Kemenko Perekonomian ungkap RI pernah alami kelangkaan kontainer
9 Maret 2021 17:23 WIB
Ilustrasi: Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (2/1/2021). . ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
JAKARTA (ANTARA) - Sekretaris Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkapkan ndonesia pernah mengalami kelangkaan kontainer di pelabuhan.
“Beberapa bulan kemarin kita mengalami shortage kontainer, ekspor kita yang barangnya sudah siap, marketnya ada, kontainernya tidak ada,” katanya dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Peluncuran Peta Okupasi Bidang Logistik dan Supply Chain di Jakarta, Selasa.
Susiwijono mengungkapkan kelangkaan kontainer tersebut bisa saja terjadi karena ada keterbatasan slot pengangkutan. Karenanya pemerintah menggunakan momentum tersebut untuk meningkatkan kualitas SDM agar ke depannya bisa mengantisipasi berbagi tantangan.
“Menjadi kesempatan kita untuk menyiapkan SDM kita, terutama mengantisipasi tantangan ke depan oleh karena itu terkait pengembangan SDM dilakukan melalui dua jalur, yakni jalur pengembangan pendidikan formal maupun jalur pengembangan jalur profesi,” tambahnya.
Oleh karena itu instansi pembina dan para pemangku kepentingan yang terdiri dari Kemenko Perekonomian, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kadin Indonesia, sepakat untuk mengesahkan Peta Okupasi Nasional Bidang Logistik dan Supply Chain pada Selasa (09/03).
Peta okupasi tersebut diharapkan menjadi referensi nasional bagi instansi dan lembaga terkait untuk penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang logistik, perencanaan SDM berbasis kompetensi, pengembangan kurikulum, hingga mengembangkan skema sertifikasi.
Untuk tahap pertama, peta okupasi baru dikembangkan untuk 38 okupasi, dan tidak menutup kemungkinan untuk terus dikembangkan dengan okupasi lainnya yang saat ini belum terindentifikasi.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data ekspor Indonesia pada Januari 2021 15,30 miliar dolar AS atau turun 7,48 persen dibanding ekspor Desember 2020. Sementara dibanding Januari 2020 (yoy) naik 12,24 persen.
“Beberapa bulan kemarin kita mengalami shortage kontainer, ekspor kita yang barangnya sudah siap, marketnya ada, kontainernya tidak ada,” katanya dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Peluncuran Peta Okupasi Bidang Logistik dan Supply Chain di Jakarta, Selasa.
Susiwijono mengungkapkan kelangkaan kontainer tersebut bisa saja terjadi karena ada keterbatasan slot pengangkutan. Karenanya pemerintah menggunakan momentum tersebut untuk meningkatkan kualitas SDM agar ke depannya bisa mengantisipasi berbagi tantangan.
“Menjadi kesempatan kita untuk menyiapkan SDM kita, terutama mengantisipasi tantangan ke depan oleh karena itu terkait pengembangan SDM dilakukan melalui dua jalur, yakni jalur pengembangan pendidikan formal maupun jalur pengembangan jalur profesi,” tambahnya.
Oleh karena itu instansi pembina dan para pemangku kepentingan yang terdiri dari Kemenko Perekonomian, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kadin Indonesia, sepakat untuk mengesahkan Peta Okupasi Nasional Bidang Logistik dan Supply Chain pada Selasa (09/03).
Peta okupasi tersebut diharapkan menjadi referensi nasional bagi instansi dan lembaga terkait untuk penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang logistik, perencanaan SDM berbasis kompetensi, pengembangan kurikulum, hingga mengembangkan skema sertifikasi.
Untuk tahap pertama, peta okupasi baru dikembangkan untuk 38 okupasi, dan tidak menutup kemungkinan untuk terus dikembangkan dengan okupasi lainnya yang saat ini belum terindentifikasi.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data ekspor Indonesia pada Januari 2021 15,30 miliar dolar AS atau turun 7,48 persen dibanding ekspor Desember 2020. Sementara dibanding Januari 2020 (yoy) naik 12,24 persen.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: