Jakarta (ANTARA) - Kantor Luar Negeri (KLN) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tetap mencatatkan pertumbuhan meski dibayangi ketidakpastian global akibat pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga kini.

KLN Bank Mandiri berhasil membukukan laba sebelum pajak hingga 111,2 juta dolar AS atau sebesar Rp1,562 triliun pada akhir 2020, tumbuh 19 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

"Capaian tersebut merupakan kontribusi laba sebelum pajak terbesar dalam lima tahun terakhir dengan rerata pertumbuhan pada periode tersebut sebesar 30 persen," kata Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan melalui keterangan di Jakarta, Senin.

Baca juga: Presiden Jokowi harap Bank Syariah Indonesia terbuka untuk siapa saja

Laba tersebut terutama disumbangkan oleh pertumbuhan pendapatan jasa atau Fee Based Income (FBI) sebesar rata-rata 32 persen dari 10,9 juta dolar AS pada 2015 menjadi 45,3 juta dolar AS pada 2020. Sementara pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) menguat rata-rata 10 persen dari 49,5 juta dolar AS pada 2015 menjadi 81,3 juta dolar AS lima tahun kemudian.

"Selain karena pemahaman yang komprehensif atas bisnis internasional nasabah korporasi, kinerja yang baik dari KLN Bank Mandiri dalam lima tahun terakhir juga merupakan hasil kolaborasi strategis antara berbagai unit kerja di kantor pusat, serta antara masing-masing KLN," ujar Panji.

Baca juga: Laba Bank Mandiri anjlok 37,7 persen tahun 2020

Saat ini Bank Mandiri memiliki tujuh KLN yakni di Singapura, Hongkong, Cayman Island, Shanghai, Timor-Leste, UK dan Malaysia.

Panji menuturkan capaian positif lain yang ditunjukkan oleh jaringan KLN Bank Mandiri adalah kemampuan menjaga kualitas aset produktif melalui strategi pemberian kredit secara selektif. Alhasil, kredit bermasalah atau NPL pun dapat diturunkan dari 1,42 persen pada 2015 menjadi 0,38 persen pada tahun lalu.

"Kami ingin memenuhi seluruh kebutuhan nasabah dalam mengembangkan bisnis ke luar negeri agar bisa mengakses pasar global yang lebih besar dan tumbuh lebih cepat," katanya.

Baca juga: Bank Mandiri perkirakan 11 persen debitur berisiko tinggi macet