Serikat petani: bencana alam buat gagal panen dan naiknya harga cabai
3 Maret 2021 16:01 WIB
Ilustrasi - Pengepul memilah cabai yang akan dikirim ke Surabaya di Desa Tugurejo, Kediri, Jawa Timur, Selasa (6/3). (Antara Jatim/Prasetia Fauzani)
Jakarta (ANTARA) - Serikat Petani Indonesia mengungkapkan terjadinya bencana alam seperti banjir maupun cuaca ekstrem menjadi penyebab gagal panen yang akibatnya berdampak pada melonjaknya harga cabai dan sayur-sayuran lainnya.
"Masalah lain yang juga menjadi perhatian kita adalah bencana alam. Seperti di Kalimantan Selatan, bencana banjir yang terjadi sejak Januari lalu mengakibatkan kerusakan lahan pertanian, bahkan berujung pada gagal panen. Bahkan sampai saat ini di beberapa titik, banjir belum kunjung reda," kata ” Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli Ardiansyah dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan terjadi kenaikan harga pada subsektor hortikultura, khususnya kelompok sayur-sayuran yang menjadi salah satu pemicu inflasi pada bulan Februari. Menurut Agus, kenaikan harga sayur dikarenakan faktor cuaca yang memicu kegagalan panen.
“Pola musim hujan saat ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bahkan cenderung semakin tinggi. Laporan dari Koperasi Petani Indonesia, koperasi petani anggota SPI, di Ciaruterun, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menyebutkan curah hujan tinggi mengakibatkan hampir 80 persen sayuran gagal panen," kata Agus.
Kegagalan panen yang cukup besar tersebut membuat harga sayur-sayuran yang mengalami lonjakan harga antara lain cabai, kangkung, kemangi, sawi, kacang panjang, dan terong ungu.
Berdasarkan data BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan pada bulan Februari 2021. BPS menyebutkan NTP nasional pada Februari 2021 berada di angka 103,10 atau turun sebesar 0,15 persen dibandingkan NTP Januari 2021.
Penurunan NTP Februari 2021 ini dipengaruhi turunnya dua NTP subsektor, yakni subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan, masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,33 persen dibandingkan NTP Januari 2021. Sementara itu untuk subsektor hortikultura, terjadi kenaikan sebesar 1,83 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Agus menyebutkan penurunan NTP di subsektor tanaman pangan, merupakan dampak dari musim panen raya di beberapa wilayah Indonesia.
“Situasi saat ini tengah memasuki puncak panen raya. Untuk tanaman padi, laporan anggota kita di berbagai wilayah, harga gabah merosot. Di Tuban misalnya, harga gabah di kisaran Rp3.500 hingga Rp3.800 per kg. Selisihnya tipis sekali dibandingkan harga produksi yang justru mengalami kenaikan, sekitar Rp3.000 per kg nya. Begitu juga di beberapa wilayah lain seperti di Banyuasin (Lampung), dan Yogyakarta, harganya tidak jauh berbeda,” kata dia.
"Masalah lain yang juga menjadi perhatian kita adalah bencana alam. Seperti di Kalimantan Selatan, bencana banjir yang terjadi sejak Januari lalu mengakibatkan kerusakan lahan pertanian, bahkan berujung pada gagal panen. Bahkan sampai saat ini di beberapa titik, banjir belum kunjung reda," kata ” Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli Ardiansyah dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan terjadi kenaikan harga pada subsektor hortikultura, khususnya kelompok sayur-sayuran yang menjadi salah satu pemicu inflasi pada bulan Februari. Menurut Agus, kenaikan harga sayur dikarenakan faktor cuaca yang memicu kegagalan panen.
“Pola musim hujan saat ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bahkan cenderung semakin tinggi. Laporan dari Koperasi Petani Indonesia, koperasi petani anggota SPI, di Ciaruterun, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menyebutkan curah hujan tinggi mengakibatkan hampir 80 persen sayuran gagal panen," kata Agus.
Kegagalan panen yang cukup besar tersebut membuat harga sayur-sayuran yang mengalami lonjakan harga antara lain cabai, kangkung, kemangi, sawi, kacang panjang, dan terong ungu.
Berdasarkan data BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan pada bulan Februari 2021. BPS menyebutkan NTP nasional pada Februari 2021 berada di angka 103,10 atau turun sebesar 0,15 persen dibandingkan NTP Januari 2021.
Penurunan NTP Februari 2021 ini dipengaruhi turunnya dua NTP subsektor, yakni subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan, masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,33 persen dibandingkan NTP Januari 2021. Sementara itu untuk subsektor hortikultura, terjadi kenaikan sebesar 1,83 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Agus menyebutkan penurunan NTP di subsektor tanaman pangan, merupakan dampak dari musim panen raya di beberapa wilayah Indonesia.
“Situasi saat ini tengah memasuki puncak panen raya. Untuk tanaman padi, laporan anggota kita di berbagai wilayah, harga gabah merosot. Di Tuban misalnya, harga gabah di kisaran Rp3.500 hingga Rp3.800 per kg. Selisihnya tipis sekali dibandingkan harga produksi yang justru mengalami kenaikan, sekitar Rp3.000 per kg nya. Begitu juga di beberapa wilayah lain seperti di Banyuasin (Lampung), dan Yogyakarta, harganya tidak jauh berbeda,” kata dia.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: