Imbal hasil obligasi acuan AS diprediksi turun jadi minus 0,5 persen
3 Maret 2021 08:27 WIB
Foto dokumen - Scott Minerd, Chairman of Investments and Global Chief Investment Officer Guggenheim Investments, menghadiri Konferensi Global tahunan ke-22 Milken Institute di Beverly Hills, California, AS, 29 April 2019. ANTARA/REUTERS/Mike Blake
New York (ANTARA) - Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang dijadikan acuan, diprediksi berada dalam tren jangka panjang yang lebih rendah akibat pasar keuangan negara adidaya tersebut saat ini dibanjiri uang tunai.
Menurut Guggenheim Investments, imbal hasilnya bisa zigzag turun menjadi minus 0,5 persen dalam setahun dari sekarang, sekalipun jika naik dari level saat ini.
Dalam catatan penelitian yang diterbitkan pada Selasa (2/3/2021), Global Chief Investment Officer Guggenheim, Scott Minerd mengatakan dengan menggunakan analisis regresi sinus dari suku bunga 10 tahun sejak 1980-an, imbal hasil terlihat berpotensi turun di kisaran -0,5 persen pada awal 2022, dibatasi oleh kisaran dua standar deviasi sebesar 1,0 persen dan terendah -2,0 persen.
Kekuatan pendorongnya adalah lonjakan jumlah uang beredar M2, yang telah mendorong suku bunga secara praktis ke nol, tetapi kemungkinan akan terus bekerja keluar dari kurva.
"Saat pembayaran stimulus dan pengembalian pajak didistribusikan dan lebih banyak uang yang akan digunakan, investor akan memperpanjang jatuh tempo pada portofolio obligasi mereka dalam 'jangkauan untuk imbal hasil," tulisnya.
Minerd mengutip teori Random Walk dari ekonom pemenang Hadiah Nobel Eugene Fama di mana harga sekuritas dapat tersandung ke kiri dan ke kanan seperti "orang mabuk di salju" dan masih mempertahankan arah umum, yang untuk imbal hasil obligasi pemerintah adalah turun.
“Kesimpulan sebelumnya hari ini adalah bahwa suku bunga jangka panjang berada pada lintasan yang lebih tinggi tanpa gangguan. Sejarah memberi tahu kita sesuatu yang berbeda."
Imbal hasil obligasi 10 tahun ditutup pada Selasa (2/3/2021) di 1,3982 persen, setelah mencapai tertinggi dalam setahun di 1,614 persen minggu lalu. Suku bunga di posisi paling rendah 0,318 persen pada Maret tahun lalu ketika pandemi virus corona mulai berdampak pada ekonomi global.
Baca juga: Dolar jatuh saat imbal hasil mundur, uang berisiko naik, bitcoin turun
Baca juga: Emas "rebound" 10,6 dolar, "greenback" dan imbal hasil tergelincir
Baca juga: Terpengaruh imbal hasil obligasi AS, rupiah Jumat melemah
Menurut Guggenheim Investments, imbal hasilnya bisa zigzag turun menjadi minus 0,5 persen dalam setahun dari sekarang, sekalipun jika naik dari level saat ini.
Dalam catatan penelitian yang diterbitkan pada Selasa (2/3/2021), Global Chief Investment Officer Guggenheim, Scott Minerd mengatakan dengan menggunakan analisis regresi sinus dari suku bunga 10 tahun sejak 1980-an, imbal hasil terlihat berpotensi turun di kisaran -0,5 persen pada awal 2022, dibatasi oleh kisaran dua standar deviasi sebesar 1,0 persen dan terendah -2,0 persen.
Kekuatan pendorongnya adalah lonjakan jumlah uang beredar M2, yang telah mendorong suku bunga secara praktis ke nol, tetapi kemungkinan akan terus bekerja keluar dari kurva.
"Saat pembayaran stimulus dan pengembalian pajak didistribusikan dan lebih banyak uang yang akan digunakan, investor akan memperpanjang jatuh tempo pada portofolio obligasi mereka dalam 'jangkauan untuk imbal hasil," tulisnya.
Minerd mengutip teori Random Walk dari ekonom pemenang Hadiah Nobel Eugene Fama di mana harga sekuritas dapat tersandung ke kiri dan ke kanan seperti "orang mabuk di salju" dan masih mempertahankan arah umum, yang untuk imbal hasil obligasi pemerintah adalah turun.
“Kesimpulan sebelumnya hari ini adalah bahwa suku bunga jangka panjang berada pada lintasan yang lebih tinggi tanpa gangguan. Sejarah memberi tahu kita sesuatu yang berbeda."
Imbal hasil obligasi 10 tahun ditutup pada Selasa (2/3/2021) di 1,3982 persen, setelah mencapai tertinggi dalam setahun di 1,614 persen minggu lalu. Suku bunga di posisi paling rendah 0,318 persen pada Maret tahun lalu ketika pandemi virus corona mulai berdampak pada ekonomi global.
Baca juga: Dolar jatuh saat imbal hasil mundur, uang berisiko naik, bitcoin turun
Baca juga: Emas "rebound" 10,6 dolar, "greenback" dan imbal hasil tergelincir
Baca juga: Terpengaruh imbal hasil obligasi AS, rupiah Jumat melemah
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: