Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengenang penanganan awal masa pandemi COVID-19 saat dirinya menjadi Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, sebagai "perang".

Risma memberikan paparan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penaggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Graha BNPB Jakarta, Selasa.

Risma mengenang dirinya sering naik sepeda motor blusukan dari kampung ke kampung untuk sosialisasi protokol kesehatan, lalu mengejar warganya yang tidak memakai masker di luar rumah.

Baca juga: Mensos sebut pandemi buat angka kemiskinan Indonesia lebih berat

"Saya ditanyain sama Pak Menkesnya, dulu kan tentara,' Bu Risma ada apa ini kok kayak perang?'" ujar Risma.

"Lho iya ini perang Pak. Saya perang melawan COVID-19," sambung Risma.

Risma mengaku dirinya agak "ndableg" (bandel dalam bahasa Jawa) saat menangani COVID-10 di Surabaya. Saat banyak yang memintanya beristirahat, dia tetap keluyuran.

Baca juga: Ini alasan Kemensos RI tak beri santunan COVID-19 lagi

Hal tersebut dia lakukan, lantaran Surabaya Raya pada saat itu pernah masuk dalam zona merah COVID-19.

Risma disiplin memproteksi dirinya dengan terus mengenakan sarung tangan, kaus kaki tinggi, hingga mandi 3-4 kali sehari.

Selain itu, dia turun langsung menaiki motor untuk mengingatkan warganya akan pentingnya protokol kesehatan.

"Naik motor saya bagi masker ke kampung-kampung, kemudian saya 'halo halo.' Saya marah betul kalau nggak ada yang pakai masker, saya kejar dia," ujar dia.

Baca juga: Mensos minta Karang Taruna jadi penggerak hadapi pandemi dan bencana

Pun saat banyak pejabat berkantor di dalam ruangan atau rumah saat pandemi, Risma memilih berkantor dari tenda yang didirikan dekat Balai Kota Surabaya sejak jam 05.00 WIB.

Di sana, dia mengadakan rapat dengan lurah dan camat tentang akses keluar masuk warga jika ditemukan ada yang terjangkit COVID-19.

"Misalnya yang sakit banyak, kawasan itu harus ditutup, enggak boleh keluar. Kita kasih makan semua dan kita suplai. Alhamdulillah itu turun drastis pada saat itu, betapa sulitnya kami saat tidak punya peralatan," ujar dia.

Baca juga: Kemensos segera bangun rusunawa bagi pemulung di Jakarta dan Bekasi