Jakarta (ANTARA) - Mantan penasehat senior Pemerintah Kerajaan Inggris Daniel Susskind dalam bukunya berjudul A World Without Work (2020), menyebutkan bahwa mesin dan teknologi akan mengubah masa depan pekerjaan lebih dari yang bisa dibayangkan siapa pun.

Mesin dan komputer akan mengambil alih banyak pekerjaan sehingga profesi-profesi penting akan hilang seiring berjalannya waktu. Ketakutan serupa terjadi puluhan tahun silam ketika revolusi industri di Inggris, ketika mesin-mesin pabrik tekstil menggantikan peran para penenun sehingga terjadi pergolakan sosial besar-besaran.

Namun hal yang terjadi sesungguhnya bukan rumus hitam putih ketika satu hilang kemudian yang lain terbengkalai tetapi sebaliknya. Saat ada satu profesi tergantikan mesin tanpa diduga ada peluang-peluang baru yang justru muncul mengikutinya.

Melalui teknologi misalnya, seorang pekerja yang semula memiliki skill rendah tetapi kemudian belajar keras menggunakan mesin-mesin baru, kenyataannya hasil kerjanya bisa meningkat secara besar-besaran dan pada akhirnya, penghasilannya juga meningkat.

Faktanya memang penemuan teknologi mendatangkan hal baik bagi kehidupan manusia dan bersifat melengkapi. Sama artinya ketika beberapa profesi tergantikan tetapi membuka peluang pekerjaan lain menjadi lebih produktif.

Penemuan teknologi baru umumnya membantu manusia mengerjakan beberapa tugas yang lebih sulit. Misalnya, algoritma yang dapat memproses dokumen hukum, nyatanya belum mampu sepenuhnya menggantikan profesi pengacara.

Sebaliknya, pengacara masih dibutuhkan untuk peran-peran yang melibatkan pekerjaan yang kreatif seperti menulis pledoi, memecahkan masalah, dan bertemu tatap muka dengan klien.

Contoh lain adalah penemuan ATM yang nyatanya justru melengkapi peran para teller bank dan bukan menggantikannya.

Teknologi memang keniscayaan begitu pun dalam konteks mendorong para pelaku UMKM dan artisan-artisan lokal untuk go digital. Upaya ini bukan untuk menggantikan profesi mereka dengan mesin melainkan memperkuat skill mereka dengan kompetensi digital yang lebih mumpuni. Sebuah upaya untuk mendorong kesejahteraan artisan dari sumber digitalisasi.

JP Hub
Presiden Joko Widodo saat meluncurkan Gerakan Bangga Buatan Indonesia Beli Kreatif Danau Toba berusaha memperkenalkan aplikasi Jaringan Pariwisata Hub (JP Hub). Ini merupakan platform daring yang diharapkan mampu menyukseskan dan mempromosikan gerakan Beli Kreatif Danau Toba.

Aplikasi ini diharapkan Presiden akan menjadi pintu pengetahuan, pencarian, hingga pemesanan destinasi mulai dari tingkat provinsi hingga desa. Serta dilengkapi dengan atraksi wisata di dalamnya.

Maka sebagaimana rumus bakunya bahwa teknologi akan membuat segalanya makin mudah, Presiden berharap ini akan menjadikan program pengembangan, bisa berjalan seiring antara pariwisata Indonesia tumbuh bersama ekonomi kreatifnya.

Presiden Jokowi seakan ingin membuktikan bahwa digitalisasi mampu benar mendorong laju gerakan Beli Kreatif Danau Toba sebagai upaya untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif di kawasan Danau Toba yang merupakan salah satu dari lima destinasi super prioritas (DSP).

Apalagi ketika gerakan ini merupakan lanjutan dari gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia tahun lalu. Sukses sebelumnya pun dikembangkan tahun ini dengan fokus mengembangkan potensi daerah.

Tercatat pada 2020, gernas BBI berhasil mengajak lebih dari 3,8 juta pelaku kreatif dan UMKM yang onboarding ke platform e-commerce untuk meluaskan potensi pasar hingga nasional bahkan mancanegara.

Jika ditilik dari potensi memang Danau Toba memiliki sumber-sumber ekonomi kreatif yang patut dikembangkan. Ia mencontohkannya dengan kain ulos dan kopi khas Sidikalang yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.

"Selain itu, kawasan ini juga memiliki pemandangan yang cantik dengan bentangan danau vulkaniknya. Paduan pariwisata dan hasil ekonomi kreatif yang layak digaungkan ke seluruh nusantara hingga dunia dan diharapkan akan mampu membangkitkan ekonomi Indonesia lewat industri digital," ungkap Presiden Joko Widodo.

Maka gerakan ini, lanjut Presiden Joko Widodo, selain mengajak para pelaku ekonomi kreatif untuk berorientasi dengan platform e-commerce, juga akan dilengkapi dengan pendampingan dan edukasi bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk bisa mengembangkan dan memajukan usahanya di platform digital.

Upaya ini menjadi cara pemerintah untuk mendorong digitalisasi artisan lokal di sekitar Danau Toba, sebab sudah saatnya mereka sejahtera diantar oleh kemajuan teknologi.

Marketplace
Demi mengoptimalkan teknologi digital untuk menyejahterakan artisan dengan produk unggulan di wilayah Sumatera Utara, baik Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno maupun Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo, sepakat untuk mencari terobosan.

Angela, misalnya berpendapat dengan masuknya pelaku ekonomi kreatif ke platform e-commerce maka ini akan menjadi solusi bagi para pelaku ekonomi kreatif yang belum bisa memasarkan produknya secara fisik akibat pandemi COVID-19.

Maka dari itu, gerakan Beli Kreatif Danau Toba diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para pelaku kreatif untuk memperkenalkan dan memasarkan produknya lewat platform digital.

Terlebih pemasaran produk secara fisik di masa saat ini sangat sulit dilaksanakan. Maka dengan penjualan lewat platform digital ini diharapkan bisa membantu para artisan di masa-masa yang sulit ini.

Melalui program Beli Kreatif Danau Toba para artisan didorong untuk “onboarding” ke platform digital serta berkolaborasi dengan mitra dan memberikan pendampingan-pendampingan.

Dalam praktiknya sejumlah platform berbasis digital pun mulai dikembangkan seperti misalnya, visitdairi.com sebagai pusat layanan promosi wisata Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi layanan visitdairi.com sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat di tengah pandemi.

Platform tersebut diharapkan dapat meningkatkan promosi dan pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif Kabupaten Dairi dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.

Sebagaimana disampaikan Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu, munculnya aplikasi tersebut merupakan kolaborasi dari beberapa stakeholder salah satunya bantuan dari perbankan, sehingga bisa menjembatani antara penjual dan pembeli mulai dari pasar-pasar tradisional hingga rumah-rumah ibadah dimana masyarakat yang ingin memberikan sumbangan bisa lebih mudah.

Ia pun berharap dengan diresmikannya visitdairi.com, para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dapat terus fokus untuk melakukan aktivitas kreasi di bidangnya masing-masing. Tercatat dalam aplikasi ini juga dapat ditawarkan produk-produk dari perajin ekonomi kreatif sebagai salah satu dukungan masyarakat Dairi kepada gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia.

Walaupun aplikasi ini masih dalam platform beta namun tak lama lagi diharapkan akan semakin sempurna. Dan saat ini sudah bisa dilakukan pembelian paket-paket wisata dari platform ini termasuk barang-barang atau kuliner untuk dipesan dan dibayar secara daring.

Maka sebagaimana proyeksi pakar Daniel Susskind, mesin dan otomatisasi ada untuk memudahkan kehidupan manusia dan meningkatkan skala hidup kesejahteraan mereka. Sebagaimana digitalisasi bagi para artisan di sekitar Danau Toba, teknologi untuk menyejahterakan mereka.

Baca juga: Luhut: Beli Kreatif Danau Toba kolaborasi bangun pariwisata-ekraf
Baca juga: Cerita wastra ulos dalam Gernas BBI 2021
Baca juga: UMKM harus melek digital untuk bertahan di era pandemi