Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menginginkan kebijakan di sektor pertanian dapat betul-betul memberdayakan petani lokal dalam rangka menstabilkan dan mengatasi lonjakan harga cabai di berbagai daerah saat ini.

"Pemerintah harus memberdayakan petani lokal untuk mengatur manajemen produksi agar tidak terjadi fluktuasi produksi dan harga bisa lebih stabil," kata Johan Rosihan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut Johan, selama ini pola produksi cabai sangat tidak beraturan.

Untuk itu, ujar dia, perlu sekali pola produksi dan stabilisasi harga cabai, apalagi menjelang bulan puasa-lebaran.

"Saya minta pemerintah lebih serius mengembangkan komoditas cabai menjadi komoditas unggulan nasional yang memiliki daya adaptasi dan nilai ekonomi tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat," ujar Johan.

Ia menuturkan, kebutuhan cabai untuk kota-kota besar sekitar 800.000 ton per tahun atau sekitar 66.000 ton per bulannya.

Selain itu, ujar dia, karena cabai banyak digunakan dalam skala industri makanan dan minuman maka kebutuhannya terus meningkat dan harganya fluktuatif.

“Kita harus melihat fenomena fluktuasi harga cabai selalu terjadi setiap tahun sehingga harus memahami sifat unik dari komoditas cabai ini seperti mudah rusak, mudah busuk, produksinya bersifat musiman namun permintaan kebutuhan dalam keadaan segar dan dikonsumsi sepanjang tahun maka peran pemerintah menjadi sangat penting dalam tata kelola komoditas ini supaya harganya bisa stabil sepanjang tahun," papar Johan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga cabai rawit dan ikan segar menjadi pemicu terjadinya inflasi pada Februari 2021 sebesar 0,10 persen.

"Cabai rawit dan ikan segar sama-sama menyumbang andil inflasi 0,02 persen pada Februari 2021," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (1/3).

Suhariyanto mengatakan kenaikan harga cabai rawit terjadi di 65 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan kenaikan harga tertinggi di Pangkalpinang 39 persen dan Merauke 38 persen.

Berdasarkan data BPS, selama Februari 2021 sebanyak 56 kota mengalami inflasi dan 34 kota mengalami deflasi dari keseluruhan 90 kota IHK.

Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju 1,12 persen, dan inflasi terendah masing-masing terjadi di Tasikmalaya dan Sumenep sebesar 0,02 persen.

Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,55 persen dan deflasi terendah masing-masing terjadi di Malang dan Tarakan 0,01 persen.

Baca juga: BPS: Kenaikan harga cabai rawit dan ikan picu inflasi Februari 2021
Baca juga: Harga cabai di Kediri Rp100.000/kg imbas cuaca ekstrem
Baca juga: DKPKP akan gunakan mesin penyimpan untuk kendalikan harga cabai