New York (ANTARA) - Dolar AS melanjutkan penurunan pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) dan mencapai posisi terendah terhadap pound Inggris dan dolar Australia.
Investor fokus pada janji vaksinasi virus corona dan prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang dapat mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi.
Indeks dolar AS terakhir turun 0,3 persen dalam perdagangan sore di New York menjadi 90,046. Dolar telah mengalami tren turun pada Februari dan sekarang telah menyerahkan semua pemulihan Januarinya dari penurunan hampir tujuh persen pada tahun lalu.
Kemunduran dolar terbaru datang karena meluasnya keyakinan bahwa AS akan bertindak lebih jauh dari yang diperlukan untuk mendukung ekonomi dengan pengeluaran pemerintah dan kebijakan-kebijakan uang longgar serta berakhir dengan inflasi tinggi dan terlalu banyak utang tambahan.
Pasar akan mengamati kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell kepada Komite Perbankan Senat pada Selasa waktu setempat, untuk mencari tanda-tanda bahwa Federal Reserve AS mungkin menjadi kurang dovish dan lebih waspada terhadap inflasi.
Tren penurunan dolar AS telah terjadi saat imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 1,37 persen dari 1,1 persen pada akhir Januari. Imbal hasil obligasi 10-tahun relatif stabil dalam perdagangan pada Senin (22/2/2021) sebelum kesaksian Powell, yang akan masuk ke hari kedua pada Rabu di hadapan komite lain.
"Dolar terus naik dan turun karena data AS yang telah melukiskan gambaran beragam dari ekonomi terbesar dunia," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, dalam sebuah catatan pada Senin (22/2/2021). Pelemahan dalam lapangan pekerjaan AS telah merusak reli dolar karena pasar melihat data pekerjaan yang goyah memperkuat komitmen Federal Reserve terhadap suku bunga rendah, tambah Manimbo.
Euro naik 0,4 persen terhadap dolar menjadi 1,2162 dolar. Data pada Senin (22/2/2021) menunjukkan kepercayaan bisnis Jerman naik lebih besar dari yang diperkirakan pada Februari, terutama karena sektor industri yang tangguh di negara itu.
Nilai tukar antara euro dan dolar akan bergantung "pada apakah ekonomi AS benar-benar akan mampu mencapai booming pasca lockdown yang lebih kuat daripada Eropa," kata analis Commerzbank Ulrich Leuchtmann.
Pound Inggris terakhir naik 0,5 persen menjadi 1,4066 dolar AS, level tertinggi sejak April 2018 ketika Perdana Menteri Boris Johnson mengumumkan jalan keluar dari penguncian atas keberhasilan relatif Inggris dalam menyediakan vaksinasi COVID-19.
"Kami jelas telah mulai memperkirakan banyak kabar baik," kata Ned Rumpeltin, kepala strategi mata uang Eropa di TD Securities.
Dolar AS jatuh ke posisi terendah tiga tahun terhadap dolar Australia, yang diuntungkan dari kenaikan harga-harga komoditas. Aussie terakhir naik menjadi 0,7917 dolar AS, level tertinggi sejak Maret 2018.
"Mata uang komoditas dan pound sangat kuat terhadap dolar, dan tren ini tampaknya akan berlanjut," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi valuta asing di Daiwa Securities.
Australia pada Senin (22/2/2021) memulai program vaksin COVID-19 massal ketika negara tersebut tampaknya tidak akan melaporkan kasus lokal untuk hari ketiga berturut-turut, yang memberi dorongan bagi Aussie.
Bitcoin turun 6,0 persen pada Senin (22/2/2021) menjadi 53.866 dolar AS setelah melonjak ke rekor tertinggi 58.354 dolar AS sehari sebelumnya. Mata uang kripto itu mengurangi kerugian saat jatuh hingga 16 persen pada Senin (22/2/2021) dan turun ke terendah 47.400 dolar AS.
Baca juga: Dolar menguat atas euro dan yen, sementara pound "rebound"
Baca juga: Dolar AS melemah ketika saham menanjak, mata uang berisiko menguat
Baca juga: Dolar AS melemah jelang pertemuan Fed, pound sterling menguat
Dolar AS jatuh saat prospek ekonomi Eropa membaik dan komoditas naik
23 Februari 2021 07:14 WIB
Ilustrasi - Mata uang Inggris pound sterling dan dolar Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/am.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: