Prancis, Melanie Cotigny.
Sebelumnya, Otoritas Austria menangguhkan inokulasi vaksin COVID-19 AstraZeneca usai penemuan kasus kematian satu orang penduduk di negara itu setelah suntikan diberikan. Seorang wanita berusia 49 tahun meninggal akibat gangguan koagulasi yang parah, sementara seorang wanita lainnya berusia 35 tahun mengalami emboli paru dan sedang dalam masa pemulihan.
Pejabat kesehatan di Austria (BASG) mengatakan, sementara ini tidak menemukan hubungan kedua kasus ini dengan vaksinasi.
BASG, seperti dikutip dari The Star mengatakan pembekuan darah bukan salah satu efek samping vaksin yang diketahui.
Terkait kasus ini, seorang juru bicara AstraZeneca mengatakan, "Tidak ada kejadian merugikan serius yang dikonfirmasi terkait dengan vaksin."
Percobaan dan pengalaman dunia nyata sejauh ini menunjukkan vaksin aman dan efektif dan telah disetujui untuk digunakan di lebih dari 50 negara. Pihak AstraZeneca juga mengatakan telah melakukan kontak dengan otoritas Austria dan akan mendukung penuh penyelidikan.
Regulator Uni Eropa pada akhir Januari menyetujui produk tersebut, mengatakan itu efektif dan aman untuk digunakan, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pertengahan Februari mendaftarkan produk tersebut untuk penggunaan darurat.
Indonesia menjadi salah satu negara penerima vaksin COVID-19 ini. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 8 Maret lalu menyampaikan sebanyak 1.113.600 dosis vaksin COVID-19 Astra Zeneca yang tiba di tanah air merupakan pengirim pertama vaksin melalui jalur multilateral COVAX Facility.
Indonesia pada batch pertama akan menerima 11.704.000 vaksin sampai Mei 2021.
Guru Besar FKUI & YARSI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, salah satu anggota Independent Allocation Vaccine Group (IAVG), dalam keterangan tertulisnya kepada ANTARA, ditulis Kamis, mengungkapkan, sebelumnya telah melakukan pertemuan intensif pada Februari 2021 dan memvalidasi sehingga vaksin sudah dapat diberikan ke berbagai negara.
Negara yang menjadi penerima pertama yakni Ghana, diikuti berbagai negara lain termasuk Indonesia pada 8 Maret 2021 ini. Menurut Tjandra, proses kerja di IAVG akan terus berjalan di waktu mendatang.
Baca juga: Tidak ada efek samping dari vaksinasi di Jakarta
Baca juga: Enam dari 100.000 penerima vaksin di China alami efek samping
Baca juga: Kiat dokter kurangi efek samping vaksin COVID-19
Menelaah efek samping vaksin COVID-19 AstraZeneca
11 Maret 2021 12:31 WIB
Vaksin AstraZeneca. ANTARA/REUTERS/Benoit Tessier/aa.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021
Tags: