Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan produk riset dan inovasi harus berorientasi pada substitusi impor agar mendukung ekonomi dapat tumbuh stabil.

"Kalau ingin ekonominya stabil kita tidak boleh bergantung terlalu besar kepada produk impor," kata Menristek Bambang dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 2021, di Jakarta, Senin.

Menristek Bambang menuturkan untuk negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar, maka ketergantungan impor menjadi suatu masalah yang mengganggu neraca perdagangan.

Baca juga: Pengembangan teknologi bagi pemulihan ekonomi adalah mendesak

Salah satu cara agar meningkatkan neraca perdagangan adalah dengan menggunakan lebih banyak produk dalam negeri dan meningkatkan ekspor.

Untuk meningkatkan produk dalam negeri akan mengurangi impor sehingga harus ada substitusi impor yang berasal dari dalam negeri, dan itu bisa dicapai dengan produk riset dan inovasi.

"Mengurangi impor bukan berarti kita mengurangi pembeliannya tetapi kita mensubtitusi kebutuhan kita akan produk impor tersebut dengan produk dalam negeri," ujarnya.

Substitusi impor sangat didorong sebagai upaya untuk peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN).

Dalam acara itu, Menristek Bambang menuturkan BPPT berperan penting di dalam proses subtitusi impor melalui reverse engineering, tapi juga harus ada unsur kebaruan dan modifikasi.

"Kita tidak hanya menjiplak, meniru tapi kita sebenarnya membuat sesuatu yang baru dengan harga dan daya saing yang juga bisa dipertanggungjawabkan," tuturnya.

Baca juga: Menteri dorong ekosistem inovasi bagi penguasaan teknologi paling maju
Baca juga: Menristek cari mitra internasional bangun bandar antariksa di Biak
Baca juga: Menteri: penginderaan jauh bagi kepentingan pertanian dan tata ruang