Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini terkoreksi seiring memburuknya data ekonomi Amerika Serikat.

Rupiah ditutup melemah 40 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp14.065 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.025 per dolar AS.

"Hari ini pergerakan rupiah lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal data ekonomi AS yg memburuk sehingga meningkatkan minat terhadap asset safe haven dan menghindari aset berisiko seperti rupiah," kata pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Rupiah berpotensi tertekan hari ini, imbas pelemahan bursa global

Jumlah klaim pengangguran AS meningkat menjadi 861.000 klaim, dibandingkan dengan 848.000 klaim yang diajukan selama minggu sebelumnya.

Rully memproyeksikan rupiah selama sepekan ke depan masih akan lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal ekspektasi pemulihan ekonomi dan inflasi di AS yang mengakibatkan volatilitas imbal hasil obligasi AS.

"Kalau dari domestik, membaiknya pengendalian COVID-19 dan angka pemberian vaksin yang terus naik serta data neraca berjalan yang positif meningkatkan optimisme akan pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan," ujar Rully.

Baca juga: Dolar tergelincir, kripto jatuh setelah data ekonomi AS mengecewakan

Dalam sepekan ke depan, rupiah diprediksi akan bergerak pada kisaran resisten Rp13.900 per dolar AS dan support di Rp14.100 per dolar AS.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.050 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.088 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan rupiah melemah Rp14.085 per dolar AS, menguat dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.059 per dolar AS.