KKP libatkan lembaga INFHEM dalam kelola kesehatan ikan
26 Februari 2021 08:51 WIB
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melibatkan peran Indonesia Network on Fish Health Management (INFHEM), pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan perikanan budidaya sangat penting dalam menentukan keberhasilan produksi perikanan budidaya Kamis (25/2/2021). ANTARA/HO-KKP/pri.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melibatkan lembaga Indonesia Network on Fish Health Management (INFHEM) dalam pengelolaan kesehatan ikan serta lingkungan perairan untuk meningkatkan produksi perikanan budi daya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, mengatakan permasalahan terkait penyakit ikan dan lingkungan perikanan budi daya semakin kompleks dengan intensitas yang semakin tinggi, sehingga dapat menjadi faktor utama dalam penurunan produksi, bila tidak segera ditangani.
"INFHEM sebagai salah satu stakeholder (pemangku kepentingan) perikanan budi daya yang telah banyak berkontribusi dan memiliki komitmen di bidang kesehatan ikan dan lingkungan," sebut Slamet.
Baca juga: Menteri Trenggono minta sertifikat MSC tuna terus dipertahankan
Ia mengingatkan bahwa peran pemangku kepentingan turut menentukan keberhasilan program sub sektor perikanan budi daya, serta Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono juga telah menginstruksikan untuk selalu terus berkonsolidasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait.
INFHEM, lanjutnya, merupakan organisasi profesi yang produktif dengan beragam latar belakang keahlian dan bidang yang digeluti serta beranggotakan peneliti, akademisi, mahasiswa, penyuluh perikanan, pembudi daya ikan, pengusaha sarana produksi serta pengambil kebijakan.
"Beberapa peran nyata INFHEM yang kita rasakan manfaatnya antara lain penyelenggaraan pelatihan vaksinator dan penyelenggaraan outlook penyakit ikan serta rekomendasi-rekomendasi teknis pengendalian panyakit ikan," tutur Slamet.
Baca juga: Dirjen KKP: Budi daya laut prioritas pembangunan sektor perikanan
Selain itu, INFHEM juga giat dalam melakukan advokasi dan edukasi terutama untuk pemberian pemahaman dan penjelasan tentang pengelolaan kesehatan ikan pada masyarakat khususnya pencegahan penyakit melalui media daring dan cetak serta melalui forum seperti seminar dan diskusi.
Secara terpisah, Ketua INFHEM Maskur mengatakan bahwa INFHEM telah menjadi mitra Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP sebagai lembaga ahli dalam menangani penyakit dan pengelolaan kesehatan ikan di Indonesia.
“Dalam hal menangani penyakit ikan, anggota INFHEM berperan sebagai gugus depan dalam menangani penyakit baru, seperti TiLV pada ikan nila dan AHPND pada udang," ujar Maskur.
INFEHM, ujar dia, juga menginisiasi program vaksinasi mandiri benih lele bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI). Program ini bertujuan untuk mengedukasi para pembenih lele dan pembudi daya tentang vaksinasi secara mandiri sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi usaha mereka.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, mengatakan permasalahan terkait penyakit ikan dan lingkungan perikanan budi daya semakin kompleks dengan intensitas yang semakin tinggi, sehingga dapat menjadi faktor utama dalam penurunan produksi, bila tidak segera ditangani.
"INFHEM sebagai salah satu stakeholder (pemangku kepentingan) perikanan budi daya yang telah banyak berkontribusi dan memiliki komitmen di bidang kesehatan ikan dan lingkungan," sebut Slamet.
Baca juga: Menteri Trenggono minta sertifikat MSC tuna terus dipertahankan
Ia mengingatkan bahwa peran pemangku kepentingan turut menentukan keberhasilan program sub sektor perikanan budi daya, serta Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono juga telah menginstruksikan untuk selalu terus berkonsolidasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait.
INFHEM, lanjutnya, merupakan organisasi profesi yang produktif dengan beragam latar belakang keahlian dan bidang yang digeluti serta beranggotakan peneliti, akademisi, mahasiswa, penyuluh perikanan, pembudi daya ikan, pengusaha sarana produksi serta pengambil kebijakan.
"Beberapa peran nyata INFHEM yang kita rasakan manfaatnya antara lain penyelenggaraan pelatihan vaksinator dan penyelenggaraan outlook penyakit ikan serta rekomendasi-rekomendasi teknis pengendalian panyakit ikan," tutur Slamet.
Baca juga: Dirjen KKP: Budi daya laut prioritas pembangunan sektor perikanan
Selain itu, INFHEM juga giat dalam melakukan advokasi dan edukasi terutama untuk pemberian pemahaman dan penjelasan tentang pengelolaan kesehatan ikan pada masyarakat khususnya pencegahan penyakit melalui media daring dan cetak serta melalui forum seperti seminar dan diskusi.
Secara terpisah, Ketua INFHEM Maskur mengatakan bahwa INFHEM telah menjadi mitra Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP sebagai lembaga ahli dalam menangani penyakit dan pengelolaan kesehatan ikan di Indonesia.
“Dalam hal menangani penyakit ikan, anggota INFHEM berperan sebagai gugus depan dalam menangani penyakit baru, seperti TiLV pada ikan nila dan AHPND pada udang," ujar Maskur.
INFEHM, ujar dia, juga menginisiasi program vaksinasi mandiri benih lele bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI). Program ini bertujuan untuk mengedukasi para pembenih lele dan pembudi daya tentang vaksinasi secara mandiri sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi usaha mereka.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: