Pengamat: Program vaksinasi COVID-19 mesti dimanfaatkan masyarakat
28 Februari 2021 21:34 WIB
Dokumentasi. Presiden Joko Widodo disuntik dosis pertama vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). ANTARA/HO-Biro Pres Setpres/Muchlis Jr/aa. (Handout Biro Pres Setpres/Muchlis Jr)
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Komunikasi Fatimah Ibtisam menilai bahwa program vaksinasi COVID-19 sangat penting dan mesti dimanfaatkan masyarakat di Indonesia.
"Kita patut bersyukur sebab Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa menyediakan vaksin. Rasa syukur itu mesti dituangkan dengan cara proaktif memanfaatkan program vaksinasi ini," ujar Fatimah Ibtisam yang juga lulusan Universitas Indonesia di Jakarta, Minggu.
Indonesia, lanjut dia, menjadi salah satu dari beberapa negara dunia yang telah menjalankan program vaksinasi COVID-19. Kenyataan tersebut dinilai patut disyukuri mengingat kesulitan bagi sejumlah negara untuk mendapatkan vaksin.
Sebab, kata dia, saat ini miliaran penduduk di sejumlah negara membutuhkan vaksin secara bersamaan. Di sisi lain, produksi vaksin belum sebanding dengan permintaan.
Secara komunikasi publik, ia menambahkan, pemerintah perlu untuk lebih gencar menginformasikan kepada masyarakat terkait pentingnya vaksinasi ini untuk memutus mata rantai pandemi yang sudah berlangsung tepat setahun di Indonesia.
"Edukasi dan komunikasi publik penting untuk terus ditingkatkan. Ini agar masyarakat bisa memahami secara utuh bahwa vaksin yang kini ada dan telah didistribusikan adalah vaksin yang aman dan halal. Dengan arus informasi yang begitu deras, sangat penting memastikan bahwa informasi kesehatan yang benar sampai ke masyarakat," ujarnya.
Tisam, demikian ia biasa disapa, mengatakan Indonesia akan melakukan vaksinasi besar-besaran pada Maret dan April tahun ini.
"Tentu ini akan menjadi saat yang paling penting bagi usaha untuk memutus mata rantai COVID-19. Vaksinasi serentak jelas bukan perkara mudah. Ini salah satu pekerjaan besar dalam pelayanan kesehatan publik," katanya.
Apa yang disampaikan Tisam senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sekjen PBB Antonio Gutteres. Dia menyesali masih banyaknya negara yang belum sama sekali melakukan vaksin kepada masyarakatnya.
Tercatat ada sekitar 130 negara yang belum melakukan program vaksin. Sebaliknya sejumlah negara maju ada yang telah melakukan vaksinasi sekitar 75 persen dari total masyarakatnya.
Indonesia jadi salah satu negara yang sejak awal tahun telah menggelar vaksinasi. Bahkan kini vaksinasi telah mayoritas menjangkau tenaga kesehatan, keamanan, dan petugas di garda terdepan penanganan Covid.
Per Februari ini vaksin telah mulai dilakukan di kalangan masyarakat umum. Sejumlah pedagang pasar dan wartawan telah divaksinasi.
Menurut Tisam, keberhasilan Indonesia mengamankan vaksin tak terlepas dari langkah cepat pemerintah yang berkoordinasi dengan sejumlah lembaga di dunia.
Tim yang dipimpin Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi secara cepat melakukan kunjungan ke sejumlah negara untuk mengamankan stok vaksin.
Baca juga: Gubernur BI: Realisasi vaksinasi yang baik dukung pemulihan ekonomi
Baca juga: Menparekraf: Vaksinasi langkah kolosal pulihkan pariwisata
Baca juga: Gubernur Bali: Pariwisata jadi target pemulihan pertama
"Kita patut bersyukur sebab Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa menyediakan vaksin. Rasa syukur itu mesti dituangkan dengan cara proaktif memanfaatkan program vaksinasi ini," ujar Fatimah Ibtisam yang juga lulusan Universitas Indonesia di Jakarta, Minggu.
Indonesia, lanjut dia, menjadi salah satu dari beberapa negara dunia yang telah menjalankan program vaksinasi COVID-19. Kenyataan tersebut dinilai patut disyukuri mengingat kesulitan bagi sejumlah negara untuk mendapatkan vaksin.
Sebab, kata dia, saat ini miliaran penduduk di sejumlah negara membutuhkan vaksin secara bersamaan. Di sisi lain, produksi vaksin belum sebanding dengan permintaan.
Secara komunikasi publik, ia menambahkan, pemerintah perlu untuk lebih gencar menginformasikan kepada masyarakat terkait pentingnya vaksinasi ini untuk memutus mata rantai pandemi yang sudah berlangsung tepat setahun di Indonesia.
"Edukasi dan komunikasi publik penting untuk terus ditingkatkan. Ini agar masyarakat bisa memahami secara utuh bahwa vaksin yang kini ada dan telah didistribusikan adalah vaksin yang aman dan halal. Dengan arus informasi yang begitu deras, sangat penting memastikan bahwa informasi kesehatan yang benar sampai ke masyarakat," ujarnya.
Tisam, demikian ia biasa disapa, mengatakan Indonesia akan melakukan vaksinasi besar-besaran pada Maret dan April tahun ini.
"Tentu ini akan menjadi saat yang paling penting bagi usaha untuk memutus mata rantai COVID-19. Vaksinasi serentak jelas bukan perkara mudah. Ini salah satu pekerjaan besar dalam pelayanan kesehatan publik," katanya.
Apa yang disampaikan Tisam senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sekjen PBB Antonio Gutteres. Dia menyesali masih banyaknya negara yang belum sama sekali melakukan vaksin kepada masyarakatnya.
Tercatat ada sekitar 130 negara yang belum melakukan program vaksin. Sebaliknya sejumlah negara maju ada yang telah melakukan vaksinasi sekitar 75 persen dari total masyarakatnya.
Indonesia jadi salah satu negara yang sejak awal tahun telah menggelar vaksinasi. Bahkan kini vaksinasi telah mayoritas menjangkau tenaga kesehatan, keamanan, dan petugas di garda terdepan penanganan Covid.
Per Februari ini vaksin telah mulai dilakukan di kalangan masyarakat umum. Sejumlah pedagang pasar dan wartawan telah divaksinasi.
Menurut Tisam, keberhasilan Indonesia mengamankan vaksin tak terlepas dari langkah cepat pemerintah yang berkoordinasi dengan sejumlah lembaga di dunia.
Tim yang dipimpin Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi secara cepat melakukan kunjungan ke sejumlah negara untuk mengamankan stok vaksin.
Baca juga: Gubernur BI: Realisasi vaksinasi yang baik dukung pemulihan ekonomi
Baca juga: Menparekraf: Vaksinasi langkah kolosal pulihkan pariwisata
Baca juga: Gubernur Bali: Pariwisata jadi target pemulihan pertama
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: