Jayapura (ANTARA) - Pada 2017, seorang anggota Reskrim Polres Keerom berpangkat Bripka menemukan ide untuk memanfaatkan bangunan tua di Kampung Arso 13, Kabupaten Keerom, Papua sebagai sebuah lokasi agar warga setempat dapat memiliki "jendela dunia".

Bangunan tua di Arso 13 tersebut, merupakan milik kampung yang sudah tidak dipergunakan. Karena bangunannya masih terhitung layak guna, setelah meminta izin dari kepala kampung setempat, tempat tersebut kemudian diperbaiki, direhab dan dibuat menjadi lebih baik.

Selanjutnya, anggota Reskrim Polres Keerom bernama Bripka La Amin akhirnya "menyulap" bangunan kampung tersebut menjadi sebuah perpustakaan kecil bagi warga sekitarnya.
Untuk mengisi perpustakaan kecilnya, Bripka La Amin mulai menyurati beberapa instansi terkait seperti Dinas Perpustakaan Daerah guna mendapatkan bantuan buku-buku bacaan bagi warga.

Selain bantuan dari dinas perpustakaan, buku-buku yang mengisi rak perpustakaan Bripka La Amin juga merupakan sumbangan dari wartawan-wartawan yang dikenalnya. Lalu ada juga sumbangan buku dari ibu-ibu Bhayangkari, Kapolres Keerom yang menjabat kala itu dan lain sebagainya.

"Inisiatif membuat perpustakaan ini muncul setelah saya banyak melihat anak-anak kecil yang bermain-main di kampung, tidak ada kegiatan khusus dilakukan setelah pulang sekolah, jadi rasanya lebih baik memberikan edukasi melalui buku-buku bacaan," kata pria kelahiran 1985 ini.

Baca juga: Gandeng Balai Pustaka, AP II resmikan taman bacaan di Pulau Penyengat

Respon Pemerintah

Bripka La Amin bersyukur, setelah adanya perpustakaan kecil ini, respon pemerintah daerah setempat juga baik dengan memberikan bantuan buku-buku bacaan. Sehingga koleksi buku semakin beragam. Kini tidak hanya buku bacaan bagi anak-anak, namun juga untuk orang dewasa seperti buku pertanian dan lain sebagainya.

Dari awalnya hanya sekitar 200 buku yang diperoleh Bripka La Amin, setelah mencari dan mendapatkan sumbangan dari teman maupun warga yang dikenalnya, akhirnya kini sebanyak lebih dari seribu buku menghiasi perpustakaan kecilnya.

Jika dulu, ke-200 buku tersebut tercampur jenisnya, setelah mencapai seribuan lebih buku, kini Bripka La Amin sudah memisahkannya sesuai kategori bacaan.

"Jadi sekarang, jika ingin membaca buku anak-anak ada tempatnya sendiri, jika ingin membaca buku pertanian sudah ada raknya sendiri, warga jadi lebih mudah mencari dan mendapatkan informasi yang diperlukannya," ujar laki-laki yang akhirnya dipanggil pustakawan dari kampung ini.

La Amin berharap, keberadaan perpustakaan ini dapat membantu anak-anak menambah pengetahuannya mengenai pelajaran, juga mempermudah warga setempat memperoleh informasi mengenai hal-hal yang tidak didapatkan dari tempat lain.

Jam buka perpustakaan ini juga disesuaikan dengan jam kantor Bripka La Amin. Ya, bagaimanapun Bripka La Amin adalah seorang abdi rakyat pada lembaga kepolisian sehingga setelah selesai menunaikan tugasnya sebagai aparat keamanan, dirinya baru berganti status sebagai pustakawan.

Dalam seminggu, terdapat tiga hari yang dipilihnya untuk membuka perpustakaan kecil tersebut. Senin, Rabu dan Sabtu sekitar pukul 15.00 hingga 17.00 Waktu Indonesia Timur, Bripka La Amin akan membuka perpustakaannya bagi anak-anak dan warga sekitar.

Ke depan, jika perpustakaan tersebut bisa dikembangkan lebih besar lagi maka diharapkan dapat disesuaikan dengan kecanggihan teknologi dan kebutuhan masyarakat.

Baca juga: Legislator: Peningkatan minat baca harus menjadi skala prioritas

Apresiasi kepedulian pendidikan

Kepedulian Bripka La Amin terhadap pendidikan di wilayah tugasnya yakni pada Kabupaten Keerom, diapresiasi oleh Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua. Bagi pemerintah melalui dinas terkait, hal ini sangat membantu meningkatkan minat baca anak dan warga di Bumi Cenderawasih.

