Jakarta (ANTARA) - Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) selalu diperingati pada 21 Februari tiap tahunnya.

Kegiatan dalam HPSN diikhtiarkan menjadi momentum untuk membangun kesadaran publik dalam upaya-upaya pengurangan sampah.

Ajakan dan kampanye HPSN setidaknya menjadi upaya melahirkan berbagai inovasi hingga di tingkat akar rumput masyarakat, seperti di level rukun tetangga (RT) untuk melakukan kegiatan pro lingkungan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa selain membangun infrastruktur besar, pihaknya juga membangun infrastruktur dasar yang manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat.

Salah satunya melalui program Padat Karya Tunai Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) 3R (reduce, reuse, recycle).

Menurut Basuki, sebelum dibangun TPST-3R, masyarakat membuang sampah secara sembarangan.

Tetapi, setelah adanya TPST-3R, masyarakat diajak mengubah perilakunya menjadi membuang sampah pada tempatnya dan melakukan pengelolaan 3R terhadap sampah yang mereka hasilkan.

Selain mengurangi kuantitas sampah yang ada di lingkungan tempat tinggal kelompok masyarakat, TPST 3R juga memberikan manfaat dalam pembelajaran pengelolaan sampah kepada masyarakat melalui sumbernya dan penyerapan tenaga kerja.

Jika pada skala nasional programnya adalah TPST-3R, pada level masyarakat, seperti di tingkat RT maka sebutannya adalah TPS-3R.

Apa yang dimaksud TPS-3R?

Menurut laman http://elearning.litbang.pu.go.id/teknologi/TPS3R dideskripsikan bahwa teknologi TPS-3R adalah sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak kompos yang lebih efektif dan efisien.

Hasil pengolahan sampah organik berupa kompos digunakan untuk pupuk tanaman hias dan herbal yang ditanam di lahan sekitar TPS untuk dijual.

Selain itu, untuk meningkatkan kualitas hasil pengomposan akan diterapkan teknologi kompos cacing (kascing). Hasil pengolahan tanki biodigester berupa gas akan digunakan untuk pasokan energi di warga sekitar TPS-3R.


Senyaman Sehati

Salah satu komunitas yang melakukan Program TPS-3R itu adalah warga di RT02/RW13 Perumahan Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat.

"Kami punya Program Sehati Anyaman (Sehat Bersih Tertib dan Aman), yang salah satunya berkaitan dengan Program Bank Sampah," kata Ketua RT02 perumahan itu Emil Rachman.

Program Bank Sampah itu diberikan ke petugas kompos dengan anggaran disesuaikan dengan hasil penjualan sampah.

Atas program pro-lingkungan itu mengantarkan RT02/RW13 Perumahan Griya Melati diganjar oleh Pemerintah Kota Bogor sebagai juara pertama Permukiman Teratur pada 2020.

Permukiman Teratur itu, komponen penilaiannya, mulai dari pertanian perkotaan (urban farming), sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah hingga kebijakan yang dilakukan dalam menangani COVID-19.

Wali Kota Bogor Bima Arya sempat mengunjungi tiga besar RT dengan program yang dimiliki, yakni Perumahan Griya Melati RT 02/RW 13, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat.

Kemudian, Taman Griya Kencana RT05/RW08, Kelurahan Kencana, Tanah Sareal, dan juga Tanah Baru Permai RT02/RW 09, Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara.

Menurut Bima, di masing-masing RT memiliki keunggulan dan inovasi berbeda.

Di Perumahan Griya Melati, warganya kompak menerapkan 7 program Sehati Senyaman, seperti Pak Darling (Bapak Sadar Lingkungan), Jalista (Jalinan Silaturahmi Tetangga), David (Sadar COVID-19), Budiman (Budi Daya Ikan Mandiri), E-Pungli (Emak-emak Pemungut Elit), Sawargi (Sistem Administrasi Warga Griya Melati), dan WargaNet (Warung Tetangga di Internet).

Di RT 02 Griya Melati ini juga terdapat tiga taman tematik, yakni "Taman Bocil" untuk area bermain anak, "Taman Cager" untuk apotek hidup atau tanaman herbal, dan Taman Remako (Remaja Kolot) untuk para lanjut usia.
"Taman Cager" di RT02/RW13 Perumahan Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Jabar, sebagai apotek hidup yang ditanami tanaman tumbuha obat atau herbal. (FOTO ANTARA/HO-Wahyu F Riva/2021)

Sementara di Perumahan Taman Griya Kencana, pengurus RT mewajibkan warganya memiliki minimal lima tanaman setiap rumah. Warga juga memanfaatkan rumah kosong untuk dijadikan area bermain anak serta urban farming.

Malahan, warga RT05 ini banyak mengandalkan tanaman herbal peningkat stamina dan vitalitas, yaitu bunga telang dan temu kunci yang diolah menjadi minuman dan pelengkap makanan.

Untuk di RT02 Tanah Baru Permai, Bima Arya terkesan pada kegiatan unik di mana penggerak berbagai program adalah para manula, nihil kasus COVID-19, serta minim perokok lantaran dari sekian banyak warga hanya ada dua orang perokok.

Konsep urban farming-nya pun berjalan dengan baik, serta memiliki media edukasi soal lingkungan buat warga, khususnya anak-anak.

"Semuanya bagus-bagus. Indikator penilaiannya pun mereka miliki semua. Yang penting tetap dijaga konsistensi dan istikamahnya. Kalau saja 10 persen RT di Bogor seperti ini, Bogor pasti sudah menjadi nomor satu di Indonesia," kata Bima Arya.


Babak baru

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 (PSLB3) Kementerian LHK Rosa Vivien Ratnawati saat konferensi pers HPSN 2021 secara virtual, Kamis (18/2) menyatakan HPSN harus menjadi babak baru pengelolaan sampah di Indonesia, yakni dengan menjadikan sampah sebagai bahan baku ekonomi Indonesia.

Kini, sudah saatnya platform HPSN digeser ke upaya-upaya penanganan sampah yang dapat memberikan kontribusi nyata dalam pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut dilakukan melalui pengembangan sektor usaha pengumpulan dan pengangkutan sampah, industri alat dan mesin pengolah sampah, industri daur ulang, industri komposting dan biogas, serta industri sampah menjadi energi alternatif.

Untuk itu, dengan memanfaatkan momentum positif tersebut, maka HPSN 2021 dijadikan platform untuk memperkuat posisi sektor pengelolaan sampah sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia, sekaligus sebagai perwujudan dari salah satu prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan, yaitu waste to resource melalui pelaksanaan ekonomi sirkular dan sampah menjadi sumber energi.

Hal tersebut didukung data terkini, di mana pengelolaan sampah termasuk salah satu sektor usaha yang tahan banting (resilient) selama pandemi COVID-19.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia kuartal III 2020 pada 5 November 2020, sektor ini justru mengalami pertumbuhan positif.

Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah merupakan sektor yang tumbuh sangat tinggi, yaitu 6,04 persen.

Berkaca dari kondisi dan fakta seperti itu, menjadi pengingat bersama bahwa ada peluang pengelolaan sampah, tidak hanya bertujuan untuk menjaga lingkungan.

Dengan inovasi-inovasi yang terus bertumbuh, mengelola sampah juga sudah terbukti memiliki nilai tambah ekonomi bagi para pelakunya.

Di titik ini, tentu saja dibutuhkan terus kolaborasi bersama seluruh komponen bangsa, baik pemerintah dan komponen masyarakat.