BPS sebut produksi beras berpotensi naik tajam tahun ini
1 Maret 2021 19:34 WIB
Sejumlah petani memilah gabah hasil panen di kawasan persawahan Desa Durian Kelurahan Veteran Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatra Selatan, Jumat (19/2/2021). ANTARA FOTO/Feny Selly.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan tahun ini produksi beras nasional berpotensi naik tinggi sebesar 4,86 persen karena panen raya di awal tahun, terutama di sejumlah daerah menunjukkan tren positif.
"Potensi luas panen padi 2021 sangat bagus dan juga menjanjikan. Tapi potensi ini harus kita waspadai, mengingat musim hujan dan banjir juga cukup besar dan bisa berdampak pada gagal panen," ujar Suhariyanto dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.
Berdasarkan catatan BPS, pergerakan produksi beras mencapai 54,56 persen. Sedangkan total luasan panen pada tahun 2020 lalu mencapai 10,66 juta hektar, dengan sentra produksi terbesarnya Provinsi Jawa Timur.
"Ini juga cukup menggembirakan karena harga gabah kering giling di tingkat petani masih mengalami kenaikan, yakni sebesar Rp5.320 atau naik sebesar 0,03 persen. Kedepan pergerakan produksi harga gabah kering panen masih akan meningkat," katanya.
Di samping itu, produksi beras pada tahun 2020 lalu juga mengalami kenaikan yakni sebesar 31,33 persen jika dibandingkan tahun 2019 yang hanya 31,31 persen. Meski naik tipis, kata Suhariyanto, pemerintah berhasil mengendalikan produksi beras sehingga kebutuhan masyarakat masih tercukupi dengan baik.
"Kinerja produksi padi relatif terjaga selama 2020. Artinya produksi tahun ini secara keseluruhan berjalan stabil dan sangat menggembirakan," kata dia.
Luas bahan baku sawah berdasarkan data Kerangka Sampling Area (KSA) tahun 2019 mencapai 7,46 juta hektar. Angka ini masih bisa bertambah seiring perluasan lahan yang sedang dilakukan oleh pemerintah.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan kementeriannya berkomitmen menjaga produksi padi secara nasional. Dia mengatakan Kementan berupaya secara aktif dalam memitigasi pencegahan gagal panen akibat cuaca ekstrim dan potensi serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Kuntoro juga menambahkan asuransi pertanian sejak dini telah disosialisasikan agar segera dimanfaatkan petani untuk mencegah kerugian akibat gagal panen.
“Upaya kita menghadapi perubahan cuaca dan resiko bencana sudah dilakukan. Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) bagi petani terus digalakkan,” tegas Kuntoro.
Baca juga: Mentan pacu produksi hingga hilirisasi beras di food estate Kalteng
Baca juga: Meski La Nina, Mentan jamin ketersediaan beras sampai Juni 2021
Baca juga: Luasan panen padi Jakarta awal 2021 diprediksi turun
"Potensi luas panen padi 2021 sangat bagus dan juga menjanjikan. Tapi potensi ini harus kita waspadai, mengingat musim hujan dan banjir juga cukup besar dan bisa berdampak pada gagal panen," ujar Suhariyanto dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.
Berdasarkan catatan BPS, pergerakan produksi beras mencapai 54,56 persen. Sedangkan total luasan panen pada tahun 2020 lalu mencapai 10,66 juta hektar, dengan sentra produksi terbesarnya Provinsi Jawa Timur.
"Ini juga cukup menggembirakan karena harga gabah kering giling di tingkat petani masih mengalami kenaikan, yakni sebesar Rp5.320 atau naik sebesar 0,03 persen. Kedepan pergerakan produksi harga gabah kering panen masih akan meningkat," katanya.
Di samping itu, produksi beras pada tahun 2020 lalu juga mengalami kenaikan yakni sebesar 31,33 persen jika dibandingkan tahun 2019 yang hanya 31,31 persen. Meski naik tipis, kata Suhariyanto, pemerintah berhasil mengendalikan produksi beras sehingga kebutuhan masyarakat masih tercukupi dengan baik.
"Kinerja produksi padi relatif terjaga selama 2020. Artinya produksi tahun ini secara keseluruhan berjalan stabil dan sangat menggembirakan," kata dia.
Luas bahan baku sawah berdasarkan data Kerangka Sampling Area (KSA) tahun 2019 mencapai 7,46 juta hektar. Angka ini masih bisa bertambah seiring perluasan lahan yang sedang dilakukan oleh pemerintah.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan kementeriannya berkomitmen menjaga produksi padi secara nasional. Dia mengatakan Kementan berupaya secara aktif dalam memitigasi pencegahan gagal panen akibat cuaca ekstrim dan potensi serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Kuntoro juga menambahkan asuransi pertanian sejak dini telah disosialisasikan agar segera dimanfaatkan petani untuk mencegah kerugian akibat gagal panen.
“Upaya kita menghadapi perubahan cuaca dan resiko bencana sudah dilakukan. Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) bagi petani terus digalakkan,” tegas Kuntoro.
Baca juga: Mentan pacu produksi hingga hilirisasi beras di food estate Kalteng
Baca juga: Meski La Nina, Mentan jamin ketersediaan beras sampai Juni 2021
Baca juga: Luasan panen padi Jakarta awal 2021 diprediksi turun
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: