JAKARTA (ANTARA) - Pakar ekonomi Vivi Alatas mengungkapkan sejumlah pelajaran yang bisa dipetik selama satu tahun pandemi COVID-19 di tanah air agar ke depannya penanganan pandemi COVID-19 bisa lebih optimal. “Pertama, belajar pentingnya memadukan jenis social protection yang berbeda,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.

Vivi menyebutkan pemerintah bukan hanya harus berfokus pada program safety net tetapi juga harus memerhatikan safety trampoline agar pihak yang terpuruk akibat pandemi bisa kembali bangkit.

Ia menuturkan COVID-19 membuat kebutuhan pasar tenaga kerja semakin berubah.

“Pandemi menuntut untuk upscaling dan rescaling, membekali pekerja dengan keterampilan yang akan diminta pasar tenaga kerja di tahun mendatang,” tambahnya.

Pelajarannya selanjutnya adalah belajar untuk bukan hanya pada koping mekanisme tetapi juga fokus pada preventing mekanisme.

Pandemi, katanya, mengajarkan kita bahwa tidak mungkin memilih untuk memprioritaskan dampak ekonomi atau dampak kesehatan.

“Fokus hanya pada dampak ekonomi saja hanya akan menjadikan pandemi yang berkepanjangan , tak hanya berdampak pada kesehatan yang semakin mahal tetapi dampak ekonomi yang akan berkepanjangan,” ujarnya.

Selain itu CEO Asakretivita ini juga menekankan pentingnya memperbaiki data dan metode yang digunakan untuk memberikan bantuan kepada kelompok terdampak COVID-19.

“Yang dibutuhkan tidak hanya data, tetapi sistem targeting sehinga kapanpun Indonesia bisa langsung efektif merespons untuk membantu keluarga rentan,” tegasnya.


Baca juga: Menkeu: Ekonomi Islam berperan dalam pemulihan imbas COVID-19

Baca juga: LIPI: Ekonomi rumah tangga wirausaha relatif lebih terdampak pandemi

Baca juga: Luhut tekankan pengendalian COVID-19 untuk gerakkan ekonomi

Baca juga: Pengamat ingatkan potensi pengangguran permanen akibat dampak COVID-19