Menurut Kepala Bidang Perpustakaan pada Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua Ahmad Djalali, pihaknya sangat mendukung langkah yang dibuat oleh Bripka La Amin. Pasalnya, kini anak-anak jika diajak untuk membaca sangat sulit sehingga dengan upaya menghadirkan "perpustakaan" di kampung, diharapkan dapat membantu mengatasi kasus buta aksara.

Ke depan, pemerintah daerah melalui dinas terkait akan melihat kembali, apa saja kebutuhan bacaan yang harus disediakan di perpustakaan tersebut. Misalnya, karena berada di wilayah yang lahannya cocok untuk pertanian, maka akan dibantu menyediakan buku-buku bacaan terkait cara berkebun, cara menanam dan lain sebagainya.

Karena, tanpa pemangku kepentingan lainnya, peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat dilakukan sendiri. Butuh bahu membahu dalam bersinergi menuntaskan kendala dan permasalahan pendidikan.

Perpustakaan kecil yang dibangun Bprika La Amin ini menjadi salah satu contoh bahwa membangun pendidikan tidak harus dari hal-hal besar, tapi hal-hal sederhana yang diniatkan dari ketulusan hati.

Apalagi, dari sikap tegas dan disiplin anggota kepolisian ternyata ada sisi pengajarnya. Sehingga kesan bahwa polisi selalu arogan tertepis dengan sendirinya. Teladan menjadi sosok pengayom bagi masyarakat dapat ditemukan melalui dedikasi tinggi seperti yang dilakukan Bripka La Amin.

"Ini hal luar biasa, karena memotivasi masyarakat untuk gemar membaca," ujar Ahmad.

Baca juga: Penguatan minat baca masyarakat harus dimulai dari desa

Pelayan pengayom masyarakat

Salah satu tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dapat diimplementasikan dalam setiap tugas dan tanggung jawab sebagai anggota polisi.

Sehingga dengan perpustakaan kecil yang dibuat Bripka La Amin, menjadi bukti bahwa jajaran kepolisian selalu mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Tidak hanya dalam tugasnya sebagai aparat keamanan, namun hal lainnya. Kesungguhan dan kepedulian terhadap pendidikan anak-anak serta tambahan informasi bagi warga di Kampung Arso 13, Kabupaten Keerom menjadi satu hal sederhana yang harus diperhatikan.

Bagi Kapolres Keerom AKBP Emile Reisitei Hartanto, edukasi yang diberikan Bripka La Amin melalui perpustakaan kecilnya memperlihatkan peran serta jajaran kepolisian meningkatkan kualitas pendidikan generasi muda di wilayahnya. Bripka La Amin menjadi teladan baik yang layak dicontoh oleh orang muda maupun masyarakat di sekitar wilayah tugasnya. Dengan melayani masyarakat melalui perpustakaan kecil ini, hubungan dan tali silaturahmi jajaran kepolisian dan masyarakat setempat semakin erat.

Bripka La Amin juga dapat membantu pemerintah memberikan pendidikan usia dini bagi anak-anak di wilayahnya. Sehingga, nantinya, jika anak-anak ini masuk dalam tingkatan jenjang pendidikan, setidaknya sudah banyak mengenal hal-hal yang harus dipelajari. Khusus untuk di masa pandemi COVID-19 ini, anak-anak masih harus belajar secara daring, sehingga dengan keberadaan perpustakaan kecil dapat membantu dalam setiap pembelajaran meskipun tidak maksimal.

Perpustakaan Bripka La Amin ini dapat memberikan rangsangan terhadap anak dan orang dewasa untuk mengetahui informasi terbaru. Misalnya, pada masa pandemi COVID-19 ini, pengetahuan mengenai cara mencegah penyebaran virus melalui mencuci tangan, menjaga jarak hingga menggunakan masker dapat diperoleh dari buku-buku bacaan.

Kebiasaan warga di kampung yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan dapat diubah dari kebiasaan membaca. Akan ada perubahan yang baik dari kebiasaan membaca yang dilakukan oleh warga setempat. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk prosesnya, namun harus ada yang sudah memulai. Dan Bripka La Amin kini sudah membuka jalan serta memulainya.

Ia mendukung langkah Bripka La Amin dalam mengedepankan perpustakaan kecil sehingga ke depan ide serta inisiatif bagi warga Kampung Arso 13 ini dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat setempat.

Dari membaca, masyarakat dapat lebih mengetahui informasi mengenai lingkungan sekitarnya, apalagi kini di masa pandemi COVID-19. Setidaknya dari membaca, masyarakat dapat memperoleh tambahan informasi mengenai bagaimana caranya menghindari terpapar virus tersebut.

Baca juga: Perpustakaan harus inovatif bantu tingkatkan minat baca masyarakat