Epidemiolog: Penerapan 3T harus terus diintensifkan
22 Februari 2021 20:24 WIB
Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr. Yudhi Wibowo (ANTARA/HO - dok. pribadi)
Purwokerto (ANTARA) - Ahli epidemiologi lapangan dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengatakan penerapan praktik 3T yakni pemeriksaan (testing), penelusuran (tracing) dan pengobatan (treatment) harus terus diintensifkan guna mendukung percepatan penanganan pandemi COVID-19.
"Peningkatan kapasitas 3T terutama di level mikro harus terus diintensifkan guna menekan risiko penularan dan penyebaran COVID-19," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.
Penerapan praktik 3T, juga dapat mendukung suksesnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro yang diterapkan di berbagai daerah.
"Jadi untuk mendukung keberhasilan pengendalian pandemi COVID-19 maka 3T harus terus ditingkatkan sesuai dengan standar WHO," katanya.
Baca juga: Sahroni ingatkan pentingnya 3T dalam hadapi pandemi COVID-19
Baca juga: Dinkes NTT targetkan tambah 2.000 tenaga relawan tangani COVID-19
Dia menjelaskan kendati pada saat ini ada pelonggaran mobilitas guna mendukung roda perekonomian, namun harus tetap diiringi dengan pratik penerapan 3T.
"Kebijakan PPKM skala mikro ini juga sebaiknya bukan hanya memetakan zonasi saja, namun sebagai momentum meningkatkan upaya 3T, karantina, isolasi mandiri, isolasi terpusat, segera merujuk jika gejala sedang-berat atau kritis serta upaya skrining yang harus menjadi perhatian utama," katanya.
Agar kebijakan ini berjalan optimal, kata dia, sangat dibutuhkan kerja sama semua lintas sektor dan dukungan sumber daya yang harus berkelanjutan.
"Hal lain, jangan sampai melupakan bantuan sosial bagi warga yang tengah sakit apalagi tidak mampu secara sosial," katanya.
Dia juga mengingatkan hingga saat ini juga masih sangat diperlukan keterlibatan masyarakat dengan penuh kesadaran bahwa pandemi COVID-19 adalah nyata dan sangat berbahaya terutama bagi mereka yang masuk kelompok risiko tinggi.
"Meskipun ada beberapa kasus kematian ternyata masih relatif muda dan tanpa komorbid," katanya.
Untuk itu, program desa tangguh melawan COVID-19 harus bisa dilakukan secara mandiri dan diintensifkan.
"Tujuannya agar pandemi COVID-19 ini dapat segera berakhir, tentunya harus tetap dengan dukungan penuh dari pemerintah," katanya.*
Baca juga: Lagoi siap sambut wisman dengan Blue Pass COVID-19
Baca juga: Epidemiolog: Pengetatan mobilitas masyarakat harus disertai 3T
"Peningkatan kapasitas 3T terutama di level mikro harus terus diintensifkan guna menekan risiko penularan dan penyebaran COVID-19," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.
Penerapan praktik 3T, juga dapat mendukung suksesnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro yang diterapkan di berbagai daerah.
"Jadi untuk mendukung keberhasilan pengendalian pandemi COVID-19 maka 3T harus terus ditingkatkan sesuai dengan standar WHO," katanya.
Baca juga: Sahroni ingatkan pentingnya 3T dalam hadapi pandemi COVID-19
Baca juga: Dinkes NTT targetkan tambah 2.000 tenaga relawan tangani COVID-19
Dia menjelaskan kendati pada saat ini ada pelonggaran mobilitas guna mendukung roda perekonomian, namun harus tetap diiringi dengan pratik penerapan 3T.
"Kebijakan PPKM skala mikro ini juga sebaiknya bukan hanya memetakan zonasi saja, namun sebagai momentum meningkatkan upaya 3T, karantina, isolasi mandiri, isolasi terpusat, segera merujuk jika gejala sedang-berat atau kritis serta upaya skrining yang harus menjadi perhatian utama," katanya.
Agar kebijakan ini berjalan optimal, kata dia, sangat dibutuhkan kerja sama semua lintas sektor dan dukungan sumber daya yang harus berkelanjutan.
"Hal lain, jangan sampai melupakan bantuan sosial bagi warga yang tengah sakit apalagi tidak mampu secara sosial," katanya.
Dia juga mengingatkan hingga saat ini juga masih sangat diperlukan keterlibatan masyarakat dengan penuh kesadaran bahwa pandemi COVID-19 adalah nyata dan sangat berbahaya terutama bagi mereka yang masuk kelompok risiko tinggi.
"Meskipun ada beberapa kasus kematian ternyata masih relatif muda dan tanpa komorbid," katanya.
Untuk itu, program desa tangguh melawan COVID-19 harus bisa dilakukan secara mandiri dan diintensifkan.
"Tujuannya agar pandemi COVID-19 ini dapat segera berakhir, tentunya harus tetap dengan dukungan penuh dari pemerintah," katanya.*
Baca juga: Lagoi siap sambut wisman dengan Blue Pass COVID-19
Baca juga: Epidemiolog: Pengetatan mobilitas masyarakat harus disertai 3T
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: